Memang sudah jamak kita ketahui, di zaman yang sudah serba canggih dan modern ini kehidupan orang-orang akan selalu berhubungan dengan gadget atau teknologi. Mereka pun dituntut untuk selalu eksis di media sosial. Satu orang bahkan bisa memiliki lebih dari tiga akun di dunia maya. Manfaatnya jelas banyak, mulai dari yang paling menguntungkan untuk mendapat pekerjaan atau bahkan jodoh misalnya, hingga yang paling merugikan, untuk transaksi jual beli obat-obatan terlarang atau mengunduh film dan segala konten berbau porno mungkin.
Yang bikin bergidik ngeri, Jumat (17/3) ini, para penghuni Facebook dikejutkan oleh aksi live streaming dari seorang pria yang tinggal di wilayah Jakarta Selatan. Sekitar pukul 10.00 WIB pria yang tepatnya berdomisili di Jagakarsa itu muncul di laman Facebook dengan siaran langsung yang terlebih dulu berisi curhat tentang sang istri yang pergi meninggalkannya serta anak-anak mereka. Tak lama kemudian, dia menggantukan diri dengan tali yang telah dipasang di langit-langit rumahnya. Hoax? Bukan, kini dia sudah benar-benar kehilangan nyawa. Innalillahi…
Pria 36 tahun itu ditemukan tak bernyawa oleh anaknya sendiri yang masih berusia 14 tahun pukul 13.30, dengan keadaan tergantung dan lidah menjalar
Sebagaimana dilansir dari poskotanews.com, Kanit Reskrim Polsek Jagakarsa telah mengamankan jasad pria tersebut dan sudah dikirim ke RS Fatmawati untuk keperluan visum. Polisi menduga, dia bunuh diri karena ada ribut dengan keluarga. Terang saja dugaan ini bisa muncul bukan tanpa bukti, dunia maya menjadi saksi bagaimana dia nekat menggantung dirinya sendiri.
Ayah lima anak ini live di Facebook saat melakukan aksi bunuh dirinya. Jejak videonya pun masih tersisa dan telah ditonton lebih dari 1 juta kali
Anak umur 14 tahun mana yang nggak kaget mendapati ayahnya sudah dalam keadaan tak bernyawa tergantung dengan kondisi mengenaskan? Anak korban pun bergegas menemui Ketua RT mengajak ke rumah, dan benar saja, korban ditemukan menggantung dengan tali tambang warna biru yang diikat di kayu plafon dan sudah meninggal dunia. Ada dua video live yang tertinggal di Facebook. Yang pertama dalam video berdurasi 1 menit 5 detik, dia yang kala itu mengenakan kaus berwarna putih hanya curhat tentang cintanya yang sangat besar pada sang istri. Lalu video kedua berdurasi 1 jam 44 menit, dia merekam aksinya mulai dari mendekati tali yang sudah tergantung hingga ajal benar-benar dia jemput sendiri.
Ini bukan aksi pertama bunuh diri yang disiarkan secara langsung di media sosial. Di luar negeri, hal serupa telah terjadi beberapa kali
Awal Mei 2016 lalu, seorang gadis 19 tahun telah melakukan aksi bunuh diri dengan cara menabrakkan diri ke sebuah kereta api yang tengah melaju di Paris. Ngerinya, aksi tragis itu dia siarkan secara langsung lewat Periscope. Dalam videonya, dia sempat berkata, bahwa video itu bukan dibuat untuk mencari popularitas, tapi untuk membuat masyarakat tanggap dengan segera bereaksi dan membuka pikiran mereka.
Aksi bunuh diri lainnya pernah dilakukan seorang wanita 31 tahun asal Taiwan. Sebabnya bisa dibilang sederhana, karena kesal sang pacar tak bisa datang ke acara ulang tahunnya. Dalam status Facebooknya, dia menuliskan akan bunuh diri dengan cara menghirup asap pembakaran arang di dalam kamarnya. Teman-temannya sudah berusaha memohon agar dia tak bunuh diri, tapi nyatanya tak ada satupun yang melaporkan pada polisi.
Belajar dari kasus-kasus ini, sepertinya fitur live streaming dijadikan sarana permintaan tolong yang terakhir. Tampaknya mereka akahirnya nekat bunuh diri karena merasa seruan itu dihiraukan atau tidak didengar
Dengan direkam menggunakan fitur live streaming atau siaran langsung, aksi bunuh diri ini bisa dilihat oleh ratusan atau bahkan ribuan orang yang memang berkawan dengan korban di akun media sosialnya. Beberapa upaya bunuh diri itu memang ada yang gagal berkat kepekaan dan tanggapnya si saksi yang melihat streaming tadi, tapi tak bisa dipungkiri kalau banyak juga yang berhasil kehilangan nyawa. Khusus untuk yang pada akhirnya meninggal, tentu saja membuat banyak orang bersedih. Kebayang nggak gimana sedihnya, ketika kamu melihat kematian di depan mata, tapi nyatanya nggak bisa berbuat apa-apa karena terpisah jarak?
Agar tak terjebak depresi dan berujung kehilangan nyawamu sendiri, ceritakan masalahmu ke orang lain. Beri tahu mereka yang kamu percaya, jangan hanya berkoar di media sosial saja
Penyebab utama terjadinya aksi bunuh diri ialah karena korbannya tengah menderita depresi. Depresi sendiri bisa diartikan sebagai kondisi putus asa yang menimpa seseorang ketika tidak kuat menghadapi suatu masalah. Nah, salah satu cara efektif menghadapinya ialah dengan berkumpul, bercerita, dan berbagilah beban kepada orang terdekat. Sempatkanlah waktu bertatap muka dengan mereka, bukan hanya chatting atau mengunggah status di media sosial.
Gaya hidup modern memang tampaknya berpusat pada media sosial. Banyak orang sekarang terbiasa mencari semua jawaban, dukungan, atau pembenaran diri lewat komentar friends atau followers-nya. Jika tidak mendapatkannya, mungkin pada bakal stres dan kecewa berat. Padahal banyak variabel seperti tidak dapat sinyal, paket data habis, atau keterbatasan karakter yang menyebabkan komunikasi macam ini kurang berkualitas dan sering jadi sumber kesalahpahaman.
Perlu diperhatikan dengan serius sih perkembangan tren live streaming ini, supaya peristiwa tragis macam ini tidak terulang kembali. Disamping meningkatkan kesadaran bersama, mungkin Facebook atau platform media sosial lainnya bisa membuat semacam sistem pengamanan jika ada user-nya yang mengunggah konten macam ini via real time. Bisa berupa peringatan atau sistem langsung untuk bisa berkoordinasi dengan polisi setempat, jadi pihak berwajib bisa bertindak cepat dan benar-benar mencegah aksi bunuh diri itu. Ya teknisnya bagaimana Hipwee juga bingung sih, tapi pokoknya semua pihak harus bekerja sama lah untuk mencegah kejadian seperti ini.