Sebagai kota yang terletak di dataran rendah seperti halnya Jakarta, Kota Surabaya juga tak bisa lepas dari ancaman bencana banjir. Apalagi kalau hujan yang mengguyur cukup deras, seperti yang terjadi hari Rabu (15/01) kemarin. Hujan yang turun dari sore hingga malam itu menyebabkan 32 titik jalan protokol Kota Pahlawan terendam banjir. Ketinggian banjir cukup bervariasi, berkisar antara 10 cm sampai 80 cm atau hampir mencapai 1 meter. Dari berbagai video yang beredar, tak sedikit kendaraan seperti mobil ikut terendam.
Namun meski banjir bisa dibilang cukup tinggi, tak butuh waktu lama untuk menunggunya surut kembali. Air yang menggenangi sejumlah jalan protokol cepat surut hanya dalam waktu 2 hingga 3 jam saja! Hal ini tentu cukup mengejutkan banyak pihak. Tak sedikit yang bertanya-tanya, apa rahasia atau strategi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengatasi banjir kemarin? Kok bisa surutnya cepet banget ya?
ADVERTISEMENTS
1. Yang pertama jawabannya adalah dari rumah-rumah pompa yang selama ini telah dibangun. Rumah pompa dibangun untuk menggantikan fungsi sawah yang sekarang sudah mulai langka
Saat ini Pemkot Surabaya memiliki 59 rumah pompa. Setiap rumah pompa memiliki 5-8 pompa, sehingga kalau ditotal jumlahnya sudah mencapai 204 pompa, kata Kepala Dinas PU Binamarga dan Pematusan Kota Surabaya Erna Purnawati. Rumah pompa ini fungsinya menyedot air yang menggenangi jalanan Surabaya saat hujan deras melanda. Fungsinya mirip sawah. Tapi karena sekarang jumlah sawah sudah menipis, dibuatlah rumah-rumah pompa.
Erna menjelaskan kalau tiap pompa bisa menyedot sekitar 3 meter kubik air per detik. Jadi kalau di satu rumah pompa aja ada 8 pompa, berarti setiap detiknya ada 24 meter kubik air yang tersedot.
ADVERTISEMENTS
2. Adanya rumah pompa juga didukung dengan tersedianya genset sebagai back up-nya. Jadi nggak perlu khawatir meski terjadi mati listrik
Saat hujan atau banjir datang biasanya pihak penyedia listrik akan memadamkan listrik agar tidak terjadi korsleting. Nah, hal ini ternyata sudah diantisipasi Pemkot Surabaya dengan menyediakan genset sebagai back up pompa di rumah-rumah pompa. Selain genset, Bu Walikota juga telah menugaskan 250 petugas penjaga rumah pompa begitu hujan deras mengguyur Kota Surabaya.
ADVERTISEMENTS
3. Pemkot Surabaya juga menyiagakan 72 alat berat yang fungsinya mengeruk saluran mulai dari tengah kota sampai ke laut. Biar air hujan punya ruang untuk mengalir
Prinsip dasar yang harus dicermati agar tidak banjir adalah air yang “tumpah” harus dialirkan ke laut. Untuk itu Pemkot Surabaya memfungsikan 72 alat berat untuk mengeruk saluran mulai dari tengah kota sampai ke laut. Dengan begitu, air hujan yang jatuh jadi punya tempat mengalir sehingga tidak meluap atau naik ke permukaan. Kalau salurannya aja nggak ada ya otomatis air bakal naik dan terjadilah banjir.
Selama dua tahun dijalani dan dikeruk, kalau endapan sungai tinggi ya prosesnya harus diulang. Begitu kata Erna.
ADVERTISEMENTS
4. Tak cukup sampai di situ. Di Surabaya juga ada orang-orang yang tergabung dalam Satgas Pematusan. Mereka bertugas baik saat musim penghujan maupun kemarau
Sebanyak 1.300 orang ditunjuk Pemkot Surabaya untuk menjadi Satgas Pematusan. Orang-orang ini bertugas baik saat musim penghujan maupun kemarau. Tugasnya beragam, kalau musim hujan mereka harus stand by di rumah-rumah pompa. Sedangkan saat musim kemarau, mereka melakukan normalisasi dan membersihkan gorong-gorong di pemukiman yang nggak bisa dijangkau alat berat.
Walau sudah sangat oke dari segi infrastruktur dan strategi, tapi Pemkot Surabaya mengaku tetap terus melakukan pemantauan berkala terutama di rumah pompa dan drainase seperti gorong-gorong. Warga Surabaya juga masih ada yang suka membuang sampah sembarangan, seperti dari dalam mobil yang melintas. Sampah-sampah yang memenuhi jalanan itu kalau nggak dibereskan bisa menutup saluran-saluran air dan membuat cara-cara di atas berjalan tidak maksimal. Jadi gimana pun strategi walikota atau bupati di tempat tinggalmu untuk atasi banjir, sebagai warga negara yang baik harusnya kita tetap mendukung ya, Guys!