Terhitung sejak Agustus 2018 kemarin, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) memberlakukan penambahan kolom baru pada Kartu Keluarga (KK), yakni status perkawinan dan golongan darah. Golongan darah menjadi penting untuk dicantumkan mengingat banyak penduduk yang masih abai atau bahkan tidak mengetahui jenis golongan darahnya, padahal sangat diperlukan sewaktu-waktu dibutuhkan untuk transfusi darah.
Tindakan penyaluran darah ini diperlukan untuk membantu pasien yang mengalami kekurangan darah, bahkan dalam kasus tertentu sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawanya. Tentunya, darah yang akan didonorkan diperiksa terlebih dahulu untuk menguji kelayakan dan memastikan bahwa darah tersebut ditransfusi ke sesuai dengan golongan darahnya. Karena kekeliruan dalam mentransfusikan darah tentu berakibat fatal, bukannya menyelamatkan, malah mengancam nyawa pasien yang membutuhkan. Gimana sih faktanya?! Yuk simak bareng Hipwee News & Feature~
ADVERTISEMENTS
Penting bagi setiap orang untuk mengetahui golongan darahnya. Karena untuk bisa mendonor atau menerima donor, harus disesuaikan dulu golongan darahnya
Mungkin kebanyakan orang sudah tahu kalau darah itu dibagi menjadi beberapa golongan, tapi nggak tahu maksudnya apa. Dilansir Alodokter, golongan darah setiap orang ini dibedakan berdasarkan ada atau nggaknya zat antigen pada sel darah merah dan plasma darah. Antigen ini fungsinya sebagai tanda pengenalan sel tubuh. Jadi kalau ada sel dengan antigen yang berlawanan masuk ke dalam tubuh, maka sistem kekebalan tubuh akan mulai perlawanan terhadap sel (yang dianggap) asing tersebut dengan memproduksi antibodi.
Umumnya, golongan darah ini dibagi menjadi A, B, AB, dan O. Ada juga penggolongan darah yang menggunakan sistem resus (Rh), yakni Rh positif atau negatif. Nah, golongan darah ini kemudian harus dianalisa dan dicocokkan dulu antara pendonor dan penerima donor (resipien) untuk bisa ditransfusi.
ADVERTISEMENTS
Meski sudah cocok golongan darahnya, transfusi darah tetap akan menimbulkan risiko-risiko tertentu
Banyak manfaat yang didapatkan dari transfusi darah, tapi nggak sedikit juga risikonya. Jika dilakukan sesuai prosedur, transfusi darah jarang mengakibatkan komplikasi. Namun di balik langkah medis ini, tetap ada risiko-risiko seperti demam dan alergi karena sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap protein atau zat lain dalam darah yang diterima. Bisa juga terjadi kelebihan cairan yang bikin jantung sulit memompa darah ke seluruh tubuh, akibatnya bisa sesak napas. Risiko-risiko ini umum terjadi dan akan pulih dengan sendirinya.
Namun ada juga risiko yang lebih parah karena faktor kondisi pasien sendiri maupun kelalaian dari petugas medis. Itulah kenapa soal transfusi darah perlu pengawasan petugas medis yang mumpuni.
ADVERTISEMENTS
Kalau yang sudah cocok saja tetap ada risikonya, apa kabar transfusi darah antar orang yang berbeda golongan darahnya, ya?
Dalam transfusi darah, jika golongan darah donor dan resipien nggak cocok, maka sistem kekebalan tubuh penerima akan menyerang darah yang ditransfusi karena jelas-jelas memiliki antigen yang berlawanan. Akibatnya, sel darah merah dari darah yang disumbangkan akan menggumpal (aglutinasi). Gumpalan darah ini bisa menyumbat pembuluh darah dan menghentikan sirkulasi darah ke bagian lain tubuh sehingga bisa berakibat fatal bagi pasien.
Diungkapkan oleh Direktur Unit Donor Darah Pusat Palang Merah Indonesia, Dr.dr. Yuyun Soedarmono, MSc, seperti dilansir Health Detik, kalau selaput plasma dalam darah yang ditrasnfusi rusak atau larut karena berbeda tekanan dengan cairan dalam tubuh, akibatnya sel darah bisa pecah (lisis). Gejalanya seperti mual, menggigil, demam, dada dan di bagian punggung bawah terasa nyeri, urine juga berwarna gelap karena kerja ginjal jadi berat. Sehingga untuk mengatasinya ya harus cuci darah secara berkala. Tahu kan risikonya orang yang cuci darah itu seperti apa? Bukannya sembuh malah makin sakit jadinya.
ADVERTISEMENTS
Di sinilah ketelitian tenaga medis sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko kesalahan dalam mendiagnosa maupun saat proses transfusi
Hal yang terpenting dan harus diperhatikan saat transfusi darah adalah jangan sampai terjadi kesalahan pencocokan golongan darah. Seperti halnya kasus yang menimpa Muhammad Rizky, pasien asal Lahat, Sumatera Selatan yang harus cuci darah rutin karena kesalahan transfusi, sepeti dilansir News Detik. Awalnya Rizky didiagnosa menderita anemia dan disarankan untuk melakukan transfusi. Namun, belum selesai ditransfusi, Rizky menggigil dan sesak napas, dan berlanjut hingga beberapa hari. Setelah ditelusuri, rupanya terjadi kesalahan transfusi, di mana petugas medis keliru mendiagnosa golongan darah Rizky yang sebenarnya B+ didiagnosa AB, jadilah Rizky ditransfusi dengan dua kantong darah AB.
Kejadian seperti inilah yang seringkali disebabkan oleh ketidakcermatan petugas medis. Harusnya dilakukan pemeriksaan cermat dan berulang oleh pihak yang memang sudah ahli dalam bidangnya untuk menghindari kekeliruan. Karena keliru sedikit saja, akibatnya bisa fatal dan nyawa orang lain lah yang jadi taruhannya. Hal ini jugalah yang perlu disadari oleh masyarakat bahwa prosedur pengecekan golongan darah dan transfusi itu nggak murah dikarenakan perlu kecermatan khusus dalam pelaksanaannya.
Penting sekali untuk memeriksakan darah ke ahlinya agar kamu bisa mengetahui karakteristik darah yang ada di tubuhmu. Selain bermanfaat untuk diri sendiri, tentu bisa juga untuk membantu orang lain. Kebanyakan orang memang nggak mengalami masalah saat menerima transfusi darah. Tapi kalau kamu merasa terjadi perubahan kondisi pada tubuh, terutama saat proses berlangsung, segera beritahu dokter. Pastikan juga transfusi darah dilakukan di rumah sakit dan di bawah anjuran serta pengawasan dokter.