Kalau laki-laki melakukan sunat sih sudah biasa. Hampir semua laki-laki di Indonesia mengalaminya. Tujuannya baik, yaitu untuk alasan kesehatan dan kebersihan. Tetapi ketika mendengar istilah sunat perempuan, pasti banyak yang bakal kebingungan dan tidak dapat membayangkan. Nyatanya, sunat perempuan itu benar-benar ada dan masih terus dipraktikkan. Termasuk di Indonesia. Bahkan di Gorontalo, salah satu daerah yang masih melakukan praktik ini, bocah atau balita perempuan semuda 18 bulan banyak yang harus dipotong alat kelaminnya.
This little girl in Indonesia is undergoing female genital cutting. She's 18-months-old. pic.twitter.com/iYDIjF4Xel
— AJ+ (@ajplus) March 27, 2017
Kira-kira apa sih tujuannya? Jeritan balita yang belum mengerti apa-apa itu jelas membuat kita kembali berpikir, apakah praktik seperti ini perlu terus dilestarikan atas nama tradisi atau agama. Padahal banyak ahli kesehatan seperti dr Artha Budi Susila Duarsa, M Kes, dari Lembaga Studi Kependudukan dan Gender Universitas YARSI, menjelaskan ‘sunat’ atau pemotongan alat kelamin perempuan itu nggak ada manfaatnya sama sekali. Bahkan bisa sangat berbahaya dan justru dapat dikategorikan sebagai bentuk kekerasan seksual. Terus kenapa masih dipraktikkan ya? Negara atau daerah mana saja sih yang masih mempraktikkan tradisi yang mengerikan? Pahami lebih dalam mengenai sunat perempuan bersama Hipwee News & Feature yuk~
ADVERTISEMENTS
1. Sunat perempuan mirip dengan sunat pada laki-laki. Dilakukan tindakan pemotongan alat kelamin perempuan meskipun tidak ada kepentingan atau alasan medis
ADVERTISEMENTS
2. Ada empat jenis sunat perempuan menurut WHO. Mulai dari memotong klitoris, memotong klitoris dan labia minora, mempersempit lubang vagina, hingga hanya menggores klitoris saja
ADVERTISEMENTS
3. Kalau di Indonesia, sunat perempuan dilakukan dengan sedikit menggores klitoris. Biasanya sih karena tradisi yang juga diyakini sebagai ketentuan agama
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
4. Selain di Asia seperti Indonesia, sunat atau khitan perempuan juga hingga kini masih banyak ditemui di negara-negara Afrika dan Timur Tengah
ADVERTISEMENTS
5. Sunat perempuan kebanyakan dilakukan karena dianggap bisa mengurangi kemungkinan seks sebelum menikah — lebih tepatnya, untuk menekan hasrat seksual perempuan
6. Padahal secara medis, tidak ada manfaat kesehatan dari sunat perempuan. Bahkan perihal sunat atau pemotongan kelamin perempuan ini juga tidak diajari atau tidak ada dalam kurikulum fakultas kedokteran
7. Selain tidak ada manfaatnya, sunat perempuan justru berbahaya secara medis. Untuk jangka pendek, risikonya seperti infeksi, pendarahan, kesulitan buang air kecil, bahkan juga kematian
8. Sedangkan risiko jangka panjangnya, sunat perempuan bisa menimbulkan masalah-masalah yang menyangkut seksual, melahirkan, dan juga menstruasi
9. Sudah ada banyak pihak yang menentang praktik sunat perempuan. Tindakan itu dianggap mengekang seksualitas perempuan dan melanggar hak asasi manusia
Sampai saat ini, dikutip dari Kompas, kebanyakan sunat perempuan di Indonesia sebatas melakukan goresan pada alat kelamin, tidak sampai melakukan mutilasi. Tapi, tetap saja sih sunat ini dianggap nggak bermanfaat tapi lebih banyak bahayanya. Lagi-lagi, perempuan mau sunat atau tidak, kembali ke pilihan orang tuanya.