Sebagai seorang wartawan, nama Najwa Shihab terkenal dengan kepiawaiannya bikin orang yang ia wawancara ketar-ketir. Pendiri Narasi TV yang mengawali karir di stasiun televisi RCTI ini punya beragam cara nggak terduga dalam mewawancari tokoh-tokoh tanah air terkait isu penting yang diangkat. Khususnya dalam program Mata Najwa yang ia komandoi.
Nah, sejak Maret 2020, penangangan pandemi Covid-19 di Indonesia tentu jadi salah satu fokus utama program Mata Najwa. Sejauh ini Mata Najwa telah berbincang dengan pejabat mulai dari kepala daerah, menteri, ketua satgas dan komite, hingga Presiden Joko Widodo untuk menjawab keresahan publik terkait kondisi terkini.
Meski begitu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai pengampu utama kondisi hari ini dengan kewenangan, anggaran, dan perangkat birokrasi terkait sektor kesehatan, masih belum berhasil diajak berbincang. Entah apa alasannya, Terawan Agus Putranto sebagai Menkes masih bungkam walau undangan berkali-kali dilayangkan. Sikap Menkes yang bisa dikatakan nggak transparan menjawab pertanyaan publik ini disikapi balik oleh Mata Najwa pada Senin (28/9) dengan menggelar wawancara bersama kursi kosong.
ADVERTISEMENTS
Wawancara kursi kosong oleh Mata Najwa adalah salah satu momen terbaik media menyikapi sikap nggak transparan pejabat publik
Meski siaran berjudul #MataNajwaMenantiTerawan ini secara utuh bukan produk jurnalistik, tapi apa yang diinisiasi tim Mata Najwa merupakan salah satu momen terbaik yang dilakukan media dalam menyikapi sikap nggak transparan pejabat publik di masa pandemi ini.
Dalam wawancara berdurasi 4 menit 21 detik, Najwa Shihab melontarkan beberapa pertanyaan kepada kursi kosong yang sejatinya ditujukan kepada Menkes Terawan. Dengan gaya khasnya, Najwa mengawali dengan pertanyaan mengapa selama pandemi ini Terawan jarang muncul di depan publik. Ia bahkan menyinggung apakah hal tersebut karena Terawan merasa kehadiran Menkes di saat ini dirasa kurang penting.
Selain itu Najwa juga mengulang teguran Presiden Jokowi terhadap kinerja Kemenkes dan meminta Terawan menjawab hal tersebut. Epik dari wawancara ini terjadi di penghujung siaran, ketika Najwa melontarkan pernyataan sekaligus pertanyaan terkait menteri kesehatan berbagai dunia yang mundur dari jabatannya karena terbukti gagal menangani pandemi.
“Yang jelas bukan hanya desakan ke Presiden, tapi publik di antaranya lewat petisi meminta kebesaran hati Anda untuk mundur saja. Siap mundur, Pak? Atau bagaimana Anda bisa meyakinkan publik bahwa memang masih layak menjalankan atau menduduki posisi yang berat ini?”, pungkas Najwa.
Di akhir siaran, Najwa menegaskan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada Menkes Terawan dalam wawancara ini adalah pertanyaan publik yang harus dijawab. Ia menyadari bahwa kondisi hari ini nggak bisa diselesaikan sendirian, tapi setidaknya sebagai Menkes, Terawan bersedia memberikan gambaran terkini.
ADVERTISEMENTS
Dua momen wawancara dengan kursi kosong dari luar negeri
Wawancara dengan kursi kosong yang dilakukan Mata Najwa tak pelak bikin heboh lini masa media sosial. Mayoritas warganet mengapresiasi langkah tersebut, dan nggak sedikit pula yang bilang kalau keengganan pejabat publik bersikap transparan memang layak “dikursikosongkan”, biar sosoknya transparan secara harafiah. Nah, meski inisiatif seperti ini agaknya baru kali pertama terjadi di Indonesia, tapi di luar negeri hal serupa bukan barang baru.
Pada November 2019 silam, wartawan Kay Burley dari stasiun televisi Inggris Sky News juga memutuskan melakukan wawancara dengan kursi kosong, setelah salah satu ketua Partai Konservatif, James Cleverly yang dijadwalkan bersedia diwawancara membatalkan kehadirannya secara mendadak. Beda dengan Menkes Terawan, pihak Cleverly memiliki alasan yang mengatakan ia belum menekan janji untuk wawancara. Burley yang kesal karena kadung menyiapkan pertanyaan akhirnya tetap melanjutkan agenda wawancara tentunya dengan kursi kosong.
Di lain kesempatan wartawan Andrew Neil dari BBC juga sempat berhadapan kursi kosong, dengan beberapa pertanyaan yang dialamatkan kepada Perdana Menteri Boris Johnson, sebagai satu-satunya pemimpin partai utama yang nggak mau menghadiri acara BBC One yang ia pandu. Dalam siaran tersebut Neil membeberkan beberapa pertanyaan yang akan ia ajukan kepada Boris. Dalam pernyataannya Neil mengatakan bahwa wartawan nggak punya hak memaksa politisi untuk wawancara. Namun, jika publik butuh jawaban maka atas nama demokrasi kesediaan politisi diminta.
Bersepakat dengan kata Mbak Najwa dan pendapat umum di media sosial, bahwa di dalam situasi krisis sudah selayaknya pejabat publik tampil dan mengedepankan sikap transparan. Bukan untuk menyelesaikan semua krisis dalam waktu semalam, tapi untuk memberi gambaran dan menunjukkan kalau mereka ada di tengah-tengah publik yang selama nyaris tujuh bulan pandemi ini dipenuhi beragam tanda tanya. Nah, bagaimana pendapatmu?