Bermula dari sebuah cuitan seorang selebtweet dengan 8 ribuan pengikut, @cho_ro, yang mengucapkan selamat kepada teman-temannya yang berprofesi sebagai dokter gigi, bahwa perjuangan mereka selama ini tidak sia-sia. Perjuangan untuk menginformasikan pada khalayak bahwa obat konsentrat merek Albothyl tidak disarankan untuk digunakan sebagai obat sariawan. Cuitan tersebut dilengkapi dengan sebuah foto surat edaran resmi memakai kop surat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yang menyebut kandungan policresulen memang tidak lagi direkomendasikan penggunaannya untuk obat oral.
Hingga artikel ini ditulis, cuitan tersebut sudah di-retweet sebanyak 9.700 kali. Kabarnya baik pihak BPOM dan PT. Pharos Indonesia selaku produsen Albothyl telah mengeluarkan pernyataan. Kontroversi ini jelas menambah daftar alasan kenapa semakin ke sini, kita sebagai konsumen harus lebih ekstra waspada terhadap apapun yang kita konsumsi, tak hanya makanan tapi juga obat-obatan. Yuk simak info selengkapnya bareng Hipwee News & Feature!
ADVERTISEMENTS
Kontroversi ini tampaknya memang sudah ramai diperbincangkan di kalangan ahli medis dari bertahun-tahun lalu, tapi baru sekarang ini viral di media sosial
Akhirnya perjuangan keras 4 tahun temen temen dokter gigi terbayar, Albothyl resmi TIDAK DISARANKAN sebagai obat oral/sariawan oleh BPOM.
Tag dr gigi terbaik akuwh : @fairyteeth @_widyapsari pic.twitter.com/PQR3jWl8cx
— Choro | Bukan Mas Mas :’) (@cho_ro) February 14, 2018
Seperti yang sudah disebut @cho_ro dalam cuitannya, teman-teman dokter giginya telah memperjuangkan fakta bahwa Albothyl tidak disarankan untuk digunakan sejak 4 tahun lalu. Sepakat dengan hal tersebut, seorang dokter bernama dr. Arnold Fernando dalam forum kedokteran menyebut bahwa Albothyl tak hanya bertugas membunuh kuman atau bakteri jahat, tapi juga yang baik, padahal dalam mulut juga juga ada bakteri tidak jahat yang justru bermanfaat. Pada intinya menurut kebanyakan ahli medis, kandungan policresulen dalam Albothyl justru lebih banyak risiko bahayanya daripada manfaatnya.
ADVERTISEMENTS
Hal di atas senada dengan isi surat BPOM yang ditujukan kepada PT. Pharos Indonesia selaku produsen obat konsentrat Albothyl. Masyarakat pun mulai khawatir
Kontroversi dalam ranah ahli medis yang sudah berlangsung sejak bertahun-tahun lalu tersebut makin diperjelas dengan beredarnya surat BPOM yang ditujukan kepada PT. Pharos Indonesia. Viralnya surat tersebut sontak membuat banyak masyarakat khawatir karena tak sedikit dari mereka yang sudah ‘langganan’ memakai obat tersebut saat sariawan atau masalah mulut menyerang. Bisa dibuktikan dari berbagai tanggapan orang terkaitan cuitan @cho_ro di atas.
Dilansir Kumparan, Kepala BPOM Penny K. Lukito, membenarkan adanya surat tersebut. Kini dirinya mengimbau kepada masyarakat agar sementara tidak menggunakan Albothyl terlebih dahulu. Sebagai tambahan, dalam waktu dekat akan ada klarifikasi lebih lanjut soal isu ini. Sedangkan Imawan, Sales Manager PT. Pharos, seperti dilansir Viva, menyatakan bahwa surat edaran itu hanya memberi peringatan pada masyarakat untuk hati-hati menggunakan produk Albothyl untuk sariawan. Kandungan policresulen 36%-nya memang tidak untuk sariawan, tapi bukan berarti berbahaya. Asalkan dipakainya dengan diencerkan dulu.
ADVERTISEMENTS
Padahal belum lama ini obat Viostin DS dan Enzyplex dibilang positif mengandung babi. Ya meski BPOM menyangkal disebut ‘kecolongan’, tapi kita sebagai konsumen jelas harus lebih waspada
Kontroversi terkait obat-obatan ini juga baru saja terjadi dan menimpa merek suplemen Viostin DS dan Enzyplex. Berita yang masih hangat ini menyebut kalau dua produk obat yang sudah lama beredar bebas itu sebenarnya mengandung DNA babi. Segelintir masyarakat pun menuduh kalau BPOM ‘kecolongan’. Dilansir Detik, Kepala BPOM, Penny K. Lukito membantah pihaknya ‘kecolongan’. Justru ia merasa telah melakukan tugas dengan baik karena bisa mengungkap kasus itu. Sederet kasus terkait obat-obatan di atas tentu wajib kita ambil sebagai pelajaran berharga. Sebagai konsumen, kita dituntut untuk bisa lebih waspada sebelum memutuskan mengonsumsi obat-obatan.
ADVERTISEMENTS
Meskipun tidak mengenyam pendidikan di bidang kesehatan, tapi kita jelas harus lebih ‘melek’ lagi soal obat-obatan. Jangan lupa perhatikan kandungannya
Sebenarnya tidak harus jadi ahli medis dulu untuk bisa tahu dan peduli pada berbagai kandungan makanan atau obat yang kita konsumsi. Meski kita bukan orang medis, tapi itu tidak lantas pantas jadi alasan untuk acuh terhadap obat yang kita konsumsi sendiri. Ada banyak cara yang bisa kita pakai untuk mencari kejelasan obat-obatan tertentu, misalnya berselancar di internet, bertanya di forum-forum kesehatan, atau menginterogasi saudara atau teman yang memang ahli medis.
ADVERTISEMENTS
Biar gimanapun kita sendiri yang punya otoritas terhadap tubuh kita. Sebaiknya jangan hanya percaya sepenuhnya dengan apa kata ahli medis, kita pun tak boleh lelah mencari info sebanyak-banyaknya
Bukan sok pintar atau gimana ya, tapi biar bagaimanapun kita sendiri yang punya hak mengontrol tubuh kita, termasuk mengonsumsi obat-obatan. Ahli medis memang didapuk untuk bisa menentukan obat apa yang berfungsi menyembuhkan sakit yang kita derita. Tapi keputusan apapun tetap datang dari kita sendiri. Alih-alih langsung setuju sepenuhnya, jika mau jadi konsumen cerdas harusnya kita mencari tahu sendiri dulu sebelum benar-benar mempercayakan sepenuhnya pada mereka. Gunakan kemampuan terbaik untuk mencari info sebanyak-banyaknya, secerdas-cerdasnya.
Zaman sekarang makin banyak oknum-oknum yang suka menyalahgunakan obat demi keuntungan semata. Entah karena kebijakan yang agak longgar atau memang hal itu tergolong mudah dilakukan. Ya, mereka sih bebas aja kalau memang mau berniat kurang baik, biar hukum yang bicara, tapi kita sebagai konsumsen jelas tak boleh mudah terpengaruh. Sebaliknya, kita harus bisa lebih teliti dan waspada ke depannya…