Pada beberapa kepercayaan tua ataupun cerita rakyat, kulit biru biasanya merujuk pada sosok dewa. Sebut saja Dewa Khrisna dalam kepercayaan Hindu atau Dewa Mesir Amon yang juga punya kulit berwarna biru. Makanya ungkapan ‘darah biru’ itu juga dipakai untuk merujuk ke keluarga kerajaan. Tapi nyatanya, kulit biru bukan hanya milik para dewa saja. Manusia berkulit biru juga ternyata benar-benar ada.
Lho, gimana logikanya? Bukankah wana kulit manusia akan tergantung pada rasnya? Seperti kulit putih pada manusia daratan Amerika dan Eropa, kulit kuning milik manusia Asia, dan kulit hitam untuk mereka yang berasal dari Afrika. Untuk menjawab penasaranmu, simak apa yang sudah dirangkum Hipwee News & Feature ya.
ADVERTISEMENTS
Manusia berkulit biru bukanlah dongeng dan cerita karangan belaka. Hal ini benar-benar ada dan bukan juga rekayasa genetika
Manusia berkulit biru pertama yang tercatat dan terdokumentasikan di dunia adalah Martin Fugate. Pria asal Perancis ini pindah ke kawasan timur Kentucky, Amerika Serikat pada tahun 1820. Fugate menikahi wanita asal Amerika, Elizabeth Smith yang berambut merah dan berkulit sangat putih seperti salju. Keluarga Fugate selanjutnya memiliki 7 anak, dan 4 diantaranya berkulit biru. Tentu saja semakin kemari keluarga ini pun bertambah jumlahnya, karena sesama anggota keluarga Fugate menikahi satu sama lainnya. Pernikahan antar sepupu juga sering terjadi. Sebab, ‘komunitas’ ini hidup terpencil di daerah yang belum memiliki infrastruktur.
ADVERTISEMENTS
Sejarah kulit biru di keluarga Fugate terus berulang, hingga akhirnya para dokter menyebut bahwa kondisi ini memang menurun. Kira-kira apa ya penyebab gen biru dalam tubuh mereka?
Dari hasil pernikahan yang terjadi antar sesama anggota keluarga tadi, akibatnya banyak cucu-cucu Martin yang memiliki kulit biru. Pun begitu dengan mereka yang menikahi saudara dari sang ibu. Nah dari hasil pernikahan inilah, nantinya bisa menghasilkan anak yang memiliki kulit biru keunguan 100 tahun kemudian. Kombinasi gen unik ini yang telah terjadi pada Benjy Stacy. Ketika pria ini lahir, seluruh keluarga beserta dokter sangat kaget. Namun rasa heran mereka pun berangsur sirna ketika mendengar kisah tentang nenek buyut Benjy Stacy yang bernama Luna Fugate. Pada masanya, Luna bahkan disebut sebagai perempuan terbiru yang pernah ada.
Nah, kejadian ini dikatakan sebagai bentuk kelainan yang disebut dengan nama Methaemoglobinaemi atau disingkat menjadi met-H. Bisa terjadi lantaran kurangnya kemampuan kinerja tubuh dalam membawa oksigen di dalam darah. Akibatnya, warna darah pun berubah menjadi lebih gelap dari warna normal. Hal ini terjadi secara berkelanjutan juga karena pernikahan sesama anggota keluarga Fugate tadi.
ADVERTISEMENTS
Yang menakjubkan, bukan hanya faktor keturunan seperti keluarga Fugate. Ada seorang pria yang sempat menghebohkan dunia karena kondisi kulitnya berubah warna menjadi biru secara permanen
Sampai kematiannya pada tahun 2013, pria bernama Paul Karason ini hidup mengasingkan diri karena kulitnya yang terus membiru. Pada tahun 2008, Karason akhirnya berani muncul di hadapan publik untuk mendiskusikan kondisinya ini. Karason bercerita bahwa dirinya mengidap argyria, penyakit yang disebabkan oleh paparan zat perak. Salah satu dampak terparah dari penyakit ini adalah mengubah kulit menjadi biru keabu-abuan seperti Karason.
Paul Karason bercerita bahwa menggunakan obat khusus berbahan perak untuk mengatasi dermatitis atau iritasi kulit parah yang menyebar hingga ke wajahnya. Kasus ‘keracunan’ perak Karason ini memang terbilang parah dan irreversible atau tak bisa dikembalikan ke kondisi semula.
ADVERTISEMENTS
Karena kulit birunya, orang-orang sampai memanggilnya dengan sebutan ‘Papa Smurf’
Saking banyaknya mengkonsumsi obat-obatan untuk mengatasi kondisi medisnya, kesehatan Paul Karason makin memburuk. Meski akhirnya meninggal karena serangan jantung, Karason mengalami berbagai komplikasi medis seperti radang paru-paru karena kondisinya.
Perak sendiri diketahui memiliki kandungan antibakteri dan digunakan untuk melawan infeksi selama ribuan tahun. Tapi bahan ini mulai jarang digunakan sejak penisilin dikembangkan pada tahun 1930-an. Namun perak masih dijadikan komposisi sejumlah obat yang dijual bebas di apotek hingga tahun 1999. Di tahun yang sama, Food and Drug Administration AS mengeluarkan larangan penggunaan perak untuk bahan campuran obat karena menyebabkan argyria. Dalam kasus Paul, perak yang dikonsumsinya menumpuk di kulit dan organ-organ lainnya.
Manusia berkulit biru seakan mengajarkan pada kita kalau tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Selain memang keajaiban genetika, ternyata keracunan perak pun bisa menyebabkan kulit manusia berubah jadi biru. Menarik ya, meskipun kita tahu kulit manusia memang berbeda-beda tapi kemunculan manusia berkulit biru masih saja mengejutkan. Apakah di masa depan, bakal ada manusia dengan kulit berwarna lainnya karena mutasi gen atau polusi udara yang tak lagi terkontrol? Ya kita lihat saja besok ya..