Baru beberapa bulan menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim sudah gembar-gembor bikin gebrakan baru. Setelah naskah pidatonya kemarin viral, kali ini kabarnya eks bos Go-Jek itu bakal menghapus Ujian Nasional (UN) pada tahun 2021. UN yang sudah jadi rutinitas tahunan anak-anak sekolahan itu dianggap nggak lagi relevan untuk dijadikan tolak ukur kelulusan siswa. UN hanya akan jadi beban para pelajar.
Saat ini, Kemendikbud masih sibuk menggodok wacana penghapusan UN dan merumuskan format apa yang kira-kira ideal untuk menggantikannya. Walau masih dalam tahap pengkajian, tapi sejumlah pakar telah menuturkan usulan pengganti UN yang dianggap lebih masuk akal serta digadang-gadang bisa melatih kemampuan siswa berpikir kritis. Apa saja ya usulan alternatifnya? Cek bareng, yuk!
ADVERTISEMENTS
1. Sebenarnya, apa sih alasan Pak Menteri pengin UN dihapus?
Ujian Nasional sudah menjadi agenda tahunan di akhir masa studi pelajar Indonesia sejak bertahun-tahun silam. Nilai hasil ujian itu kemudian dipakai untuk menentukan nasib siswa selanjutnya: lulus atau tidak. Nilai tersebut juga digunakan untuk mendaftar ke jenjang berikutnya. Bagi yang nilainya tinggi, tinggal pilih aja mau masuk sekolah mana. Sedang yang nilainya pas-pasan, harus puas hanya dengan masuk sekolah biasa.
Meski sudah nggak lagi jadi tolak ukur kelulusan sejak 2015, tapi sampai saat ini UN masih jadi kegiatan rutin. Selain cuma akan membebani siswa dengan target-target nilai yang sebetulnya nggak ada gunanya juga, UN juga dianggap sebagai pemborosan. Gimana nggak, setiap tahun, negara harus menggelontorkan dana sekitar Rp500 miliar untuk pelaksanaan UN. Ya ‘kan mending dipakai buat pembangunan sarana prasarana sekolah…
ADVERTISEMENTS
2. Lalu, apa solusi yang bisa jadi pengganti UN? Salah satu yang sudah dicetuskan adalah portofolio karya siswa. Dengan begini siswa jadi bisa lebih eksplor minat dan bakatnya
Pengamat pendidikan dari Center for Education Regulations and Development Analysis (Cerdas), Indra Charismiadji, mengatakan kalau portofolio siswa bisa jadi usulan yang ideal sebagai pengganti UN. Sejak masuk sekolah, siswa sudah diarahkan untuk menciptakan apa saja tergantung minat dan bakatnya. Nah nantinya karya-karyanya itu dikumpulkan dalam bentuk portofolio dan ditunjukkan saat menjelang kelulusan. Jenis karyanya bisa bermacam-macam, bisa berupa permainan, video, tarian, buku, animasi, bahkan hasil riset sekali pun.
Bisa dibilang usulan Indra ini merupakan wujud pembelajaran berbasis proyek. Jika sudah begitu, peran guru bukan lagi sebagai pengajar melainkan sebagai fasilitator.
ADVERTISEMENTS
3. Selain itu, ada juga yang mengusulkan tes tapi nggak berbasis mata pelajaran. Lebih ke assessment yang fungsinya buat melihat perkembangan belajar siswa. Pelaksanaannya juga di tengah masa studi, jadi bisa diperbaiki
Lain lagi sama usulan yang disampaikan anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Kemendikbud, Doni Koesoema. Saat ini menurutnya, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian tengah mengkaji model tes assessment sebagai format evaluasi belajar. Bentuknya memang tetap tes, tapi bedanya bukan mata pelajaran lagi yang diujikan, melainkan kompetisi siswa, misalnya kalau SD ya kemampuan baca-tulis, dan lain-lain.
Karena tujuannya untuk melihat perkembangan belajar siswa, jadi pelaksanaannya dilakukan di tengah masa studi. Kalau SD ya saat kelas 3 atau 4, SMP dan SMA kelas 2. Jadi ke depannya sekolah masih punya kesempatan untuk memperbaiki.
Menarik ya usulan-usulan pengganti UN yang sementara ini sudah berhembus ke publik. Menurutmu mana nih yang paling ideal menggantikan UN? Atau kalian punya ide lain?