Di lingkungan pertemanan kalian, pernah nggak sih ada perdebatan soal mana yang lebih sakit antara sunat atau melahirkan? Kalau sudah ngomongin ini, kaum lelaki jelas bakal bilang sunat lah yang lebih menyakitkan. Sebaliknya, para cewek tentu akan bilang kalau melahirkan jauh lebih sakit dibanding sunat.
Biasanya cowok-cowok akan berdalih:
Sunat sekali aja cukup dan bikin kapok, sedangkan melahirkan bisa sampai berkali-kali. Jelas sunat dong yang lebih sakit!
Hmm.. padahal membandingkan dua rasa sakit antara sunat dan melahirkan ini nggak semudah itu lo. Sebelum berdebat rusuh, sebaiknya kalian simak dulu 5 hal ini. Siapa tahu setelah baca ada pencerahan~
ADVERTISEMENTS
1. Semua orang pasti pernah merasakan sakit, tapi pengalaman dalam merasakan sakit itu antara satu orang dengan yang lain beda-beda lo. Intinya sakit itu subjektif
Kamu dan temanmu, pasti punya pendapat berbeda kalau ditanya soal rasa sakit. Misalnya sama-sama tersayat pisau, bisa jadi 1 diantara kalian lebih merasa sakit dibanding yang lain. Kalau dilansir dari Sci Show, ini karena sakit sendiri itu sangat amat subjektif. Beda orang, beda rasa sakit.
Jadi kalau ditanya sakit mana sunat atau melahirkan, ya sulit buat bisa dapat jawaban pasti.
2. Rasa sakit itu sangat kompleks dan multidimensi, nggak bisa cuma diukur dari skala 1 sampai 10 yang biasa dilakukan selama ini
Selain subjektif, rasa sakit itu sangat amat kompleks. Sulit rasanya buat bisa menilai secara pasti suatu rasa sakit. Selama ini para ahli medis, biasanya kalau pengin tahu seberapa merasa sakit seseorang, bakal memakai skala 1 sampai 10. Nanti pasien ditanya, level sakitnya seberapa. Padahal pengukuran rasa sakit ini sebenarnya ya nggak akurat-akurat amat. Intinya ya cuma pakai modal kira-kira aja, nggak pasti.
3. Pengalaman personal turut memengaruhi orang dalam memahami dan menilai rasa sakit. Sama-sama dicubit, antara A dan B bisa aja merasa berbeda
Belum lagi pengalaman setiap orang dalam memaknai rasa sakit itu jelas berbeda-beda. Misalnya nih, kita mau mengukur seberapa sakit rasanya dicubit di lengan. Antara A dan B bisa jadi berbeda, karena mungkin di masa lalu si A pernah merasakan dicubit berkali-kali sama ibunya. Sedangkan B jarang dicubit. Jelas A akan lebih tahan sakit dibanding B.
Itu baru 1 pengalaman aja ya yang dipakai, belum pengalaman-pengalaman yang lain, yang kiranya bisa memengaruhi penilaian A dan B terhadap rasa sakit dicubit.
4. Ada yang bilang kalau cewek lebih tahan sakit dibanding cowok, soalnya terbiasa mentruasi setiap bulan dan melahirkan. Tapi ada juga yang bilang sebaliknya, kalau cewek lebih sensitif dibanding cowok
Masalah jenis kelamin juga ngaruh lo, karena ini ada kaitannya sama hormon testosteron (hormon pada cowok) dan progesteron (hormon pada cewek). Ada penelitian yang dilakukan di tahun 2018, menemukan fakta kalau katanya cewek lebih tahan sakit dibanding cowok, karena mereka sudah terbiasa merasakan menstruasi dan melahirkan.
Tapi fakta itu dibantah dengan analisis lain yang bilang kalau cewek itu lebih sensitif, jadi lebih gampang merasakan sakit dibanding cowok.
ADVERTISEMENTS
5. Membandingkan sunat dan melahirkan makin sulit, karena ternyata suku, ras, dan budaya juga memengaruhi kemampuan orang menilai rasa sakit
Ternyata nggak cuma itu aja, Guys, karena masih banyak faktor lain yang memengaruhi gimana orang bisa menilai rasa sakit, seperti faktor suku, ras, dan budaya. Tiap orang dengan suku, ras, dan budaya berbeda-beda, tentu akan berbeda pula dalam memaknai rasa sakit ketika diberi perlakuan yang sama.
Hmm.. kompleks banget memang. Jadi sebetulnya, nggak ada yang lebih sakit kok antara sunat atau melahirkan. Karena setiap orang yang pernah sunat atau melahirkan, pasti sakit yang dirasakan berbeda-beda. Lha wong antara 1 cewek dengan cewek lain yang pernah melahirkan aja pasti pendapatnya beda-beda. Apalagi mau membandingkan sunat dan melahirkan??