“Begitu banyaknya pulau yang indah, inilah Papua-ku.
Permata hijau, laut dan seninya begitu menyenangkan jiwa…”
Papua Dalam Cinta — Pay feat Soa-soa.
Tanah Papua, tanah jelita dan kaya sumber daya alam serta budaya yang terletak di ujung timur negara Indonesia ini memang memiliki tempat istimewa di dalam hatimu para Putra Papua. Meskipun kamu sudah merantau berkilo-kilo meter jauhnya dari Pulau Cendrawasih ini, pesona dan kearifannya tidak akan bisa kamu lupakan. Hasrat untuk kembali dan tenggelam dalam karismanya selalu kamu impikan.
Selama kamu berada di luar Papua—baik itu untuk sekolah atau bekerja—selalu saja ada pertanyaan dari teman dan kenalan yang kurang informasi akan tanah kelahiranmu tersebut. Beberapa terdengar menyinggung, namun kamu tak perlu marah karena mereka biasanya hanya benar-benar tidak tahu dan penasaran saja. Maklum letak Papua yang di ufuk timur dan jauh dari pusat pemerintahan memang sering menimbulkan rasa penasaran.
ADVERTISEMENTS
Awalnya ketika orang-orang tahu kamu dari Papua, kerap kali mereka memintamu untuk bicara dengan dialek Papua.
Temanmu: Coba-coba kamu ngomong pakai bahasa Papua?
Kamu: Bah, mace ko mau sa’ bicara macam bagaimana lagi ka? Kitorang pi makan saja sudah, sa su lapar.
Sering kali reaksi mereka adalah terkesima atau tergelitik, apalagi kalau kamu sudah ‘cerita mop’. Menurut teman-temanmu yang bukan orang Papua atau tidak pernah tinggal di sana, dialekmu unik dan menarik. Nggak jarang mereka jadi nagih dan selalu memintamu untuk bicara dengan logat Papua, karena semua terdengar baru dan lebih menyenangkan bagi mereka.
Yang tidak banyak dari mereka tahu adalah bahwa di Papua sendiri ada beratus-ratus bahasa daerah yang berbeda. Setiap daerah dan suku di Papua memiliki bahasa tersendiri sehingga belum tentu kamu yang berasal dari Biak bisa mengerti betul bahasa daerah dari Sentani. Untuk logat ketika berbicara dalam bahasa Indonesia mungkin tak jauh berbeda, namun untuk bicara Bahasa Papua itu lain cerita…
ADVERTISEMENTS
Jauh dari pusat pemerintahan dan industri membuat banyak orang penasaran “Harga barang di sana super mahal ya?”
Kalau dibandingkan dengan harga-harga di pulau Jawa, Bali dan Sumatera, memang harga-harga barang kebutuhan pokok di Papua tergolong lebih mahal. Kamu mungkin akan kaget waktu pertama kali meninggalkan Papua dan berangkat ke Pulau Jawa lalu menemukan barang yang sama dengan harga setengahnya dari harga yang biasa di Papua.
Semua dikarenakan biaya transportasi dan distribusi yang tidak sedikit agar barang-barang itu agar bisa sampai di sana. Mereka harus dikirimkan dengan pesawat atau kapal laut yang jelas memakan bahan bakar, dan waktu lebih lama karena jarak yang lebih panjang.
ADVERTISEMENTS
Karena jauh dan seolah terpencil, banyak di antara kenalanmu yang bertanya-tanya apakah ada jaringan listrik, televisi dan teknologi lain semacamnya di Papua.
“Emangnya di Papua ada listrik? Kalau tv? Telepon ada juga?”
Mungkin hatimu bakal sedikit miris, bahkan tersinggung ketika mendengar pertanyaan semacam ini. Di media-media, yang disorot dari Papua memang lebih sering kekurangan dan ketertinggalannya saja. Tidak bisa dipungkiri kalau benar masih banyak daerah yang belum tersentuh kemajuan karena berbagai kendala baik dari sisi pemerintah maupun masyarakat. Namun tidak berarti Papua adalah sebuah daerah primitif.
Di sebagian besar kota-kota di sana, jaringan listrik, telepon dan internet sudah cukup stabil dan bisa ditemui dengan mudah. Perkembangan teknologi seperti komputer dan telepon selular atau smartphone juga bukan hal yang baru lagi. Program-program untuk membawa perkembangan teknologi masuk ke desa-desa dan daerah pedalaman juga semakin digalakkan.
ADVERTISEMENTS
“Teman-temanmu di sana orang Papua semua ya?” Duh. Di Papua juga bayak pendatang, kali!
Sama seperti daerah lain di Indonesia yang menjunjung keragaman Bhineka Tunggal Ika, Papua juga ditinggali oleh beragam suku anak bangsa yang berbeda. Jawa, Bugis, Batak, dan masih banyak suku yang lain—hidup membaur dengan penduduk asli. Saling memberi dan menerima, saling mengasihi dan toleransi. Hidup bersisian dengan damai.
Tak heran kamu putra-putri yang berasal dari Papua biasanya bisa lebih cepat bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan baru, meskipun jauh dari tanah kelahiranmu. Rendah hati, tepa selira dan menghargai perbedaan sudah tertanam dalam kehidupan sehari-harimu.
ADVERTISEMENTS
Karena jarak yang jauh dan biaya perjalanan yang tergolong tinggi, kamu sering dikira tidak pernah pergi keluar dari Papua.
Nggak bisa dipungkiri, biaya transportasi dari dan menuju Papua dari wilayah Indonesia barat memang termasuk mahal. Terkadang kamu yang tinggal di Indonesia bagian barat malah merasa lebih mudah dan murah mendapatkan tiket perjalanan ke negara luar seperti Thailand atau Malaysia.
Ada juga yang beranggapan Papua pulau tertutup yang susah didatangi atau sulit untuk keluar dari sana. “Palingan nggak ada fasilitas, tidak ada bandara, jalanan saja susah” beberapa orang mungkin berpikir seekstrim itu. Sementara di Papua, fasilitas transportasi mulai dari pelabuhan sampai bandara sudah tersedia. Untuk daerah-daerah landlock, juga ada pesawat-pesawat capung atau helikopter yang bisa mencapainya. Jadi bukan berarti Papua tertutup dari dunia luar.
ADVERTISEMENTS
Soal pendidikan juga sering membuat orang dari luar Papua penasaran. Bukan tidak mungkin ada yang bertanya padamu “Kamu sekolah nggak di sana? Ada sekolah?”
“Jang ko salah, torang anak papua juga semangat sekolah…”
Harus diakui, memang masih ada daerah-daerah di Papua yang fasilitas pendidikannya belum memadai. Jangankan setara dengan fasilitas pendidikan di Jawa, ada saja sudah sangat bersyukur. Tentu saja ada sekolah di Papua, meskipun penyebarannya belum benar-benar merata. Beberapa daerah keadaannya lebih baik dari daerah yang lain.
Namun meskipun begitu, anak-anak di Papua rata-rata punya semangat tinggi untuk belajar dan mengejar impian mereka. Meskipun tak sedikit di antara mereka yang harus menempuh jarak jauh atau medan sulit untuk mencapai sekolahan, mereka tak pernah menyerah. Itulah kenapa putra-putri Papua bahkan bisa sampai mengejar pendidikan hingga ke pulau-pulau jauh seperti Jawa dan sekitarnya.
Selain itu masih ada orang yang ingin tahu ‘cara kamu berangkat sekolah’, karena mereka punya bayangan bahwa semua daerah di Papua tidak mudah dijangkau.
“Naik babi sudah… ko pikir naik apa kah?”
Hehehe, itu adalah jawaban sarkastis dari saya ketika ditanya tentang adanya sarana transportasi di Papua. Sejujurnya, lagi-lagi memang masih ada daerah yang sulit dijangkau kendaraan. Tapi bukan berarti seluruh Papua adalah hutan belantara tanpa ada angkutan sama sekali. Di sebagian besar kota, fasilitas angkot (yang sering disebut taksi di sana) sudah banyak dan berjalan secara teratur.
Motor dan mobil juga banyak sehingga untuk pergi ke sekolah maupun tempat-tempat lain tidak sesulit pikiran orang-orang selama ini. Kamu tidak perlu selalu harus berjalan kaki atau mendaki gunung seperti anggapan orang-orang yang belum pernah tahu tentang Papua secara nyata. Tak apa, jelaskan saja kepada mereka.
“Di Papua kamu makan sagu terus ya setiap hari?” KAK. LELAH, KAK DITANYA BEGINI!
Sagu dan umbi-umbian memang merupakan makanan pokok khas Papua. Namun bukan berarti tidak ada beras dan gandum di sana. Memang sebagian besar bahan-bahan pokok seperti beras, terigu dan gula didatangkan dari luar Papua, karena budidaya tanaman-tanaman tersebut tidak terlalu berkembang di sana. Tetapi intinya, kamu yang di Papua juga makan nasi sehari-harinya, tidak seperti bayangan teman-temanmu.
Malahan bagi sebagian orang—termasuk saya—ubi dan sagu adalah makanan spesial yang biasanya disantap saat sedang ada acara tertentu saja. Dibuat papeda atau dimasak barapen, ketika ada event khusus yang sedang berlansung. Semacam perjamuan gitulah… jadi rasanya istimewa.
“Wah, kamu dari Papua? Rumahmu dekat dong samap Freeport?” padahal saking besarnya Papua, bisa jadi kamu belum pernah ke Tembagapura.
Pernah lihat seperti apa Provinsi Papua di peta Indonesia? Tahukah kamu kalau Papua adalah pulau terbesar di Nusantara ini? Freeport adalah sebuah perusahaan yang terletak di Tembagapura. Saking besarnya Papua, meskipun kamu sama-sama berada di Provinsi yang sama, bisa jadi kamu butuh satu kali penerbangan untuk mencapai Tembagapura, tergantung di mana lokasimu berada.
Nggak jarang kamu harus menjelaskan dengan sabar kepada teman-temanmu yang berpikir bahwa Freeport sama dengan Papua. Wajar memang, sebab Perusahaan asal Amerika itu menjadi salah satu hal yang paling sering disorot dari Pulau Cendrawasih ini.
Papua = Raja Ampat. D’oh rasanya pengen jitakin kepala orang yang kurang paham macam ini
“Ooh Papua ya? Tahu aku… bagus itu, Raja Ampat ‘kan?”
Selain gugus kepulauan Raja Ampat, masih banyak surga dunia di iPapua yang mampu membuat siapapun terkesima. Tidak hanya kepulauan tropis nan ayu itu saja yang bisa kamu tengok di Papua sana.
Gagahnya pegunungan Jayawijaya, yang memiliki salah satu puncak tertinggi di Indonesia dapat menyita kekagumanmu. Keelokan magis dari Danau Sentani dijamin dapat menyihir dan memukau dirimu. Kearifan Lembah Baliem yang mempesona juga akan membuatmu terpana. Kepulauan Padaido, Biak-Numfor dengan garis pantai pasir putihnya yang menawan mampu membuatmu lupa diri.
Dan masih banyak lagi surga-surga dunia yang tersimpan di Papua. Semua keindahan alam tersebut, dipadu dengan kekayaan tradisi dan budaya menjadi harta luar biasa. Wajar kalau kita menyebut Papua sebagai ‘Mutiara dari Timur Indonesia’.
Tapi yang paling jawara sih waktu ditanya, “Kangen nggak balik ke sana?” Hatimu bergetar dan matamu berkaca-kaca ketika teringat rindumu akan Tanah Papua.
Rindu itu pasti. Ada banyak kenangan indah, cerita manis, pengalaman tiada dua yang kamu dapatkan dari sana. Semua bagaikan harta karun yang tersimpan dalam memori dan hatimu. Terkadang semua sensasi itu terasa meluap-luap, membuncah ingin keluar. Ingin segera kamu balaskan rindumu pada Papua, tanah kelahiranmu. Kamu hanya bisa berharap dan berdoa, semoga segera bisa kembali pulang dan berjumpa dengan Papua yang kamu cinta.
“Walau jauh di sana, Engkau tetap kucinta, Papua.”