Setelah vaksinasi Covid-19 gelombang pertama untuk tenaga kesehatan nyaris rampung, pemerintah menggencarkan vaksinasi gelombang kedua untuk petugas publik termasuk awak media. Di Jabodetabek, awak media penerima vaksin ditargetkan berjumlah 5.512 orang. Presiden Jokowi mengatakan kegiatan serupa bisa segera diimplementasikan di daerah lain, mengingat awak media rentan terpapar Covid-19 lantaran mobilitas dan interaksinya yang tinggi.
Pemberian vaksin untuk awak media se-Jabodetabek dilakukan secara massal di Hall Basket GBK, Senayan, Jakarta oleh pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) serta Dewan Pers. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari sejak tanggal 26 hingga 28 Februari 2021 tersebut berhasil sesuai target.
ADVERTISEMENTS
Selain mendapat vaksin, awak media se-Jabodetabek juga dapat injeksi lain berupa pengetahuan melalui talkshow literasi digital
Selama proses vaksinasi massal berlangsung, Kemkominfo menggandeng Siberkreasi untuk menghadirkan talkshow dengan tema-tema yang mengacu pada pilar literasi digital Indonesia. Di antaranya digital skill, digital culture, digital ethic, digital safety, digital economy, dan digital society.
Adapun salah satu talkshow tersebut diberi tajuk “Kekuatan Jurnalisme dalam Sosialisasi Vaksin Covid-19”, dengan mengundang pembicara Agus Sudibyo dari Dewan Pers, Yogi Arief Nugraha dari Kompas TV, dan Djaka Susila dari Sindo News.
Dalam talkshow tersebut dijelaskan bahwa tantangan menghadirkan informasi yang benar, dalam hal ini terkait vaksin Covid-19, adalah serbuan hoaks di media sosial yang memang diproduksi dengan sangat cepat. Sementara jurnalisme, seperti diketahui mesti melalui proses verifikasi yang cukup panjang sehingga kalah jika berpacu dengan hoaks.
Dengan kata lain, hoaks telah menjadi semacam keniscayaan untuk dikonsumsi. Tapi meski begitu, para pembicara sepakat kalau konten media sosial yang boleh jadi adalah hoaks, nggak akan selamanya disukai publik. Hal tersebut karena media sosial dewasa ini telah menjadi teman sekaligus musuh bagi banyak orang, dan popularitas media sosial belum tentu berarti diterima oleh publik.
Selain itu, para pembicara meyakini hoaks yang saat ini berkontribusi pada penolakan vaksin Covid-19 di masyarakat, nggak akan selamanya menguasai publik. Asalkan, jurnalisme dan awak media terus belajar mengembangkan konten yang beragam, mendalam, dan cermat dalam tujuan mencerdaskan pembaca.
“Imunisasi dalam Kacamata Sosial, Budaya, dan Demografi Indonesia: Peluang dan Tantangan” adalah talkshow lain yang digelar Kemkominfo dan Siberkreasi di sela vaksinasi massal. Topik ini menghadirkan Nadia Wiweko dari Kemenkes, Rizky Ika Syafitri dari UNICEF Indonesia, dan Ari Soegeng Wahyuniarti dari BAKTI Kemkominfo.
Selain karena hoaks, para pembicara pada topik ini mengungkapkan penolakan sebagian masyarakat terhadap vaksin disebabkan oleh tiga alasan lain, yaitu keamanan, efektivitas, dan alasan kultural seperti keyakinan tertentu.
Oleh karena itu dibutuhkan strategi komunikasi yang sistematis dan efektif dalam pemberian informasi, seperti menggunakan materi atau medium komunikasi yang dapat dimengerti dan dipahami publik. Misalnya, menggunakan bahasa daerah dan menggunakan suara para tokoh yang dipercaya publik seperti dokter, alih-alih secara masif menggunakan media sosial yang belum tentu efektif.
Dijelaskan lebih lanjut, terdapat tiga upaya untuk memastikan sebuah kebijakan publik dapat diserap dengan baik oleh masyarakat. Yang pertama enforcement, yakni pendekatan yang bersandar pada kekuatan aturan, yang kedua engineering, yaitu pendekatan rekayasa yang dilakukan dengan menyiapkan situasi dan kondisi sesuai keinginan pengambil kebijakan, dan yang terakhir education, yakni pendekatan lewat cara pendidikan.
Para pembicara dalam talkshow ini juga mengingatkan publik bahwa vaksinasi telah banyak menuai keberhasilan selama puluhan tahun, oleh karenanya nggak ada alasan untuk meragukan keampuhan vaksin dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Vaksinasi polio adalah salah satu contoh keberhasilan vaksin dalam membebaskan penduduk dunia dari pandemi.