Jepang memang nggak ada habisnya dalam berkreasi. Baik dari sisi teknologi maupun urusan budaya, Jepang bisa dibilang salah satu yang paling keren memadukan keduanya. Kali ini kalian akan dibuat kagum oleh seni mural sawah atau yang disebut Tanbo Art dari negeri sakura!
Jika daerah persawahan biasanya didominasi warna hijau yang gitu-gitu aja. Di Jepang sana sawah bisa disulap jadi galeri seni yang nggak kalah cakep dengan lukisan-lukisan di pameran. Nggak percaya? Hipwee News & Feature sudah mengumpulkan karya mural sawah paling spektakuler di Jepang.
ADVERTISEMENTS
1. Perkenalkan, seni mural sawah di Jepang ini namanya Tanbo Art. Karya seni yang lahir dari desa Inakadate, Tokyo!
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
2. Tanbo Art bermula sejak tahun 1993. Kesenian ini lahir untuk menarik minat wisatawan dan membangkitkan ekonomi warga
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Mau nyoba bikin? Sketsa awalnya diprint dengan komputer dulu agar padi yang ditanam sesuai dengan kebutuhan gambar
4. Kerennya, perbedaan warna padi bukan karena dicat. Petani di Inakadate menggunakan 4 jenis padi sebagai dasar warnanya
5. Para petani mulai menentukan sketsa dan menanam pada bulan April. Jadi waktu terbaik melihat Tanbo Art ini adalah September saat padi mulai menua
6. Bermula dari Inakadate, desa-desa lain mulai meniru Tanbo Art. Karena itu kesenian ini bisa dibilang jadi kesenian khas negeri sakura
7. Luasnya pun beraneka ragam. Ada yang sampai berhektar-hektar, ada juga mural yang luasnya cuma satu petak kecil
8. Kalau dulu, karakter yang ada di persawahan adalah karakter dari sejarah Jepang
9. Sekarang? Karakter modern pun masuk. Bahkan 2016 kemarin ada yang bergambar Star Wars!
10. Nah kalau kamu punya kesempatan, jangan ragu untuk nonton Tanbo Art. Masa kamu nggak gemes sih sama sawah segini lucunya
Jepang memang pusat segala inovasi dan penemuan aneh-aneh ya. Namun hal yang lebih penting untuk dipahami di sini adalah bagaimana tiap inovasi itu sebenarnya justru berasal dari penghargaan terhadap tradisi. Termasuk kesenian mural sawah ini. Sebagai daerah yang terkenal sebagai penghasil padi selama 2000 tahun, warga Inakadate berupaya meremajakan dan mengenalkan kembali daerahnya lewat atraksi ini. Ketika negara-negara agraris makin kehilangan identitasnya di tengah gempuran modernisasi, upaya seperti ini tentu saja patut diapreasiasi dan diteladani. Jangankan kaderisasi petani, banyak anak muda di negara yang menyebut dirinya ‘agraris’ seperti Indonesia, sama sekali belum pernah melihat atau berkunjung ke sawah.