Drama Korea kian mendunia | Illustration by hipwee via www.hipwee.com
Gelombang drama Korea kini semakin masif dan mendunia. Walau mungkin banyak yang belum menyelam ke lautan hiburan menyenangkan dengan berbagai pilihan genre ini, paling tidak orang-orang pasti sudah mendengar judul-judul populer semacam Squid Games.
Drama Korea untuk saat ini bisa dikatakan bukan sekadar hiburan semata, tapi sudah membentuk sebuah tren. Bahkan, saking populernya, anak-anak saja sampai tahu permainan tradisional red ligt green light dari Korea walau dengan lirik yang salah, “Aqua, kucing, tiang bendera.”
Jika sebelumnnya film asal Bollywood juga sempat mendunia, kini tren tontonan dari Korea ini rasanya mampu menggeser dan sejajar dengan tontonan asal Hollywood yang selalu merajai. Padahal, kalau dipikir-pikir bahasa yang digunakan ya bahasa masing-masing, bukan Bahasa Inggris yang digunakan secara internasional.
Fenomena drama Korea yang mendunia akhir-akhir ini bukan tanpa alasan. Kualitasnya memang bagus, tapi ada faktor lain yang membuatnya semakin dikenal, bahkan memiliki basis penggemarnya sendiri di seluruh dunia. Yuk, kita intip apa-apa saja sih alasan dibalik booming-nya drama Korea!
ADVERTISEMENTS
1.Tayang di berbagai aplikasi streaming yang mudah diakses tentu memudahkan drama Korea dikenal di seluruh penjuru dunia
Nonton Drakor dari rumah / Illustration by Hipwee
Kita bisa melihat berbagai serial Korea dengan judul-judul populer seperti Squid Game, Hellbound, hingga Kingdom melalui Netflix, salah satu aplikasi streaming. Ada juga platform lain seperti Viu, iQiyi, dan aplikasi sejenisnya yang menyediakan makin banyak pilihan. Hal ini sangat mudah diakses bagi sebagian besar orang karena hanya perlu mengunduh aplikasi dari rumah dan membayar biaya berlangganan yang dirasa lebih terjangkau daripada harus berulang kali ke bioskop. Setelahnya, kita bisa melihat berbagai drama Korea yang ada di aplikasi streaming tanpa perlu usaha yang berlebihan.
Kemudahan akses ini sangat membantu banyak orang untuk mendapat hiburan, apalagi saat masa pandemi seperti ini. Dilansir dari katadata.co.id, keadaan pandemi membuat durasi streaming terus meningkat, seperti yang terjadi di iQiyi, weTV, Netflix, Viu dan lain sebagainya. Mudahnya mengakses serial drama Korea tersebut tentunya jadi salah satu alasan kenapa kini semua orang bisa tahu berbagai judul drama Korea.
ADVERTISEMENTS
2. Tiap drama biasanya digarap dengan serius, dana yang besar rela dikeluarkan demi sinematografi yang ciamik. Berapa sih memangnya?
Serial drama Korea dikenal dengan sinematografi yang indah dan enak dipandang mata. Tentu ada biaya yang perlu dikeluarkan untuk menebus semua itu. Apalagi, sekarang drama Korea bukan cuma diproduksi oleh televisi lokal saja, tapi juga produser lain, salah satunya Netflix yang terkenal jor-joran masalah biaya. Seperti contohnya, serial Squid Game yang mendunia semenjak penayangannya September lalu. Dikutip dari Bloomberg, dana yang dikeluarkan mencapai USD21,4 juta (Rp304,4 miliar) untuk sembilan episode. Artinya, per episode dikeluarkan dana hingga USD2,4 juta atau Rp34 miliar.
Biaya yang banyak tersebut melingkupi berbagai macam hal, seperti alur cerita yang menarik, aktor kelas A, desain set yang detail, efek CGI, dan lokasi syuting yang terkadang ke luar negeri. Drama lain seperti Vicenzo diprediksi menghabiskan Rp15 miliar per satu episode karena banyak menggunakan CGI. Contoh lain, yakni serial Netflix original, Kingdom 1 & 2, drama tentang wabah zombie ini menghabiskan sekitar Rp 25 miliar untuk satu episodenya.
ADVERTISEMENTS
3. Jika selama ini drama Korea selalu diidentikkan dengan cerita yang menye-menye, sekarang anggapan ini mulai berkurang. Banyak genre yang bisa dieksplor
Nggak melulu fokus di percintaan, banyak ide lain yang diangkat, misalnya sisi kemanusiaan dan kebaikan di penjara yang tergambar di Prison Playbook. Drama lain, seperti Squid Game juga membawa warna segar dengan mengangkat tema dari keputusasaan dan eksploitasi kelas bawah. Ide-ide tersebut menjadi warna baru karena menunjukan realita yang terjadi. Tak semua orang memiliki perjalanan hidup yang mulus seperti pemeran utama “konvensional” selama ini.
Drama Korea juga banyak menceritakan kisah dengan berbagai latar belakang profesi seperti Hospital Playlist, Pinoccio, Law School, dan lain-lain. Tokoh dengan beragam latar belakang ini membawa warna baru dan menyegarkan bagi para penggemar. Selain menonton, penggemar juga bisa belajar mengenai beragam profesi.
Industri perfilman Korea terkenal sangat beragam dan cukup bebas dalam pengangkatan topik. Namun, dilansir dari Washington Post, di masa yang lalu, pemerintah Korea hanya mengizinkan drama atau film Korea yang mengangkat isu propaganda anti komunis, kehidupan rumah tangga yang sehat, dan tema kebangsaan. Hingga pada tahun 1980 terjadi protes besar-besaran yang kemudian menjadi titik balik dari Industri perfilman korea, tepatnya pada 1987.
Dikutip dari sumber yang sama, sutradara kenamaan seperti Bong Joon-ho, sutradara film Parasite, banyak mengambil isu yang dilarang pada masa itu. Tak menutup kemungkinan juga, sutradara lain seperti Hwang Dong-hyuk penggarap Squid Game hingga Kim Seung-un, sutradara Kingdom, juga melakukan hal yang serupa.
ADVERTISEMENTS
4. Alur cerita rapi dan diceritakan dengan jelas, tergambar dari jumlah episode yang pas
Serial drama Korea memiliki permasalahan dan juga penyelesaian yang jelas. Kisah berfokus pada pemain utama dan bagaimana ia menyelesaikan permasalahannya. Tentunya ada pemeran lain atau bahkan side couple, tapi hal itu tak mengurangi fokus dari alur cerita yang disampaikan.
Drama Korea juga biasanya ditayangkan dengan jumlah episode yang terhitung sedikit, paling umum 12 sampai 16 episode setiap musimnya. Hal ini justru yang menjadi poin tambahan karena alur cerita tidak melebar ke mana-mana. Walaupun mendapat rating yang tinggi, tim produksi akan berpegang teguh dengan rencana awal. Tidak akan menambah episode yang menyebabkan cerita menjadi nggak jelas dan dipaksakan. Kalaupun menambah atau mengurangi, biasanya hanya satu dua episode saja.
ADVERTISEMENTS
5. Tak hanya mengandalkan wajah ganteng dan cantik pemain buat bikin betah penonton, akting mereka juga nggak kaleng-kaleng
Tak bisa dimungkiri, aktor dan aktris yang memiliki wajah yang rupawan ternyata bisa menarik perhatian bagi penggemar untuk berlama-lama nonton. Namun, rupa tanpa skill akting yang mumpuni akan percuma. Aktor dan aktris Korea akan menjiwai karakter mereka hingga nggak jarang dampaknya sampai ke dunia nyata.
Ada beberapa dari mereka yang bayarannya selangit, seperti aktor Kim So-Hyun, pemeran pria utama Its Ok Not to be Ok yang dibayar hingga Rp 6,21 miliar per episodenya. Namun, lagi-lagi hal ini dibarengi dengan tuntutan untuk serba sempurna, belum lagi adanya cancel culture yang bisa membuat karier siapapun meredup hanya dalam semalam. Saat meniti karier pun tak jarang mereka akan kesulitan secara finansial karena harus berjuang dari bawah.
Sebenarnya perjuangan industri perfilman Korea menjadi dikenal luas seperti sekarang melewati proses yang cukup panjang. Namun, karena mementingkan kualitas dari segala aspek, originalitas ide, serta berani untuk mengeluarkan modal yang besar, maka semua itu bisa terjadi.