Saat ini kita sedang berada dalam kondisi yang cukup sulit. Wabah virus corona yang bermula dari Wuhan, Cina telah memaksa kita untuk berdiam dulu di rumah untuk sementara waktu, demi mencegah persebaran penyakit ini semakin meluas. Terakhir, Presiden Joko Widodo, memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia. Diharapkan dengan langkah tersebut, kita bisa lebih disiplin lagi dalam menerapkan physical distancing, nggak keluar rumah kalau nggak penting-penting banget.
Ngomongin soal wabah, virus corona memang bukan wabah pertama yang menyerang umat manusia. Bertahun-tahun bahkan berabad-abad sebelumnya, di dunia juga pernah ada wabah yang sampai menelan banyak korban, sebut saja flu babi, SARS, polio, Flu Spanyol, dan lain-lain. Tapi dari semua wabah yang pernah “eksis” di bumi, kebanyakan disebabkan oleh penyakit yang sumbernya jelas. Nah, di bagian negara Perancis, pernah ada suatu wabah misterius, yang bikin “penderita”nya menari tiba-tiba tanpa alasan jelas. Mereka nggak bisa dihentikan dan terus menari sepanjang hari sampai sekarat lalu meninggal dunia!
ADVERTISEMENTS
Wabah aneh yang dikenal dengan nama wabah menari, choreomania, atau the dancing plague ini terjadi di Kota Strasbourg, wilayah Kekaisaran Romawi Suci, yang sekarang masuk wilayah Perancis
Wabah menari terjadi pada bulan Juli tahun 1518 di wilayah yang sekarang termasuk negara bagian Perancis. Semua bermula saat seorang warga bernama Frau Troffea tiba-tiba keluar rumah dan menari di jalanan. Ia menari tanpa alasan yang jelas dan terus menari sampai 6 hari lamanya. Dalam seminggu, sudah ada 34 orang lain yang ikut bergabung menari bersama Troffea. Saat memasuki bulan Agustus, sekitar 400 orang dilaporkan turut berpartisipasi, menari tanpa henti.
ADVERTISEMENTS
Bukannya memanggil tabib atau membubarkan massa yang terus menari bak kerasukan setan itu, pemerintah setempat malah menyewa tim penari dan pemain musik untuk mengiringi mereka!
Menurut John Waller, ahli sejarah kedokteran di Michigan State University, saat melihat banyak penduduk tiba-tiba menari tanpa henti, pemerintah setempat waktu itu malah memutuskan untuk menyewa penari dan musisi profesional untuk mengiringi mereka. Dengan difasilitasi begitu, harapannya orang bakal kecapekan dan berhenti dengan sendirinya. Sayangnya, pemerintah salah perkiraan. Panggung dan tempat luas yang disediakan buat menari, lengkap dengan musiknya, justru membuat banyak orang semakin terdorong untuk ikut menari. Mereka terus menari sampai banyak yang kakinya lecet-lecet berlumuran darah. Nggak sedikit juga yang akhirnya sampai stroke, serangan jantung, kelelahan ekstrem hingga meninggal dunia.
ADVERTISEMENTS
Ada banyak teori yang menjelaskan bagaimana wabah menari ini bisa terjadi, mulai karena keracunan jamur psikotropika ergot, karena ritual keagamaan tertentu, sampai karena stres hidup di masa kelaparan ekstrem
Sampai saat ini, walau sudah 15 abad berlalu, belum ada satupun orang yang bisa menjelaskan bagaimana wabah aneh itu bisa terjadi. Namun, ada sejumlah teori yang muncul di tengah rasa penasaran publik.
Teori pertama: percaya kalau wabah menari terjadi karena orang-orang pada keracunan jamur psikotropika ergot yang tumbuh di batang gandum. Tapi teori ini dengan cepat terbantahkan, sebab setelah diteliti, jamur ergot bisa menyebabkan seseorang mengalami delusi dan kejang. Jamur itu juga bisa menghentikan suplai darah ke lengan dan tungkai. Kondisi tersebut jelas menyulitkan orang untuk berjalan, apalagi menari.
Teori kedua: orang-orang sedang menjalani ritual sekte atau agama tertentu. Tapi lagi-lagi teori ini berhasil dibantah, karena saat menari, mereka nggak menunjukkan wajah yang tulus. Malah berdasarkan catatan sejarah, nggak sedikit yang menari sambil minta tolong. Kayak menderita, pengin berhenti, tapi nggak bisa.
Teori ketiga (dan yang banyak dipercaya, termasuk Waller): mereka mengidap sindrom psikogenik atau histeria massa. Keyakinan ini diperkuat dengan fakta bahwa di masa tersebut dunia memang sedang mengalami ketidakpastian, kelaparan ekstrem, gagal panen, cacar, hingga cuaca tak menentu. Akibatnya seluruh penduduk stres, hingga menyebabkan pingsan, mual, sesah napas, bahkan sampai memicu halusinasi!
Meski keyakinan sejarawan dan publik soal wabah aneh ini terpecah belah, namun yang jelas, peristiwa di atas betul-betul pernah terjadi dan tercatat rapi dalam sejarah peradaban manusia. Ini karena di tahun segitu sudah ditemukan mesin cetak, jadi ada berbagai sumber yang mendokumentasikannya. Mengenai gimana wabah itu bisa berakhir, alasannya juga nggak begitu jelas. Tapi menurut Waller, mereka lantas berhenti dengan sendirinya. Aneh bin ajaib!