Kalau rumahmu ada di pinggir jalan utama yang biasa dilewati kendaraan, mungkin kamu merasa kalau belakangan ini sering ada kelompok pesepeda yang melintas di depan rumah. Tren bersepeda memang sedang naik daun. Semua bermula dari pandemi virus corona, yang akhirnya harus memaksa banyak orang beraktivitas dari rumah aja, termasuk bekerja, sekolah, dan beribadah. Memasuki masa-masa transisi dari PSBB ke new normal, mulai banyak orang yang akhirnya berani memulai aktivitas outdoor, salah satu yang dipilih adalah bersepeda. Mungkin karena bosan juga udah berbulan-bulan di rumah aja.
Nah, ternyata di abad 19 silam, tren bersepeda ini pernah terjadi juga, bahkan jauh lebih heboh sampai-sampai banyak membawa perubahan di kehidupan manusia! Perubahan itu juga lah yang memengaruhi kehidupan kita di masa sekarang. Bersepeda di abad itu, lebih dari sekadar olahraga atau ikut-ikutan biar keren aja, melainkan jadi kunci peradaban manusia di masa setelahnya.
ADVERTISEMENTS
Tren bersepeda di tengah pandemi ini mengingatkan kita pada kejadian yang sama abad 19. Waktu itu sepeda baru ditemukan dan dipergunakan massal. Keberadaannya mirip dengan smartphone di zaman sekarang
Sekitar tahun 1890-an, sepeda jadi barang yang dimiliki hampir semua orang. Layaknya smartphone di zaman sekarang, sepeda jadi benda wajib mulai dari orang penting sampai kalangan menengah ke bawah. Harganya yang variatif membuat semua kalangan bisa membelinya. Kala itu, sepeda adalah alat transportasi pertama yang memungkinkan manusia bisa bepergian dengan leluasa, mudah, murah, dan nyaman. Sebelumnya, kalau mau pergi-pergi yang rada jauhan dikit, orang harus pakai kereta kuda yang notabene biayanya cukup mahal.
ADVERTISEMENTS
Sepeda di masa itu juga mampu mengubah gaya hidup manusia. Perempuan yang awalnya selalu memakai rok lebar dan ribet gaya Victoria, jadi mulai mengubahnya dengan celana atau pakaian lain yang lebih rasional
Susan B. Anthony, seorang aktivis hak-hak perempuan, menyebut kalau tren bersepeda abad 19 itu begitu memengaruhi lahirnya emansipasi wanita. Para perempuan yang mulanya identik memakai rok besar, lebar, dan rumit ala ala Victoria, jadi mulai menggantinya dengan celana atau pakaian lain yang lebih masuk akal. Biar kalau naik sepeda nggak ribet. Sepeda membuat banyak perempuan ramai-ramai turun ke jalan, bepergian dengan leluasa, dan merayakan kebebasan bersama-sama.
ADVERTISEMENTS
Tren ini juga melahirkan begitu banyak industri baru. Popularitasnya bahkan disebut-sebut mengalahkan bisnis restoran dan bioskop!
Begitu hobi bersepeda meledak, mendadak banyak sekali perusahaan yang memproduksi sepeda versi masing-masing demi memenuhi permintaan pasar. Mulai dari murah sampai mahal ada. Tren ini akhirnya juga melahirkan berbagai industri lain seperti perusahaan yang memproduksi spare part sepeda. Atau perusahaan periklanan yang menggarap poster-poster promosi produk sepeda, dan lain sebagainya. New York Journal of Commerce bahkan menyebut popularitas sepeda mengalahkan bisnis restoran dan bioskop kala itu!
ADVERTISEMENTS
Lebih jauh lagi, tren bersepeda bahkan sampai mampu meningkatkan angka pernikahan karena banyaknya orang yang bebas bepergian mengunjungi desa atau wilayah lain, yang sebelumnya sulit dilakukan
Dengan sepeda, orang jadi lebih mudah bepergian dari satu tempat ke tempat lain. Perubahan ini ternyata mampu meningkatkan angka pernikahan antar desa! Anak-anak muda bebas berkeliaran sesuka hati, mengunjungi desa-desa lain, dan mungkin menemukan tambatan hatinya di sana. Mereka juga jadi lebih leluasa berinteraksi dengan orang lain, menjalin koneksi dengan masyarakat yang mungkin belum pernah ditemui sebelumnya.
Berkat sepeda juga, pemerintah jadi merumuskan berbagai aturan dan kebijakan baru guna menjawab kebutuhan pengendara sepeda, seperti membuat jalur khusus pesepeda, dan lainnya. Mirip kan sama yang terjadi belum lama ini, karena ramai orang-orang bersepeda, pemerintah jadi kepikiran buat bikin aturan tentang transportasi sepeda.