Tessa Embry, seorang siswi kelas 8 yang berasal dari Indiana mendadak tenar. Ia memberikan jawaban yang mengejutkan atas kuis kesehatan yang diberikan gurunya tentang Body Mass Index (BMI) atau yang juga dikenal sebagai Indeks Masa Tubuh. Sang guru meminta murid-muridnya mengisi data-data yang berhubungan dengan BMI. Namun Tessa memberikan jawaban yang mengejutkan untuk anak seusia dirinya.
Dia menulis penjelasan panjang lebar untuk gurunya tentang BMI. Menurutnya, BMI merupaka perhitungan yang sangat tidak akurat. Sehingga BMI tak bisa digunakan untuk mendefinisikan apakah seseorang mengalami obesitas atau tidak. Responnya ini  pun mendadak viral dengan cepat.
ADVERTISEMENTS
Sebenarnya apa itu BMI?
BMI yang dikembangkan pada 1850-an oleh Lambert Adolphe Jacques Quetelet, merupakan berat seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan mereka dalam meter. Jadi BMI sebenarnya tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, namun sebuah penelitian menunjukkan bahwa BMI berkorelasi dengan pengukuran langsung lemak tubuh.
BMI memang sudah sering dikritik karena ketidakakuratannya. Seseorang dengan tulang yang kuat, otot yang bagus, dan lemak rendah bisa saja memiliki BMI yang tinggi dan diklasifikasikan sebagai orang dnegan berat badan berlebih atau bahkan mengalami obesitas.
ADVERTISEMENTS
Tessa pun dengan tegas mengatakan bahwa BMI itu merupakan kalkulator usang yang tak boleh men-judge tubuh dan kesehatannya.
Menurut Tessa, BMI adalah cara usang mendefinisikan berat badan normal, berat badan kurang, berat badan berlebih, dan obesitas dengan mengambil ketinggian satu orang dibagi dengan berat badan mereka. Salah satu kelemahan rumus ini yang jelas, seperti dijelaskan oleh Alan Aragon, pelatih dan ahli gizi Men’s Health Weight Loss Pria di California, bahwa benar-benar tidak ada cara untuk membedakan lemak dan otot . Jadi, katakanlah ada seorang wanita yang cukup atletik yang mempertahankan diet yang layak, tingginya lima kaki enam inci dan beratnya 190 pon, tapi 80% dari tubuhnya adalah otot.
BMI wanita ini akan menjadi 30,7 dan dia akan diberi label obesitas. Apakah itu masuk akal bagi Anda? Karena bagi saya itu sangat tidak masuk akal.
ADVERTISEMENTS
Meski begitu, Tessa tetap mencintai diri sendiri. Ia tak gentar walaupun masalah obesitas sering membuatnya dibully.
Pada awal tahun, saya mulai memiliki pikiran yang sangat buruk ketika tubuh saya dijadikan bahan perbincangan. Saya memakai empat bra untuk mencoba menutupi lemak punggung saya dan saya mencoba untuk membungkus perban di sekitar perut saya sehingga saya akan terlihat kurus.
Tapi kini Tessa sadar, ada yang salah dengan penghitungan BMI. Alih-alih pasrah dengan bullyan dari teman-temannya, ia pun memilih lebih mencintai dirinya sendiri.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Ibu Tessa pun mendukung dengan membawanya ke dokter anak yang menjamin bahwa kondisi Tessa adalah sehat!
Ibu Tessa pun mendukung langkah anaknya dengan membawa Tessa ke dokter anak untuk membuktikan kondisi Tessa yang sebenarnya. Dan hasilnya, Tessa dinyatakan dalam kondisi yang sangat sehat. Menurut sang dokter, dengan melakukan beberapa rangkaian tes, kondisi Tessa baik-baik saja. Meskipun sedikit kelebihan berat badan, tapi tak perlu ada yang dikhawatirkan selama Tessa menerapkan pola hidup sehat.
Jadi inilah alasan saya kenapa tidak menghitung BMI, karena dokter saya, seorang pria yang pergi ke perguruan tinggi selama delapan tahun dan mempelajari kesehatan anak-anak, mengatakan kepada saya bahwa tinggi dan berat saya berada di jalur yang tepat.
Ia pun mulai untuk mencintai tubuhnya dan tak lagi percaya dengan BMI dan guru olahraga sekolah yang mengatakan Tessa obesitas.
Karena saya tidak gemuk. BMI saya bukan urusan Anda karena tubuh dan BMI saya sempurna dan indah adanya.
Dari Tessa, tentunya kita bisa belajar banyak hal. Apapun bentuk tubuh seseorang, seharusnya itu tak bisa menjadi alasan kita untuk memberikan pandangan yang meremehkan dan semacamnya. Sayangi tubuh kita masing-masing dan berhenti untuk ikut campur dengan bentuk tubuh orang lain.