Era media sosial yang sedang kita lalui ini secara tidak sadar telah menanamkan budaya selfie hampir di seluruh lapisan masyarakat. Tidak peduli status sosial, latar belakang pendidikan, atau usia dan jenis kelamin, semuanya sudah keranjingan selfie. Selfie dianggap sebagai sesuatu yang tidak boleh dilupakan terutama saat mengunjungi suatu tempat. Kebanyakan alasannya ya untuk diunggah di media sosial supaya mendapat banyak like atau love. Tujuannya? Biar puas aja…
Berubahnya cara masyarakat menggunakan media sosial ini disambut baik oleh pihak-pihak pengelola kafe, restoran, atau tempat wisata kekinian. Mereka sengaja membuat tempat yang istilah gaulnya ‘instagramable’, atau layak dipamerkan diunggah di Instagram, agar semakin banyak orang penasaran ingin ke sana juga. Mungkin inilah yang dipikirkan pengelola Rabbit Town, sebuah wahana selfie yang baru buka awal tahun ini di Bandung.
Tempat ini jadi sorotan setelah dikabarkan melakukan plagiarisme. Demi menarik perhatian pengunjung, mereka sampai tidak mengindahkan yang namanya hak cipta. Yuk lihat bareng kayak apa kontroversinya bareng Hipwee News & Feature!
ADVERTISEMENTS
Rabbit Town, tempat wisata baru di Bandung ini ramai didatangi orang sejak dibuka Januari 2018 lalu. Tapi sayangnya beberapa spot selfie di sana malah mirip banget sama karya seniman luar negeri
Oh wow, congratulations Bandung Creative City. pic.twitter.com/ksCuE0aOFn
— SBTND13 (@sobatindi3) March 22, 2018
Tempat wisata kekinian yang ada di Jalan Ranca Bentang 30-32, Ciumbeuleuit ini jadi destinasi favorit baru warga Bandung maupun wisatawan, karena konsepnya yang unik. Rabbit Town punya beberapa spot foto menarik yang bisa mempercantik feed Instagram, di antaranya wishing wall, sticker room, dove garden, love lock, monkey groove, koi feeding, love light experience, bambi love, hingga rabbit villa.
Namun sayang, belakangan ini banyak orang menyorot Rabbit Town lantaran banyak spot yang diduga menjiplak karya seniman luar negeri, seperti Museum of Ice Cream di Los Angeles AS, Urban Light Sculpture karya Chris Burden, dan sticker room karya Yayoi Kusama di National Gallery of Singapore.
ADVERTISEMENTS
Kasus ini semakin ramai setelah anak Mario Teguh, Ario Kiswinar, mengunggah story di Instagram tentang plagiarisme yang dilakukan pengelola tempat ini
Awalnya isu ini ramai diperbincangkan di Twitter, tapi semakin ramai setelah anak Mario Teguh, Ario Kiswinar juga mengunggahnya di story Instagram. Ia memperjelasnya dengan menggabungkan foto desain aslinya dengan yang ada di Rabbit Town. Bahkan Ario juga me-mention pihak Museum of Ice Cream. Tak disangka, pengelola museum tersebut membalas story Ario yang menyatakan pihaknya akan mengirim pengacara untuk menyelesaikan kasus ini. Selanjutnya ya kita tunggu aja gimana respon dari Rabbit Town.
ADVERTISEMENTS
Sebagian besar orang sepakat dengan Ario, mereka sama-sama menyayangkan kejadian ini. Padahal Bandung terkenal dengan slogan ‘Creative City’-nya
Hal ini sangat disayangkan bagi sebagian orang. Padahal Kota Bandung terkenal dengan slogan ‘Creative City’-nya. Dalam Instastorynya, Ario juga me-mention Ridwan Kamil, selaku walikota yang dikenal banyak membangun spot unik di Bandung. Beberapa orang juga ada yang menyarankan agar pihak pengelola Rabbit Town mencantumkan sumbernya.
ADVERTISEMENTS
Meski begitu, ada juga orang yang merasa sah-sah aja meniru desain orang lain seperti yang dilakukan Rabbit Town ini
Kalo emg pengen buat yg mirip gmana?
— Riardi S.J (@riardi3) March 22, 2018
Di tengah polemik ini, ternyata ada juga orang yang merasa apa yang dilakukan Rabbit Town sah-sah saja. Toh, di negara lain banyak yang membuat tiruan Menara Eiffel. Hal itu tidak jadi masalah asal sumbernya dicantumkan dan tidak dikomersilkan.
ADVERTISEMENTS
Sebenarnya kalau bicara plagiarisme, nggak cuma kita yang sering melakukannya. Bahkan negara yang lebih maju dari kita kayak China atau Amerika Serikat juga sering menjiplak karya negara lain
Udah dari lama China dikenal sebagai surganya KW, mulai dari barang fashion, restoran, sampai bangunan di sana, banyak banget yang meniru karya orang lain, terutama dari negara-negara barat. Jangan kaget kalau ke Cina kamu bakal menemui berbagai bangunan yang menjiplak ikon luar negeri, mulai dari menara Eiffel, Arc de Triomphes, atau Sydney Opera Houses. Nggak cuma China, bahkan AS yang dikenal kiblat segala hal di dunia punya setidaknya 10 replika Menara Eiffel, ikon negara Perancis.
Terinspirasi dan plagiat memang kadang beda tipis. Sebagian orang mungkin menganggap mereka hanya terinspirasi, tapi bagi sebagian lain itu sudah plagiat namanya. Tapi kalau meniru 100% dan nggak mencantumkan sumber sih udah jelas plagiat namanya. Padahal kalau produk atau karya Indonesia yang ditiru negara lain, kita pasti nggak bakal terima, ‘kan?