Lagi terjadi. Pernikahan anak di bawah umur dilaporkan kembali berlangsung di Sulawesi Selatan, tepatnya di Kota Parepare. Dilansir dari Kompas, pasangan Asnur Azis dan Diva Almagvira yang masing-masing masih berusia 16 dan 14 tahun ini terpaksa dinikahkan kedua orangtuanya karena sempat kabur berdua selama seminggu. Mereka kabur setelah dilarang menikah lantaran umurnya masih sangat belia.
Di Sulsel, kasus pernikahan anak ini begitu jamak terjadi. Dalam sebulan, fenomena ini bisa mencapai 100 kasus, seperti dikutip Sindonews. Bahkan kalau dipresentase, angkanya melebihi angka rata-rata nasional! Kejadian ini tentu saja sontak jadi perhatian pemerintah dan pihak terkait. Padahal di UU Perkawinan sendiri ada batas usia minimal menikah lo. Kali ini Hipwee News & Feature mencoba membedah alasan kira-kira kenapa pernikahan anak bisa marak banget di Sulsel.
ADVERTISEMENTS
1. Budaya seringkali jadi alasan para orangtua di Sulsel menikahkan anak-anaknya yang masih di bawah umur. Mirisnya, alasan ini juga kerap jadi pertimbangan pengadilan agama setempat meloloskannya lo
Setiap ada pasangan yang ingin menikah namun usianya belum mencapai batas minimal yang ditetapkan undang-undang, maka mereka harus mengajukan surat dispensasi ke pengadilan agama setempat. Karena kalau nggak, berkas administrasinya nggak akan diterbitkan atau tidak sah secara negara. Di Sulsel, banyak pengadilan yang pada akhirnya meloloskan alias memberi izin pasangan anak menikah dengan alasan budaya atau kultur setempat, seperti diungkapkan Wakil Ketua Pengadilan Agama Bantaeng, Ruslan Saleh, dalam Detik.
ADVERTISEMENTS
2. Alasan kedua mungkin adalah rendahnya pendidikan orangtua. Banyak dari mereka yang tidak paham kalau pernikahan pada anak justru berbahaya bagi kesehatan terutama reproduksi
Ternyata menurut Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah, salah satu solusi mengatasi maraknya fenomena pernikahan anak ini bisa dengan memperbaiki kualitas pendidikan. Karena faktanya, banyak orangtua yang belum paham soal risiko kesehatan yang mungkin mengintai anak-anak mereka setelah menikah, terutama terkait reproduksi. Malah seorang ibu yang melahirkan anak di usia terlalu muda bisa berujung kematian lo.
Tak hanya itu, kalau dilihat dari kondisi mental yang belum matang, pernikahan di usia yang terlampau muda juga cenderung memicu angka perceraian yang tinggi.
ADVERTISEMENTS
3. Nggak sedikit juga orangtua yang menikahkan anaknya dengan alasan ekonomi. Ketika ada anak orang terpandang meminang, mereka nggak akan pikir apa-apa lagi selain menyetujui
Kondisi ekonomi ternyata juga sedikit banyak mendorong tingginya angka pernikahan anak di Sulsel. Nggak sedikit orangtua yang menikahkan anaknya untuk memperbaiki taraf hidup keluarga, apalagi kalau pihak yang meminang berasal dari kalangan terpandang.
ADVERTISEMENTS
4. Ada juga yang alasannya karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti terjerumus pada pergaulan bebas. Padahal, bukannya itu tugas orangtua untuk mendidik anak-anak supaya tidak terjerumums
Pernikahan seringkali dijadikan solusi bagi para orangtua di Sulsel yang nggak mau anaknya terlibat pergaulan bebas. Seperti seorang ayah di Bantaeng yang anaknya menikah di usia belia, mengatakan kalau pernikahan tersebut jadi jalan tepat untuk menghindari hal-hal negatif terjadi di kemudian hari, dilansir Detik. Apalagi menurutnya, anaknya sering terlihat berboncengan dengan pasangannya kemana-mana.
Untuk mengatasi maraknya kasus pernikahan anak seperti di atas, tentu butuh perhatian khusus dari Pengadilan Agama dan Pemerintah Daerah setempat. Nggak hanya dengan memperketat persyaratan dispensasi tapi juga dengan gencar menyosialisasikan sederet dampak menikah di usia yang terlalu muda.