Hari ini, selain jadi hari bersejarah lantaran terjadi fenomena gerhana matahari cincin, juga jadi peringatan 15 tahun pasca tragedi besar gempa dan tsunami yang melanda Aceh. Pada 26 Desember 2004 lalu, terjadi gempa berkekuatan 9,3 SR dan tsunami setinggi kurang lebih 30 meter di kota yang dijuluki Serambi Mekah itu. Sekitar 170 ribu jiwa melayang dan tak kurang dari 500 ribu orang telah kehilangan tempat tinggalnya.
Bencana itu benar-benar jadi mimpi buruk bagi seluruh warga yang terdampak. Bahkan hingga kini, setelah 15 tahun berlalu, pedih dan luka itu masih membekas seolah tak mau pergi. Berikut Hipwee telah merangkum fakta-fakta tentang tragedi terbesar di abad modern itu. Mari kita simak dan kilas balik bersama.
ADVERTISEMENTS
1. Gempa dan tsunami Aceh terjadi karena interaksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Gempa berkekuatan 9,3 SR itu menggetarkan dasar laut di kedalaman 10 kilometer
Pagi itu berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya di Aceh. Sekitar pukul 8 waktu setempat, sebuah gempa besar yang berpusat di dasar Samudera Hindia tepatnya di kedalaman 10 kilometer menggetarkan kota yang saat itu masih bernama Nanggroe Aceh Darussalam. Gempa bermagnitudo 9,3 SR itu terjadi akibat adanya interaksi antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Gempa di atas berlangsung selama kurang lebih 10 menit. Namun 30 menit setelahnya gempa kembali mengguncang dan tiba-tiba gelombang air laut setinggi 30 meter datang menyapu wilayah Aceh. Gelombang tersebut dilaporkan berkecepatan 100 meter per detik atau 360 kilometer per jam.
ADVERTISEMENTS
2. Saking cepatnya gelombang tsunami itu menyapu daratan, banyak warga jadi tak sempat menyelamatkan diri. Setidaknya 170 ribu nyawa melayang dan 500 ribu orang kehilangan rumah
Kala itu peringatan tsunami belum secanggih sekarang. Ditambah gelombang yang menyapu daratan begitu cepatnya, membuat banyak sekali warga tak sempat menyelamatkan diri. Menurut laporan, setidaknya 170 ribu warga meninggal dunia, 6 ribu lebih orang dinyatakan hilang, 2 ribu orang luka-luka, dan sekitar 500 ribu penduduk harus kehilangan tempat tinggal. Berbagai fasilitas umum seperti jalan raya, jembatan, sekolah, dan rumah sakit juga rusak. Akibatnya kondisi kota jadi lumpuh total!
ADVERTISEMENTS
3. Bencana parah itu membuat pemerintahan di kota tersebut jadi “mati” sampai-sampai harus diambil alih pemerintah pusat
Pasca kejadian, kendali pemerintah di Aceh diambil alih pemerintah pusat di DKI Jakarta. Sesuai instruksi Mendagri Nomor 8 Tahun 2004, seluruh pejabat eselon I Departemen Dalam Negeri (Depdagri) harus mengambil langkah komprehensif untuk bencana alam di Aceh seperti penanganan darurat, pemulihan mental, rehabilitasi, dan dukungan penyelenggaraan pemda terutama di NAD. Karena itu dibentuklah Tim Asistensi Pemulihan Pemda NAD dan Sumut yang anggotanya diisi pejabat eselon I dan II. Dalam pelaksanaannya dibantu oleh praja tingkat III dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).
ADVERTISEMENTS
4. Tak hanya memakan korban dan menyebabkan pemerintahan lumpuh, tragedi besar itu juga menimbulkan kerugian materil yang tidak sedikit
Hancurnya ratusan ribu rumah, fasilitas umum, serta bangunan-bangunan lainnya, membuat pemerintah mengalami kerugian materil yang tidak sedikit. Saat itu pemerintah menaksir kerugian mencapai puluhan triliun rupiah. Mengatasi hal itu, pemerintah pun terpaksa melakukan pinjaman ke Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia. Dana itu digunakan untuk memulihkan kondisi kota pasca peristiwa tersebut.
ADVERTISEMENTS
5. Gempa dan tsunami Aceh sampai dinobatkan jadi bencana terbesar di abad 21, karena selain melanda Aceh, bencana itu juga dirasakan beberapa negara sekitar
Selain Aceh dan sekitarnya, sejumlah negara juga turut merasakan dampak dari gempa dan tsunami tersebut, di antaranya Kepulauan Andaman, Thailand, India, Sri Lanka, dan sebagian Afrika. Bencana di negara-negara yang terdampak itu juga sampai menelan korban jiwa lo, kalau ditotal ada sekitar 230 ribu orang! Akibatnya, bencana ini dinobatkan sebagai bencana terbesar abad 21.
Bahkan tahun lalu, setelah 14 tahun berselang, warga di Desa Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Kota Banda Aceh, dikejutkan dengan penemuan 45 kantong jenazah di septic tank. Kantong-kantong tersebut berisi kerangka manusia korban tsunami Aceh. Kita doakan, yuk, semoga para korban meninggal karena peristiwa itu mendapat tempat layak di sisiNya.