Bandung baru saja berduka karena kehilangan salah satu pahlawannya. Seorang petugas pemadam kebakaran bernama Trisna Supriatna, meninggal dunia saat sedang bertugas memadamkan api yang melahap sebuah gudang tekstil di Mandalajati, Kota Bandung kemarin Senin (11/9). Rasa kehilangan dan ucapan belasungkawa disampaikan langsung oleh walikota Bandung, Ridwan Kamil melalui akun Instagramnya. Yang lebih sedihnya lagi, Trisna pergi meninggalkan seorang istri dan anak yang masih berumur 14 hari. Hati warganet mana yang nggak teriris? 🙁
Nah, pernahkah kalian berpikir soal berapa gaji para pekerja dengan risiko pekerjaan yang cukup tinggi sampai-sampai nyawa dijadikan taruhannya? Misalnya saja penjinak bom, petugas Tim SAR, atau pemadam kebakaran seperti Trisna. Nyatanya, beredar kabar bahwa gaji Trisna bahkan tak sampai UMK Kota Bandung lho! Sebagaimana dilaporkan Kompas, gaji Trisna hanya Rp10.000/jam. Jelas itu jumlah yang sangat tidak sebanding dengan risiko dan pengorbanan orang-orang seperti Trisna. Tapi sebelum berkomentar, ada baiknya simak dulu yuk ulasan Hipwee News & Feature berikut ini!
ADVERTISEMENTS
Insiden kebakaran yang terjadi sekitar pukul 01.35 dini hari ini memakan 1 korban meninggal dan 1 korban luka berat
Hari Senin kemarin mungkin jadi hari terburuk bagi pemilik CV. Sandang Sari Textile, perusahaan pemilik gudang tekstil yang dilalap si jago merah. Sebanyak 15 unit mobil damkar dikerahkan. Api yang membakar gudang yang terletak di Jalan AH Nasution, Bandung itu awalnya sulit dipadamkan karena pusaran angin yang cukup kencang. Tapi sekitar pukul 02.30 WIB, api sudah mulai hampir padam.
Menurut keterangan Kepala Polrestabes Bandung Kombes Pol Hendro Pandowo, seperti dilansir Kompas, api sudah mulai bisa dipadamkan sekitar pukul 04.00 WIB. Saat melakukan pendinginan pukul 06.00, beberapa petugas damkar masuk ke lokasi kejadian. Tapi sayang, salah satu bagian tembok gudang runtuh dan menimpa dua petugas damkar, yakni Trisna Supriatna (35) dan Imam Taufik (40). Imam diketahui menderita luka berat dan saat ini masih dirawat di RS Hasan Sadikin, sedangkan Trisna meninggal saat perjalanan ke RS.
ADVERTISEMENTS
Trisna ternyata merupakan Petugas Harian Lepas (PHL) Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DKPB) Kota Bandung. Kabarnya ia hanya terima gaji Rp10.000/jam!
Menurut Kurnia Saputra, Kepala Bidang Kesiapsiagaan Operasi Pemadaman dan Penyelamatan DKPB Bandung, sebagai PLH bahkan gaji Trisna tergolong besar jika dibandingkan di wilayah lain. Jika diakumulasi, Trisna bisa memperoleh gaji sekitar Rp2,4 juta per bulan. Meski begitu, jumlah tersebut bahkan tak sampai UKM Kota Bandung, yakni Rp2,8 juta! Apalagi mengingat risiko pekerjaannya yang begitu tinggi. Kurnia menambahkan, bahwa Trisna termasuk pegawai dengan kinerja baik, meski baru 8 bulan mengabdi.
ADVERTISEMENTS
Pekerjaan dengan risiko tinggi dan gaji rendah tak hanya dialami petugas damkar. Masih banyak jenis pekerjaan lain yang gaji dan risiko kerjanya nggak sepadan
Di luar sana masih banyak Trisna-Trisna lain yang bernasib sama. Bekerja di tengah sikon berbahaya, namun gajinya tak sepadan. Misalnya saja pekerja yang harus mengadu nyawa di ketinggian, seperti pemanjat menara listrik dan telepon, petugas kabel sutet, pembersih kaca gedung, dan lain-lain. Di Indonesia rata-rata mereka hanya digaji Rp5 juta saja per bulan. Padahal mereka rawan sekali jatuh jika sedikit saja tak hati-hati. Kalaupun nggak sampai meninggal, hal yang terjadi sih pasti patah tulang. Seram kan!
Sama halnya dengan para pekerja di kedalaman tertentu, seperti penyelam dan pemetik mutiara, penyelam dan pemasang pipa minyak dan gas bumi di laut, atau pekerja tambang yang bekerja di terowongan perut bumi. Risikonya mereka bisa saja terhempas arus laut, gas beracun, tertimpa reruntuhan tanah, atau kekurangan suplai oksigen. Dari segala bahaya yang bisa saja menghadang itu pendapatan mereka cuma kisaran Rp5 juta aja. Sedih ya?
ADVERTISEMENTS
Padahal kalau di luar negeri, orang-orang yang bekerja di sikon yang berbahaya justru punya gaji menggiurkan lho!
Lain halnya dengan di luar negeri. Justru pekerjaan yang berisiko tinggi punya gaji yang fantastis lho. Di Australia, penyelam mutiara bisa mendapat gaji sekitar Rp100 juta untuk 2 bulan masa bekerja. Di Jepang, pekerja di pusat nuklir yang mana mereka rentan terkena radiasi dan semacamnya, bisa mengantongi Rp400 juta per bulan! Sedangkan di AS, rata-rata gaji pemadam kebakaran bisa mencapai Rp400 juta per tahunnya.
Miris ya ketika tahu perbandingan antara risiko pekerjaan dan gaji sangat nggak sepadan seperti beberapa profesi di atas. Sebaliknya, malah pekerjaan yang terkesan nggak menantang nyawa, digaji sampai 2 digit. Semoga aja segera ada jalan keluar buat masalah kesenjangan ini ya.