Tren Kerajaan Abal-abal: Kenapa Banyak Orang Ketipu Sama Janji-janji Palsu & Mau aja Diajak Halu?

Tren kerajaan abal abal

“Kenapa sih kok mendadak banyak kerajaan baru bermunculan??”

Mungkin itulah yang jadi pertanyaan terbesar belakangan ini selain “Kapan teror virus corona berakhir?”. Setelah kita cukup dibuat capek ketawa gara-gara kemunculan Kerajaan Keraton Sejagat beserta raja-ratunya dan sederet klaim irasional mereka, nggak lama kemudian muncul kerajaan serupa bernama Sunda Empire-Earth Empire. Dengan percaya dirinya, petinggi Sunda Empire mengaku kalau anggota mereka adalah kepala negara atau kepala pemerintahan dari 196 negara dengan rakyatnya adalah semua penghuni bumi! Uwaw~

Seolah nggak berkaca dari raja dan ratu Keraton Sejagat yang berujung jadi tersangka atas kasus penipuan, atau petinggi Sunda Empire yang akhirnya di-bully orang se-Indonesia raya, baru-baru ini muncul lagi King of the King di Tangerang. Ketua Umum Indonesia Mercusuar Dunia (IMD), Juanda –orang terdekat King of the King, yang akrab dipanggil Mister Dony Pedro– mengklaim kalau Dony ini memegang aset peninggalan Soekarno sebesar Rp60.000 triliun yang ada di Bank Swiss! Kekayaan itu nantinya akan dipakai untuk melunasi utang Indonesia, dibagikan ke rakyat Indonesia –per kepala bakal dapat 3 miliar, dan untuk membeli alat pertahanan.

Kita boleh ketawa ngakak guling-guling waktu baca berita soal kemunculan kerajaan-kerajaan halu di atas. Tapi harus diakui kalau mereka punya pengikut yang jumlahnya nggak main-main, mungkin lebih banyak dari jumlah followers kita di IG. Penasaran nggak sih, kenapa kok buanyak banget orang percaya bahkan ketipu sama janji-janji palsu raja atau petingginya?

1. Paling klise: pengikutnya berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, latar belakang pendidikan kurang memadai, dan mayoritas udah tua-tua

Tren Kerajaan Abal-abal: Kenapa Banyak Orang Ketipu Sama Janji-janji Palsu & Mau aja Diajak Halu?

Hmm bisa jadi… via www.merdeka.com

Sebenarnya nggak perlu jauh-jauh lihat tren kerajaan itu. Di grup WhatsApp keluarga aja yang hobi nyebar hoaks pasti orang-orang tua. Menurut staf pengajar di Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Dardias Kurniadi , pengikut raja Keraton Sejagat didominasi kalangan menengah ke bawah, latar belakang pendidikannya juga kurang memadai. Jadi mereka lebih rentan tergiur sama janji-janji masa depan; uang, jabatan, atau tatanan kehidupan yang lebih baik.

Para pengikut kerajaan-kerajaan itu juga ingin disegani lewat sederet jabatan mentereng kayak Keraton Sejagat yang punya jajaran menteri misalnya.

2. Orang Jawa masih percaya sama konsep Ratu Adil, mitologi yang mengatakan kalau di masa depan bakal muncul pemimpin penyelamat dunia

Tren Kerajaan Abal-abal: Kenapa Banyak Orang Ketipu Sama Janji-janji Palsu & Mau aja Diajak Halu?

Konsep Ratu Adil via reward7677.nonamerbon35.live

Orang Jawa juga masih banyak banget yang percaya sama konsep Ratu Adil . Mereka ini yakin kalau di masa depan bakal ada pemimpin yang akan menyelamatkan dunia. Sosiolog dari Universitas Airlangga, Bagong Suyanto, bilang kalau anggota Keraton Sejagat itu merupakan orang-orang mental irasional. Ditambah jiwa-jiwa marketing petinggi kerajaan abal-abal ini memang ciamik sampai bisa bikin puluhan bahkan ratusan orang kepincut sama bualannya.

3. Kemungkinan lain karena orang-orang itu memang penyembah teori konspirasi atau pseudo science. Kayaknya mereka bakal klop banget kalau ngobrol sama penganut paham Flat Earth~

Tren Kerajaan Abal-abal: Kenapa Banyak Orang Ketipu Sama Janji-janji Palsu & Mau aja Diajak Halu?

Mungkin mereka juga percaya Flat Earth via www.ayobandung.com

Yaa, sulit sih ya kalau udah berurusan sama penyembah teori konspiresyen ini. Kemungkinan lain memang mereka-mereka ini fans berat teori konspirasi dan pseudo science. Kalau kata Sejarawan dari Universitas Padjajaran, Widyo Nugrahanto , mereka yang percaya konspirasi biasanya nggak puas sama tatanan suatu negara, entah sosial, politik, atau ekonomi. Kadang juga mereka ini punya ambisi yang nggak kecapai, makanya jadi halu karena terlalu memimpikan kejayaan kerajaan masa lalu bisa kembali lagi.

4. Biasanya yang tertipu itu mereka yang minim aktivitas dalam kehidupan sehari-harinya. Entah sedang tidak punya pekerjaan atau memang banyak waktu kosong

Tren Kerajaan Abal-abal: Kenapa Banyak Orang Ketipu Sama Janji-janji Palsu & Mau aja Diajak Halu?

Sampai punya ID card lo via jabar.suara.com

Sosiolog Bagong rupanya juga setuju sama apa yang disampaikan sejarawan Widyo di atas, bahwa para pengikut kerajaan fiktif ini kebanyakan adalah orang-orang yang memang nggak punya tujuan hidup yang jelas. Nggak disibukkan dengan pekerjaan, atau kegiatan lainnya yang memang ada “alurnya”. Jadinya memilih percaya sama hal-hal manipulatif. Bagong juga menambahkan kalau mereka ini nggak beda sama orang-orang yang mau-mau aja ikut arisan bodong. Hmm~

5. Ternyata kalau dirunut lagi sejak era reformasi, setidaknya ada 47 kerajaan fiktif yang muncul di Indonesia lo! Kira-kira ada 3 motif di baliknya: motif politik, penguatan budaya lokal, dan “penumpang gelap”. Maksudnya apa??

Tren Kerajaan Abal-abal: Kenapa Banyak Orang Ketipu Sama Janji-janji Palsu & Mau aja Diajak Halu?

Ternyata banyak! via www.kompasiana.com

Menariknya, rupanya tren kerajaan ini bukan baru-baru ini aja terjadi. Sejak era reformasi, setidaknya ada 47 kerajaan abal-abal yang muncul ke permukaan. Ini menurut penelitian yang pernah dilakukan Bayu, staf pengajar UGM yang udah disebutin di atas tadi. Katanya ada 3 motif yang melandasi orang-orang mendirikan kerajaan baru:

  1. Motif politik — bikin atau terlibat di kerajaan jadi ajang seseorang menokohkan diri, lalu dikenal banyak orang. Kemudian popularitasnya ini bisa dipakai buat nyaleg, tujuannya biar banyak yang milih, walau mungkin berujung malah bikin ilfil.
  2. Penguatan budaya lokal — tujuannya ya memang pengin menonjolkan kebudayaan lokal aja, dengan embel-embel cinta sejarah. Tujuannya mungkin mulia, sayangnya caranya aja yang kurang tepat.
  3. Motif “penumpang gelap” — dia sengaja mencatut nama kerajaan yang sudah sangat tua dan nggak jelas lagi genetiknya (mungkin biar lebih gampang bikin orang percaya), lalu ngaku-ngaku keturunannya. Eh, ternyata ada udang di balik bakwan, alias menggali keuntungan pribadi dari sana. Di Palembang pernah ada lo yang sampai jual beli gelar demi mendapat cuan!

Sebetulnya menghidupkan kembali kebudayaan atau menunjukkan kecintaan pada sejarah itu sah-sah aja. Tapi mbok ya jangan malas riset dulu gitu lo. Baca-baca kek, arsip-arsip sejarah dari sumber terpercaya. Sama kalau mau pamer kecintaannya sama sejarah nggak perlu lah sampai bikin kerajaan segala. Selain butuh biaya yang nggak sedikit, bikin-bikin kerajaan juga berpotensi berurusan sama pihak berwajib. Kan malu kalau tahu-tahu berakhir di sel tahanan~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.

CLOSE