Saat ini para pemimpin negara dunia dihadapkan pada pilihan yang cukup sulit. Bagi yang negaranya sudah terjangkit virus corona, mereka mau nggak mau harus menerapkan kebijakan yang agresif dan berani, seperti melakukan tes Covid-19 secara massal biar lebih mudah memetakan persebarannya –kayak yang udah dilakukan Korea Selatan, atau “mengunci” sementara wilayahnya (lockdown).
Sayang, pada kenyataannya, nggak semua negara punya privilese untuk bisa melakukan tes massal atau lockdown ini. Soalnya banyak hal yang akan dipertaruhkan jika mereka benar-benar melakukannya, salah satunya dan yang paling krusial adalah dari sisi ekonomi. Namun, di tengah kebimbangan itu, satu kota di Indonesia yaitu Kota Tegal di Jawa Tengah, berani mengambil langkah progresif untuk menguncitara wilayahnya. Sampai 4 bulan ke depan, nggak ada orang Tegal yang boleh keluar, pun sebaliknya, orang luar juga dilarang masuk ke Tegal. Apa ya yang membuat Wali Kota Tegal berani me-lockdown wilayahnya?
ADVERTISEMENTS
Dedy Yon Supriyono, Wali Kota Tegal, menyampaikan ke publik kalau ia dan jajarannya memutuskan untuk menguncitara wilayahnya sampai 4 bulan ke depan. Ia juga sadar kalau kebijakannya itu pasti menimbulkan pro-kontra
Dalam konferensi pers yang digelar di Balai Kota Tegal, Rabu, 25 Maret kemarin, Dedy mengatakan kalau ia langsung mengambil langkah menerapkan local lockdown di wilayah yang dipimpinnya. Sampai 4 bulan ke depan, warga Tegal dilarang ke luar kota, begitu pun sebaliknya, warga luar nggak boleh masuk ke Tegal. Ia akan menutup akses keluar-masuk kota pakai beton movable concrete barrier (MBC) terhitung mulai 30 Maret sampai 30 Juli 2020.
Nggak cuma “gerbang” kota aja yang ditutup, tapi tempat-tempat kayak alun-alun dan pusat keramaian lain juga akan ditutup. Yang dibuka bener-bener cuma jalan nasional atau jalan provinsi aja. Bahkan ia nggak segan memadamkan lampu jalan protokol kalau masih ada warga yang berkumpul di malam hari.
ADVERTISEMENTS
Langkah berani Pemkot Tegal itu bukan tanpa alasan. Semua berawal dari seorang warga Tegal yang didiagnosis positif corona. Warga itu kabarnya baru pulang dari Dubai setelah sempat ke Jakarta juga
Di hari yang sama, sebelum Dedy mengumumkan local lockdown, ada satu warga tegal yang dikonfirmasi positif virus corona. Pasien itu kabarnya baru pulang bekerja di Dubai, dan mendarat di Jakarta. Lalu ia pulang ke Tegal menggunakan kereta api. Sesaat setelahnya, lockdown langsung diberlakukan. Ini dilakukannya untuk mencegah persebaran corona lebih parah lagi. Dedy sadar kalau kebijakannya pasti menimbulkan pro-kontra. Namun, ia memilih lebih baik dibenci warga daripada maut menjemput mereka.
ADVERTISEMENTS
Memang, harus diakui kalau memberlakukan lockdown itu nggak semudah membalik telapak tangan. Akan ada sebagian orang yang kesulitan mencari nafkah jika semua serba terbatas
Para pedagang dan warga dengan ekonomi menengah ke bawah adalah mereka yang paling terdampak jika lockdown diberlakukan. Jika sehari-hari mereka bebas berjualan ke mana pun, karena sekarang aksesnya dibatasi, mereka jadi sulit mencari nafkah. Untuk yang satu ini, Pemkot Tegal lewat Dinas Sosial kabarnya akan memberi bantuan khususnya bagi masyarakat miskin. Tapi semoga rencana ini beneran tepat sasaran ya, takutnya mereka yang sebenarnya masuk kategori mampu malah yang mendapat bantuan.
ADVERTISEMENTS
Meski mungkin “sulit”, tapi lockdown dipandang efektif untuk menekan angka persebaran lo. Secara logika aja sih, kalau pergerakan warga dibatasi, pasti virusnya juga akan sulit menular
Banyak pihak yang rada menyayangkan keputusan pemerintah pusat, dalam hal ini Jokowi, kenapa sih kok wilayah-wilayah yang angka persebarannya tinggi nggak dikuncitara aja? Ketua Dewan Guru Besar FKUI Siti Setiati, menyarankan Pak Presiden untuk menerapkan partial selective lockdown atau kuncitara provinsi yang terinfeksi Covid-19 selama minimal 14 hari. Langkah ini dipercaya bisa memutus rantai persebaran dan memudahkan penghitungan kebutuhan perlengkapan medis di rumah sakit. Mulai banyak lo rumah sakit yang kekurangan sumber daya yang diperlukan untuk menangani corona.
Belum lama ini ada juga kabar Papua lockdown. Tapi kabar itu justru ditepis Ma’ruf Amin. Memang, sejak kemarin sampai 9 April 2020 besok, akses jalur penerbangan dan pelayaran ke Provinsi Papua ditutup sementara, guna mencegah persebaran virus corona, kecuali angkutan barang dan makanan, katanya sih masih boleh keluar-masuk. Tapi Ma’ruf membantah kalau itu adalah lockdown.
Kalau memang lockdown masih sulit dilakukan, setidaknya pemerintah punya langkah lain yang sama agresifnya, demi menghindari terjadinya peningkatan pasien positif corona. Masa iya, harus nunggu lebih banyak lagi korban? Kita doakan aja ya semoga segera ada solusi berani dari para pemimpin negeri ini dan yang terpenting semoga wabah ini segera berlalu, vaksin yang sudah diuji coba ke manusia bisa berhasil dan diproduksi massal. Aamiin…