Baru-baru ini media sosial ramai memperbincangkan soal harga tes Polymerase chain reaction (PCR) di Indonesia yang disebut lebih mahal dibanding negara lain, salah satunya India. Berdasarkan India Today, pemerintah di sana memangkas harga tes PCR yang sebelumnya 800 rupee menjadi 500 Rupee atau setara Rp96 ribu. Sedangkan, untuk harga tes antigen seluruh rumah sakit di New Delhi sebesar 300 Rupee atau Rp58 ribu.
Hasil tes PCR untuk mendektesi Covid-19 sendiri sampai saat ini lebih akurat dibandingkan rapid antigen, sehingga hasil tes ini kerap dijadikan syarat aktivitas warga di masa pembatasan pandemi virus corona. Namun, harga PCR di Indonesia cukup menguras kantong dan nggak sedikit dikeluhkan sejumlah pihak. Melihat isu yang berkembang di masyarakat, penyanyi sekaligus dokter, Tompi pun menyuarakan pendapatnya.
ADVERTISEMENTS
Tompi meminta pemerintah untuk menurunkan harga tes PCR supaya lebih terjangkau di masyarakat. Hal ini juga nantinya bisa mempermudah pendeteksian virus Covid-19 di Tanah Air
HARGA PCR ATAU SWAB HARUS SEMURAH2nya!!! NEGARA HARUS HADIR memastikan ini. Kenapa negara lain bs lebih murah dr kita saat ini? Bukankah Beli bayam 100 selalu lebih murah dari beli bayam 10.
Ayo lah Bisa! Mhn kendalinya Pak @jokowi— dr tompi spBP (@dr_tompi) August 11, 2021
Baru-baru ini, salah satu YouTuber dan mahasiswa Indonesia di India, Mohd. Agoes Aufiya membuktikan sendiri harga tes PCR di sana yang tak sampai Rp100 ribu. Konten tersebut pun viral hingga dijadikan perbandingan dengan mahalnya tes PCR di Indonesia. Diketahui harga tes PCR di beberapa klinik Jakarta berkisar Rp650 ribu sampai Rp700 ribu lebih. Adapun menurut Kemenkes, harga tes PCR dapat dipatok hingga Rp900 ribu. Hal ini tertuang dalam Surat Edaran Nomor HK.02.02/1/3713/ 2020 tentang batasan tertinggi untuk pemeriksaan RT-PCR dan swab.
Harga tersebut ditujukan bagi layanan tes PCR mandiri dan tak berlaku bagi kegiatan contact tracing. Begitupun rujukan pasien Covid-19 ke RS yang penyelenggaraan tes PCR-nya dibiayi pemerintah. Meski demikian, publik masih menyayangkan harga yang mahal, apalagi tak jarang dipakai untuk syarat pekerjaan. Menanggapi hal tersebut, Tompi buka suara, ia meminta pemerintah untuk menurunkan harga PCR supaya lebih terjangkau di kantong banyak orang.
“HARGA PCR ATAU SWAB HARUS SEMURAH2nya!!! NEGARA HARUS HADIR memastikan ini. Kenapa negara lain bisa lebih murah dari kita saat ini? Bukankah beli bayam 100 selalu lebih murah dari beli bayam 10. Ayo lah Bisa! Mohon kendalinya Pak @Jokowi,” papar Tompi.
ADVERTISEMENTS
Biaya tes PCR yang mencekik dirasakan beberapa orang, ditambah pemberlakuan baru yang mengharuskan tes tersebut menjadi syarat di banyak tempat
Beragamnya harga tes PCR di Indonesia membuat publik resah. Pasalnya dari klinik satu ke lainnya harga bisa berbeda, karena tak ditentukan standar yang mutlak. Jumlah orang yang melakukan tes tersebut akhirnya semakin terbatas karena harganya yang terlalu tinggi. Akibatnya, hanya mereka yang betul-betul membutuhkan tes sebagai syarat administratif, misalnya bepergian lewat bandara. Padahal, tes inilah yang dikatakan paling akurat.
Sama halnya ketika pemerintah mewajibkan tes PCR atau antigen 1×24 jam sebelum memasuki mal apabila belum divaksin. Sebab hal tersebut, warganet pun meminta pemerintah untuk mempertimbangkan penurunan harga PCR supaya lebih mudah dijangkau. Dengan hasil yang akurat, penyebaran virus corona menjadi lebih mudah dideteksi.
ADVERTISEMENTS
Kemenkes menyebut alasan PCR mahal karena bahan baku yang masih impor. Usai mendapat saran dari banyak pihak, Presiden Joko Widodo perintahkan untuk turunkan harga
Kenapa harga PCR di India gak sampe 100k? Kenapa harga vaksin di negara A/B/C 2-3 dolar?
Well, itulah privilege menjadi negara yang bisa bikin sendiri. Makanya dari tahun2 lalu coba mengubah mindset bersama. Hijrah dari negara konsumen jadi negara R&D dan juga negara produsen.
— dr. Andi Khomeini Takdir (@dr_koko28) August 11, 2021
Siti Nadia Tarmizi, juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes menjelaskan bahwa PCR di Indonesia masih mahal karena impor. Ia menuturkan sebenarnya produksi dalam negeri sudah ada, tetapi masih ada bahan baku yang harus diambil dari luar negeri.
“Karena tes PCR kita masih impor ya, termasuk bahan bakunya juga, sebagian besar juga impor. Kita sudah ada produksi dalam negeri, tapi masih ada bahan baku yang tetap harus impor,” paparnya dikutip dari pemberitan Kompas.com, Minggu (15/8).
Ramainya keluhan yang dibagikan masyarakat, Minggu sore (15/8) Presiden Joko Widodo akhirnya meminta agar PCR diturunkan di kisaran Rp450 sampai Rp550 ribu.
“Saya sudah berbicara dengan Menteri Kesehatan mengenai hal ini, saya minta agar biaya tes PCR berada di kisaran antara Rp450 ribu sampai Rp550 ribu,” kata Jokowi dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Perintah tersebut tentu diapresiasi masyarakat, melihat PCR di Indonesia ditetapkan berbatas paling tinggi Rp900 ribu, tetapi masih ditemukan harga tes hingga jutaan rupiah dengan iming-iming hasil keluar lebih cepat. Dengan penurunan harga yang dilakukan pemerintah, diharapkan masyarakat luas dapat lebih mudah menjangkau fasilitas tes tersebut sebagai syarat aman beraktivitas di tengah masa pandemi.