Syekh Nawawi Al-Bantani, Sosok Ulama yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan

Siapakah sosok Syekh Nawawi Al-Bantani?

Nama Syekh Nawawi Al-Bantani, sosok ulama besar Indonesia kini resmi dijadikan sebagai nama jalan di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Pergantian nama Jalan Cakung-Cililing atau yang kerap dikenal dengan sebutan Jalan Cacing menjadi Jalan Syekh Nawawi Al-Bantani diresmikan langsung oleh sang cicit sekaligus Wakil Presiden Republik Indonesia, KH. Ma’ruf Amin. Peresmian tersebut berlangsung di Auditorium Hotel Sultan, Jakarta Pusat pada Selasa (08/02) lalu.

Melansir dari Kompas.com, diketahui bahwa wilayah Cakung-Cililing merupakan tempat tinggal para keturunan dari Syekh Nawawi Al-Bantani. Dikutip dari nuonline,  Rais ‘Aam PBNU, KH. Miftachul Akhyar berharap dengan adanya penamaan jalan ini, diharap dapat menjadi pengingat bagi generasi penerus tetang sosok Syekh Nawawi Al-Bantani yang ikut andil dalam membangun karakter muslim Nusantara.

ADVERTISEMENTS

Sosok Syekh Nawawi Al-Bantani

Syekh Nawawi Al-Bantani sosok ulama yang menjadi intelektual Islam dengan ratusan karya sekaligus pejuang melawan kolonial Belanda. Lahir pada tahun 1813 di Kampung Tanara, Banten, ia merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara. Berasal dari keluarga ulama, ayahnya bernama KH Umar bin Arabi Al-Bantani, Syekh Nawawi telah menuliskan berbagai kitab dan ratusan karya yang meliputi bidang ilmu fiqih, tafsir, tauhid, tasawuf, dan hadits. Di kalangan dunia pesantren, kitab karyanya kerap kali menjadi rujukan dalam kegiatan belajar mengajar. Meskipun sudah memiliki banyak karya, Syekh Nawawi tetaplah menjadi seorang yang tawadu’ dan zuhud.

ADVERTISEMENTS

Syekh Nawawi kecil yang gemar belajar

Dididik di lingkungan yang mempunyai tradisi keagamaan yang kuat, Syekh Nawawi kecil sudah belajar ilmu agama sejak usianya masih lima tahun. Ayahnya sendirilah yang menjadi sosok guru pertama bagi Syekh Nawawi. Bersama ketujuh saudara kandungnya, ia banyak belajar tentang al-Qur’an, hadist, tauhid, fiqih, serta dasar bahasa Arab.

Di usianya ke delapan tahun, Syekh Nawawi pergi bergusu kepada KH. Sahal, seorang ulama yang terkenal pada saat itu. Tak berhenti disitu, Syekh Nawawi melanjutkan belajarnya kepada Syaikh  Haji Yusuf di Purwakarta.

ADVERTISEMENTS

Menuntut ilmu hingga negeri Mekkah

Memiliki kemauan kuat untuk terus belajar, Syekh Nawawi kemudian melanjutkan untuk memperdalam agama Islam di pusatnya langsung, yakni di kota Mekkah. Selama tinggal di Mekkah, Syekh Nawawi banyak belajar dari para ulama ternama, seperti Sayyid Ahmad An-Nahrawi, Syech Muhammad Khatib Al-Hanbali, Sayyid Ahmad Zaini, dan Sayyid Ahmad Ad-Dimyati.

ADVERTISEMENTS

Sempat kembali ke Indonesia namun bertolak kembali ke Mekkah

Seusai dirinya memperdalam agama Islam, Syekh Nawawi memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Namun, setibanya di Banten, Syekh Nawawi sangat geram melihat kondisi masyarakat yang terbelenggu oleh penjajah Belanda. Dengan keberaniannya, Syekh Nawawi mengobarkan semangat perjuangan melalui mimbar-mimbar ceramah.

Dilansir dari Kompas.com, sikapnya yang dinilai keras dan terlalu berani membuat Syekh Nawawi selalu diawasi oleh para pejabat kolonial Belanda. Hal itu membuatnya tidak betah. Akhirnya, dirinya memutuskan untuk kembali lagi ke Mekkah sembari memperdalam ilmu yang telah didapatkannya.

ADVERTISEMENTS

Menjadi pengajar dan ulama di Masjidil Haram sekaligus mengajarkan makna kemerdekaan anti kolonialisme dan imperialisme

Orang yang sedang saling belajar dan berdiskusi di Masjidil Haram

Orang yang sedang saling belajar dan berdiskusi di Masjidil Haram | Creadit: Wikimedia Commons via commons.wikimedia.org

Kembalinya sang pecinta ilmu ke negeri Mekkah membuat ilmu yang dimiliknya terus berkembang. Dengan berbekal ilmu dan pengetahuan yang didapatkannya dari para gurunya, maka pada tahun 1860, Syekh Nawawi menjadi salah satu pengajar di Masjidil Haram. Muridnya pun berasal dari berbagai belahan negara. Tak sedikit ulama Indonesia juga turut belajar kepadanya, beberapa murid yang terkenal adalah KH. Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama), KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), Syaikhona Kholil Bangkalan, dan lain sebagainya.

Selain ilmu-ilmu agama yang disampaikannya, Syekh Nawawi juga kerap mengajarkan makna kemerdekaan anti kolonialisme dan imperialisme dengan cara yang halus kepada para muridnya yang datang dari Indonesia. Menurut Syekh Nawawi, mencetak kader patriotik yang mampu menegakkan kebenaran, menumpas kebatilan, dan menghancurkan kedzaliman menjadi hal yang sangat penting dan mendesak.

ADVERTISEMENTS

Akhir hayat Syekh Nawawi

Setelah mengabdikan dirinya sebagai pengajar di Masjidil Haram, Syekh Nawawi meninggal dunia pada 25 Syawal tahun 1314 Hijriyah atau tahun 1897 Masehi di kota Mekkah. Beliau dimakamkan di Jannatul Mu’alla atau yang lebih dikenal dengan pemakaman Ma’la, Makkah Al-Mukarramah.

Setiap tahunnya, Pondok Pesantren An-Nawawi di Tanara, Serang selalu mengadakan haul peringatan meninggalnya Syekh Nawawi Al-Bantani.

Syekh Nawawi Al-Bantani memanglah sosok ulama internasional yang memiliki semangat kuat dalam menuntut ilmu. Semangat Syekh Nawawi yang seperti ini yang patut dicontoh oleh para pelajar harapan bangsa.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Penikmat jatuh cinta, penyuka anime dan fans Liverpool asal Jombang yang terkadang menulis karena hobi.

CLOSE