Berita kematian seorang mahasiswa UGM yang gantung diri di kamar kosnya sendiri, mengejutkan saya kemarin malam. Kabar ini tersebar di berbagai grup perbincangan daring, termasuk grup saya dan teman-teman kos lama. Bukan hanya peristiwa gantung dirinya itu saja yang membuat kami kaget, tapi juga lokasi kosnya yang ternyata satu gang dengan kos kami dulu!
Kabar soal mahasiswa bunuh diri di Jogja memang cukup sering terdengar. Pada bulan Agustus lalu, seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta, Nur Sofyan, diketahui bunuh diri dengan cara gantung diri di sebuah rumah kosong. Dan orang yang menemukan pertama kali adalah ibunya sendiri. Sebelumnya Sofyan sempat menghilang seharian. Diketahui Sofyan adalah warga Banyunganti, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kulonprogo.
Kembali lagi ke kejadian yang masih hangat di atas. Berikut ini Hipwee News & Feature sudah mengulas fakta-fakta yang sejauh ini sudah diketahui terkait kematian mahasiswa malang tersebut. Yuk, simak ulasan kami!
Rabu (4/10) kemarin jadi hari penuh duka bagi keluarga dan kerabat BTA, mahasiswa asal Jawa Timur yang bunuh diri di kosnya
Sekitar pukul 12.00 siang, mahasiswa inisial BTA ditemukan tewas tergantung di ventilasi kamar mandi kosnya, di daerah Sleman, Yogyakarta. Kejadian ini pertama kali diketahui teman korban yang kebetulan memang sedang mencarinya. Tak ada kabar saat dihubungi, temannya itu memutuskan langsung menghampiri korban dikosnya. Saat membuka pintu kamar, ia terkejut melihat korban sudah tak bernyawa.
Pemilik kos, RS, mengaku baru mengetahui kejadian itu sesaat setelah dirinya pulang dari bermain tenis. Melihat rumahnya sudah banyak dikerumuni orang, dirinya kaget dan baru tahu ternyata ada penghuni kos bunuh diri. Menurutnya, BTA baru sekitar 1 minggu menghuni kosnya.
“Baru masuk sini itu seminggu ini, saya ingat saat ketemu dan ngobrol, orangnya sopan dan halus. Dia cerita kalau kuliah di UGM.” – RS, dilansir Kompas.
Kalau berdasarkan keterangan yang dihimpun pihak berwajib, tak ada tanda-tanda korban mengalami kekerasan di tubuhnya
Sesaat setelah mendapat laporan bunuh diri tersebut, pihak kepolisian didampingi tim dokter langsung meluncur ke TKP. Setelah melakukan evakuasi dan olah TKP, Kapolsek Bulaksumur Kompol Suhardi, mengatakan kalau dugaan sementara korban memang murni bunuh diri. Ini karena petugas tak menemukan ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Setelah itu korban langsung dibawa ke rumah sakit untuk diotopsi. Meski sudah dipastikan ia tewas karena bunuh diri, polisi tetap akan mendalami kasus ini dengan meminta keterangan pemilik kos dan teman-temannya. Ini dilakukan agar motif bunuh diri itu bisa diketahui.
Dari kesaksian beberapa teman dan pemilik kos, korban termasuk orang yang santun dan punya banyak teman. Sama sekali tak ada tanda-tanda depresi. Sedih ya..
Ternyata berdasarkan survei, angka kematian cowok karena bunuh diri 3 kali lipat lebih tinggi dari cewek lho!
Sadarkah kamu kalau dari rentetan kasus bunuh diri yang terjadi, mayoritas korbannya adalah cowok? Ini bukan karena kebetulan lho. Survei memang membuktikan kalau cowok lebih rentan stres atau depresi dibanding cewek. Kenapa? Ini karena cowok lebih susah melampiaskan kesedihannya yang tentu sangat berbanding terbalik dengan cewek. Lama kelamaan beban tersebut justru menumpuk dan mendorong cowok buat mengakhiri hidupnya. Hipwee pernah membuat tulisan mengenai tips untuk cowok ketika terpuruk supaya nggak berpikiran untuk bunuh diri. Baca di sini deh.
Ditambah di Indonesia sendiri penanganan gangguan mental masih dianggap tabu
Di Indonesia, gangguan kesehatan mental memang nggak terlalu populer. Ini karena stigma masyarakat tentang para penderitanya masih negatif. Mereka yang stres, depresi, justru dianggap gila dan lebih pantas diasingkan. Padahal mereka yang alami gangguan mental justru membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya. Akibat stigma negatif ini orang-orang yang depresi lebih sering menyembunyikan dan urung pergi berobat. Padahal keadaan depresi inilah yang membuat orang akhirnya memutuskan mengakhiri hidupnya.
Ingat ya, orang dengan gangguan mental nggak butuh dijauhi apalagi sampai di-bully! Yang mereka butuhkan hanya telinga untuk mendengar dan tangan untuk menggenggam.