Bersama Teman yang Survive Usai 6 Tahun Diperkosa Ayahnya, Saya Mengumpulkan Tips Psikolog Terbaik

tips selflove psikolog

“Sebenarnya cerita kayak gini ke orang lain berat banget sih, tapi setelah tak pikir-pikir, dipendem sendiri ternyata lebih berat, dan nggak bikin lebih tenang”, SA mengungkapkan ceritanya sambil berkaca-kaca sore itu.

Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan mengikuti seorang perempuan berinisial SA mendatangi klinik psikolog di Kemuning Kembar Yogyakarta untuk berobat secara rutin. Dia pernah menjadi korban perkosaan oleh ayah kandungnya sendiri selama 6 tahun, dan saat ini dirinya mengalami gangguan mental bernama skizofrenia. Bahkan setelah terjadinya kasus tersebut, ia menjadi korban perundungan oleh orang-orang terdekatnya, dianggap kotor dan tak bisa menjaga diri.

Bersama Teman yang Survive Usai 6 Tahun Diperkosa Ayahnya, Saya Mengumpulkan Tips Psikolog Terbaik

Photo by Arif Riyanto on Unsplash via unsplash.com

“Jangankan ayahku, lingkungan sekitarku, bahkan aku aja nggak bisa memaafkan diriku sendiri sampai beberapa waktu lalu, berat banget rasanya”

Permasalahan yang dialami oleh SA memang bukan hal yang bisa dianggap remeh, meskipun menurut Kushartati, seorang praktisi Psikolog Klinis asal Yogyakarta, kita tak bisa menghakimi sebuah masalah tersebut tergolong berat ataupun sepele. Berat bagi kita terkadang hanya sepele untuk orang lain, begitu juga sebaliknya. Namun, melihat dari kasus yang menimpa SA, sepertinya saya sendiri juga sepakat jika masalah ini merupakan hal yang begitu mengerikan. Bayangkan aja, seorang bapak kandung tega memperkosa anaknya selama 6 tahun berturut-turut di dalam rumahnya. Mirisnya, hal tersebut nyaris tak pernah diketahui oleh ibu SA.

Hal tersebut tentunya juga banyak mempengaruhi SA dari segi psikis, terlebih setelah buah hatinya lahir dengan kondisi yang tak sempurna. Sejak saat itu, ia menolak untuk berbicara dengan orang lain, ia memilih untuk terus mengurung dirinya di dalam rumah kontrakannya hingga berbulan-bulan lamanya. Hari demi hari berlalu, kejengahannya dengan kondisinya tersebut akhirnya mendorongnya untuk mencari bantuan dari profesional. Ya, untuk pertama kalinya dia melangkahkan kakinya menuju ke psikolog.

Nggak mudah memang, tapi ini merupakan awal titik balik SA ketika ia berniat untuk berdamai, setidaknya dengan dirinya sendiri. Saya setuju, toh siapapun yang ingin berdamai dengan keadaan, setidaknya ia harus berdamai dengan dirinya sendiri, dan SA melakukan hal itu. Berikut adalah tips-tips yang kami dapatkan dari pertemuan kami dengan psikolog. Dan kami mencoba melihat hasilnya.

1.Membuka hati dengan orang lain dan lingkungan sekitar akan membuatmu lebih mudah memaafkan diri sendiri

Bersama Teman yang Survive Usai 6 Tahun Diperkosa Ayahnya, Saya Mengumpulkan Tips Psikolog Terbaik

Photo by Yolanda Sun on Unsplash via unsplash.com

Setelah terjadinya perkosaan yang dilakukan oleh ayah kandungnya di tahun ke 5, SA kemudian diketahui mengandung anak dari ayah kandungnya sendiri. Hal tersebut terjadi setelah ia pernah sekali sebelumnya menggugurkan kandungannya pada usia 3 minggu. Dua tahun yang lalu, ia akhirnya memutuskan untuk kabur dari rumahnya. Ia menceritakan saat-saat dirinya berada dalam fase yang paling rendah tersebut. Perasaan trauma yang begitu mendalam dan juga merasa tak ada artinya lagi untuk hidup terus terngiang-ngiang sekian lama. Puncaknya, SA pernah mencoba untuk melakukan bunuh diri dengan menenggak racun tikus, namun berhasil diselamatkan oleh sahabatnya.

Mengabaikan masa lalu bagi beberapa orang mungkin memang terdengar menyusahkan, apalagi berusaha membuka hati dan perasaannya kembali untuk lingkungan sekitarnya. Namun ternyata hal tersebut memiliki banyak peran besar lo untuk memaafkan diri sendiri. Sedikit demi sedikit, percaya deh jika membuka hati itu akan membawa kita beranjak ke arah yang lebih baik kok. Kita nggak terus-terusan akan berada dalam kubangan memori yang sebenarnya nggak ingin kita ingat sama sekali. Dan, yang paling penting, dengan membuka hati maka lingkungan sekitar kita juga akan semakin membaik pula. Yakinlah jika nantinya mereka akan “lebih bisa” menerima kehadiran kita kembali, tentunya dengan masa lalu yang pernah kita lewati.

2.Mengikhlaskan masa lalu seburuk apapun itu karena mereka merupakan bagian dari hidup kita

Orang-orang yang berbahagia adalah mereka yang mampu berdamai dengan masa lalu dan tetap melangkah ke depan. Saya sepakat itu, meskipun kedengarannya begitu utopis jika dibandingkan dengan kasus yang dialami oleh SA tadi. Namun, rupanya ia mematahkan kemustahilan. Sejak mengikuti sesi-sesi yang diberikan oleh psikolog, saya akhirnya juga merasakan sendiri bagaimana sedikit demi sedikit kita akan lebih merasa lapang dada setelah mengikhlaskan masa lalu.

Saya menemukan hal-hal sederhana yang telah direkomedasikan oleh psikolog untuk membantu memulihkan diri dari kondisi yang paling buruk. Nggak muluk-muluk memang, kita bisa mencoba setiap hari menuliskan hal-hal apa saja yang membuat kita merasa bahagia di hari itu, kemudian membandingkannya dengan hari-hari sebelumnya. Di sini saya mendapat pelajaran penting, hal terburuk apapun yang terjadi di hari kemarin, ternyata nggak selamanya akan terjadi juga di hari berikutnya. Banyak hal-hal menyenangkan yang perlu ditulis di catatan hari esok. Setidaknya hal sepele tersebut menjadi salah satu alasan untuk tetap hidup di hari esok.

3.Menyibukkan diri dengan olahraga dan hobi agar pikiran negatif terdistraksi

Bersama Teman yang Survive Usai 6 Tahun Diperkosa Ayahnya, Saya Mengumpulkan Tips Psikolog Terbaik

Photo by Elijah M. Henderson on Unsplash via unsplash.com

“Aku sebenernya ada kerjaan juga, tapi kalau pas lagi selo gitu ya tetep aja nyari kesibukan, hobi sih biasanya, dan itu bantu banget”

Jangan salah, berolahraga ternyata membantu banget lo untuk mengembalikan kondisi mood kita. Sebab dengan berolahraga, kita dapat menyelaraskan keseimbangan antara fisik dan pikiran kita. Nggak perlu dengan aktivitas-aktivitas berat, kita bisa memulainya dengan joging, atau mungkin hanya peregangan badan setelah bangun tidur. Tapi dengan catatan bahwa kita harus melakukan hal tersebut secara rutin setiap harinya.

Selain berolahraga, menjalani hobi sehari-hari juga akan membantu banget. Dengan melakukan hal-hal yang membuat kita kalian merasa bahagia dan senang, secara otomatis tubuh kita juga akan memproduksi hormon endorfin yang tentunya akan meningkatkan rasa bahagia kita.

4.Setelah apa yang pernah dilalui, nggak ada salahnya untuk memuji diri sendiri

Dalam obrolan saya bersama Kushartati, dia menjelaskan bahwa apapun kondisi kita di masa lalu, seburuk apapun yang pernah kita lalui, memuji diri sendiri adalah pertanda bahwa kita telah berniat untuk beranjak dari hal tersebut. Ternyata hal tersebut sama persis dengan apa yang disarankan kepada SA oleh psikolognya.

“Kalau masalah yang kayak gitu aja aku bisa ngelewatin, masa besok kalau ketemu masalah-masalah lain mau nyerah gitu aja, nggak aku banget dong hahaha”, kata SA sambil tertawa saat menanggapi saya

Toh dengan memuji diri sendiri bukan berarti kita nggak peduli dengan orang lain kok. Mencintai diri sendiri itu salah satu cara gimana biar kita merasa menghargai diri sendiri pula lo. Kalau kita aja susah untuk mencintai diri sendiri, bagaimana mau peduli dengan orang lain. Nggak susah lo untuk menunjukkan bahwa kita mencintai diri kita sendiri, memuji diri sendiri setelah berhasil melakukan sesuatu adalah salah satunya.

5.Mengontrol konsumsi gula sangat membantu untuk mengendalikan nuansa hati

“Gimana diet gulanya, masih lancar kan”, pertanyaan dari psikolog saat saya mengikuti sesi pengobatan SA tersebut tiba-tiba membuat saya terpaku.

Saya cukup kebingungan ketika mendengar pertanyaan tersebut. Dalam hati saya, “memangnya kenapa harus diet gula segala ya?”. Pertanyaan dan kebingungan saya tersebut akhirnya terjawab singkat setelah SA menjawabnya. Dia mengatakan kepada psikolognya bahwa dirinya masih rutin melakukan hal tersebut.

Rupanya memang benar, mengkonsumsi gula secara rutin setiap harinya dapat menimbulkan kecemasan yang berlebih. Dan hal tersebut jelas berbahaya bagi mereka yang sedang berjuang melawan depresi. Belakangan, SA menceritakan kepada saya bagaimana dirinya melakukan diet gula tersebut selama 5 bulan terakhir. Bukan hal yang sia-sia, ia menjelaskan lebih lanjut bagaimana pengaruhnya terhadap mood-nya yang ternyata menjadikannya lebih stabil dan baik.

Meskipun sepele, kita bisa mencoba cara-cara tadi saat merasa terpuruk

Saya mengerti, cara menghadapi masalah orang memang sepenuhnya berbeda-beda satu sama lain. Apalagi tentang memaafkan masa lalu dan berdamai dengan dirinya sendiri, memang sama sekali bukan hal yang bisa dikatakan mudah untuk dilakukan. Saya percaya, ada banyak hal yang seringkali membuat kita susah untuk beranjak dan memaafkan keadaan yang baru saja dilalui. Tapi itu bukan berarti tidak mungkin.

Dari perjuangan SA, saya belajar banyak hal, membayangkan permasalahannya di awal saja sempat membuat saya tak habis pikir. Gimana rasanya menjadi perempuan satu ini, berjuang kembali mendapatkan hidupnya setelah hal-hal buruk terjadi di sekitarnya. Namun satu hal yang saya tahu, dia tak pernah menyerah, dan ternyata hal-hal sepele di atas tadi rupanya terbukti membantu SA untuk bangkit dari kubangan hitam yang dihadapinya.

Mencintai diri sendiri bukanlah bentuk keegoisan kita

Bersama Teman yang Survive Usai 6 Tahun Diperkosa Ayahnya, Saya Mengumpulkan Tips Psikolog Terbaik

Photo by Darius Bashar on Unsplash via unsplash.com

Ada kalanya kita harus tahu kondisi dan posisi kita saat ini, anggapan bahwa mencintai diri sendiri adalah bentuk keegoisan sudah seharusnya tak berlaku lagi. Banyak kok hal-hal baik yang akan kita dapatkan ketika kita mencintai diri sendiri, seperti misalnya kita akan bisa lebih terbuka dengan orang lain, menerima keadaan orang lain, dan yang terpenting, kita akan lebih mudah berdamai dengan keadaan kita.

“Kalau mencintai diri sendiri aja nggak bisa, gimana bisa kamu mencintai dan dicintai oleh orang lain, apalagi berdamai dengan masa lalu”, Saya tiba-tiba teringat dengan kutipan ini.

Saya percaya tak ada yang tak bisa diusahakan, jika memang belum berhasil, mungkin hanya perkara waktu. Dan percayalah, apapun yang kalian perjuangkan pada akhirnya akan terbayar lunas kok. Jadikan segala sesuatu menjadi alasan untuk tetap hidup di hari esok, dan jangan lupa mencintai diri sendiri. Berani mati mungkin bagi sebagian orang terdengar hebat, tapi berani hidup, pantang menyerah dan bangkit sejatinya benar-benar lebih hebat.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Kadang menulis, kadang bercocok tanam

Editor

ecrasez l'infame

CLOSE