Badan Kesehatan Dunia atau WHO telah resmi menetapkan wabah virus corona sebagai “public health emergency of international concern” –darurat kesehatan masyarakat yang jadi perhatian internasional. Intinya, status wabah ini sekarang sudah dinyatakan darurat. Tapi WHO menekankan kalau status di atas bukan karena mereka nggak percaya pemerintah Cina, dan bukan juga berdasarkan apa yang terjadi di Cina khususnya Wuhan. Justru status itu ditetapkan setelah melihat banyaknya kasus virus corona di luar Cina. WHO takut wabah ini bakal masuk ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang belum memadai.
I am declaring a public health emergency of international concern over the global outbreak of #2019nCoV, not because of what is happening in #China, but because of what is happening in other countries.https://t.co/HNrxyGeoBA
— Tedros Adhanom Ghebreyesus (@DrTedros) January 30, 2020
Diharapkan dengan status darurat itu, masyarakat global jadi lebih waspada menghadapi virus corona ini. WHO juga akan terus berkoordinasi dengan pemerintah-pemerintah dunia dan mengimbau mereka menaati standar organisasi mengenai wabah ini. Sebelum virus corona, ternyata WHO juga pernah menetapkan status “emergency” bagi wabah-wabah yang pernah bikin geger dunia dalam waktu 1 dekade ke belakang. Apa saja ya??
Pertama ada virus H1N1 atau yang lebih akrab disebut flu babi. Pada tahun 2009 wabah ini menyerang banyak penduduk dunia, tak terkecuali Indonesia. Estimasi orang yang terjangkit flu babi di seluruh dunia mencapai 280 ribu lebih. Kalau di Indonesia kabarnya ada 800-an kasus. Rasio kematian akibat flu babi adalah 0,71%. Mirip sama corona, flu babi juga menular lewat udara; dari bersin, batuk, atau benda-benda yang pernah disentuh penderita.
Lima tahun setelah virus H1N1 mewabah, dunia kembali diguncangkan dengan adanya wabah polio. Penyakit yang diyakini bermula di Pakistan ini menyebar hingga Suriah dan Kamerun. Total ada 417 orang terkena polio, dengan seperlimanya terjadi di Pakistan. Pada 2014 WHO akhirnya menetapkan status darurat pada wabah ini.
Di tahun yang sama, ada juga wabah ebola di Afrika Barat. Titik awal virus ini kabarnya ada di Guinea. Rasio kematian wabah ebola cukup tinggi, mencapai 71%. Total korban meninggal di seluruh dunia ada 7.708 dari jumlah kasus lebih dari 19.000. Orang yang mengidap virus ebola umumnya menunjukkan gejala demam dan muntah-muntah. Mereka yang kontak langsung dengan pengidap akan rentan tertular. Terlebih mereka yang menyentuh cairan tubuh pasien ebola. Tenaga kesehatan yang mengatasi kasus ini juga banyak yang tertular.
Virus zika sempat mewabah pada tahun 2015-2016. Berawal dari Brasil, virus ini kemudian menyebar ke 60 negara. Pada November 2016, saat WHO mengumumkan berakhirnya darurat zika, ada 2.300 kasus yang dikonfirmasi terjadi di seluruh dunia dari bayi-bayi yang lahir dengan kondisi mikrosefali atau lahir dengan ukuran kepala lebih kecil sehingga berpengaruh terhadap perkembangannya. Kasus bayi dengan mikrosefali ini kebanyakan terjadi di Brasil.
Wabah ebola kembali terjadi, tepatnya antara tahun 2018-2019. Bedanya kali itu terjadi di Kongo. WHO menetapkan ebola sebagai kasus darurat pada Juli 2019. Ada 3.406 kasus ebola yang dilaporkan, dengan jumlah kematian sebanyak 2.236, di seluruh dunia.
Balik lagi ke virus corona. Meski statusnya sudah ditetapkan jadi darurat, sebaiknya kita nggak usah panik berlebih apalagi sampai parno yang ujung-ujungnya malah menebar ketakutan. Sikap anti-Cina juga lagi banyak disorot lo. Di negara-negara Eropa kayak Inggris dan Perancis, banyak orang yang memang sejak lama udah rasis sama orang-orang Asia. Nah, virus corona outbreak ini bikin mereka makin menjadi-jadi. Di Perancis sampai ada lo yang dimaki di transportasi umum cuma gara-gara wajahnya kayak orang Cina, padahal dia juga sehat-sehat aja. Pokoknya orang yang wajahnya oriental atau kelihatan sipit dan ke-Asia-Asia-an dikit aja udah dijauhi dan diomongin, beneran dipandang layaknya virus.
Je suis Chinois
Mais je ne suis pas un virus!!
Je sais que tout le monde a peur au virus, mais pas de préjugé, svp.#JeNeSuisPasUnVirus pic.twitter.com/38bUTNWj3t— Lou Chengwang (@ChengwangL) January 28, 2020
First of all, all asian are not chinese, second all chinese are not infected with the virus. Stop asking if we’re dangerous if we cough while all the people around us are doing so. ~ thanks #JeNeSuisPasUnVirus
— Rei (@Wellhein) January 28, 2020
Kondisi di atas memicu munculnya tagar #ImNotAVirus di media sosial. Mereka orang-orang Cina, atau keturunan Cina di luar negeri minta agar rasisme semacam di atas dihilangkan. Kasihan juga sih, mau ke mana-mana jadi khawatir bakal dinyinyirin.
Kita yang di Indonesia jangan sampai gitu deh ya. Sekali lagi, waspada boleh, tapi jangan sampai parno luar biasa apalagi bersikap semena-mena sama mereka yang keturunan Cina. Terus bekali diri dengan informasi-informasi akurat dan positif soal virus ini, tentunya lewat sumber-sumber terpercaya~
HOTLINE CORONAVIRUS
KBRI TIONGKOK
Tel. 001-86-(10) 6532 5489
Fax: 001- 86- (10) 65325368
Email: set.beijing.kbri@kemlu.go.id
PUSAT KRISIS KEMENTERIAN KESEHATAN
021-5210411 dan 081212123119
POSKO KLB DINAS KESEHATAN DKI JAKARTA
081388376955 (Telepon/WhatsApp)