Kalau udah bicara inovasi di bidang teknologi, kayaknya nggak bakal ada habisnya deh. Gimana nggak, lha wong setiap harinya para ilmuwan di luar sana sibuk bereksperimen. Meski teknologi atau temuan yang dikembangkan beragam, tapi mereka punya satu tujuan yang sama, yaitu memudahkan aktivitas manusia. Apalagi semenjak Artificial Intelligence (AI) terus diadopsi semua perusahaan teknologi. Rasanya sekarang mesin bisa lebih pintar dari manusia deh.
Salah satu bidang yang nggak luput dari eksperimen AI ini adalah bidang medis. Dengan mengadopsi kecerdasan buatan, berbagai teknologi dan sistem rumah sakit jadi bisa jauh lebih canggih dibanding dulu. Kayak yang baru diakui sama The Food and Drug Administration (FDA), lembaga kesehatan AS ini. Fungsi utamanya adalah memprediksi kematian manusia yang bahkan nggak bisa dilakukan sama manusia itu sendiri. Tapi sejauh mana ya cara sistemnya membuat prediksi? Dan apakah emang cukup membantu? Simak dulu ulasan Hipwee News & Feature berikut ini~
ADVERTISEMENTS
Teknologi yang bernama Wave Clinical Platform ini berfungsi buat mendeteksi perubahan-perubahan yang bisa berakibat fatal pada pasien jantung dan gangguan pernafasan
Perlu digaris bawahi dulu kalau nggak belum semua pasien bisa diprediksi sama teknologi satu ini. Dilansir Futurism, cuma pasien jantung dan gangguan pernafasan aja yang bisa. Simpelnya, sistem yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi medis, ExcelMedical ini, akan mendeteksi perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh pasien. Caranya dengan mengirimkan semacam alarm setiap saat tubuh pasien drop. Bedanya sama monitor di ICU biasa, si Wave Clinical Platform ini bisa memprediksi sampai maksimal 6 jam sebelum pasien diramalkan meninggal. Jadi pihak medis dan keluarga bisa punya waktu lebih banyak buat menyelamatkan pasien dari kematian.
Kok sistem ini bisa gitu? Ini karena ilmuwan sudah mentransfer data medis dari 2 jutaan pasien di seluruh dunia ke sistem canggih ini. Jadi dia bikin prediksi dari pasien-pasien yang sudah pernah mengalami hal yang sama kayak pasien bersangkutan. Ya emang kayak gitu AI bekerja.
ADVERTISEMENTS
Benda ini juga bisa memonitor pasien selama 24 jam penuh tanpa jeda, hal yang sulit dilakukan tenaga medis manusia
Selain bisa bikin prediksi jam berapa pasien bakal meninggal, sistem ini juga bisa memonitor pasien tersebut selama 24 jam penuh tanpa jeda. Namanya mesin, nggak bakal kenal pegal-pegal, encok, apalagi ngantuk, kayak yang biasa dialami manusia saat menjaga pasien di rumah sakit. Kalau kata staf ExcelMedical sih, sistem ini bakal berguna banget buat rumah sakit yang kekurangan tenaga dan alat medis, padahal populasi di sekitarnya sering terserang virus atau penyakit tertentu.
ADVERTISEMENTS
Dengan mengadopsi kecerdasan buatan, sistem ini juga bisa membantu peneliti di mendiagnosis suatu gejala secara cepat dan akurat, bahkan sampai merekomendasikan penanganan yang tepat
Wah, beneran deh, kayaknya di masa depan profesi dokter bakal kurang laku karena sebagian besar kemampuannya bisa diadopsi mesin 🙁 sistem inipun begitu, dia bisa membantu ahli medis mendiagnosis suatu gejala secara cepat dan akurat. Nggak cuma itu, dia juga akan merekomendasikan penanganan atau pengobatan yang tepat untuknya.
ADVERTISEMENTS
Tapi jangan keburu kagum dulu. Biarpun kedengarannya canggih banget, tapi ternyata sistem ini cuma akurat kalau dipakai memprediksi kematian orang yang sebelumnya udah diramal nggak bisa hidup lebih dari 1 tahun
Buat kamu yang udah kagum atau bahkan ketar-ketir karena takut karier di bidang medisnya direbut sama mesin, tenang, ternyata sistem ini cuma akurat kalau pasien yang diprediksi udah diramal nggak bisa hidup lebih dari setahun. Kalau nggak, presentasi akurasinya ya berkurang. Intinya sih semakin pasien buruk keadaannya, sistem ini akan bekerja lebih baik.
Yah.. padahal udah berharap si mesin bisa tahu umur berapa kita meninggal ya… Ternyata ya emang masih terbatas di beberapa aspek. Susah juga sih emang kalau mau tahu kapan kita meninggal. Selain umur itu misterius, sebab-sebab orang meninggal kan nggak cuma karena sakit. Hmm… Menurutmu gimana nih guys? Setuju apa nggak kalau sistem ini dipakai di rumah sakit Indonesia?