Pandemi Covid-19 banyak menghasilkan dampak bagi kehidupan kita. Fenomena seperti Work From Home (WFH) salah satunya. Metode kerja yang memungkinkan setiap pekerja melalukan tugasnya dari rumah ini awalnya diterapkan untuk mengurangi mobilitas penduduk sehingga menghambat penyebaran virus. Namun setelah pandemi mereda, apakah pekerja bersedia kembali sepenuhnya bekerja dari kantor (WFO)?
Ternyata hal tersebut nggak bisa dipastikan jawabannya. Apalagi baru-baru ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkap fakta baru bahwa anak muda di Amerika Serikat enggan kembali kerja ke kantor meskipun kondisi pandemi bukan lagi masalah.
ADVERTISEMENTS
Sri Mulyani ungkap keheranan bos Bloomberg dengan gaya hidup anak muda sekarang yang lebih pilih WFH daripada ke kantor. Kenapa, ya?
Beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat menghebohkan publik dengan ceritanya saat berkunjung ke kantor pusat perusahaan finansial dan media Bloomberg di Amerika Serikat. Dia mengaku bos Bloomberg AS heran kenapa anak muda saat ini nggak suka ke kantor lagi dan lebih memilih kerja dari rumah. Mereka lebih nyaman bekerja dari rumah ibunya meskipun pandemi sudah mereda.
“Waktu saya di Amerika ketemu sama Bloomberg dan mengatakan nggak ngerti kenapa anak-anak muda sekarang itu nggak suka pergi ke kantor, mereka lebih suka di rumah ibunya. Ternyata nggak semuanya kembali secara smooth dan lancar,” ujarnya di acara CEO Banking Forum yang digelar virtual, Senin (9/1), dilansir dari Tempo.co.
Fenomena WFH yang dimulai sejak pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu ternyata punya dampak panjang yang serius bagi dunia kerja. Mungkin sebagian dari kita menilai bahwa para pekerja akan kembali beraktivitas dari kantor seperti sedia kala saat pandemi ini mereda. Namun nyatanya, menurut Sri Mulyani, pandemi telanjur mengubah kebiasaan masyarakat dan itu akan bertahan cukup lama.
Sejak Covid-19 merebak, anak muda yang bekerja pada masa pandemi terbiasa untuk bekerja dari rumah atau tempat masing-masing sehingga membuat kantor menjadi lingkungan yang asing.
“Apa yang terjadi di dalam pemulihan sesudah tiga tahun manusia hibernated, kita semua kan hibernated kan ada di ruangan masing-masing di rumah, suddenly kantor itu menjadi tempat yang tidak familiar lagi, you need to adjust again,” sambungnya.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Fenomena pekerja yang enggan kembali ke kantor pun terjadi di Indonesia, tapi dengan alasan berbeda
Akhir tahun 2022 lalu, Presiden Jokowi resmi memberhentikan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kebijakan itu membuat banyak perusahaan nggak lagi menerapkan aturan kerja dari rumah dan mewajibkan pekerjanya berangkat ke kantor. Akibatnya, kendaraan mulai memadati jalanan sehingga rawan terjadi kemacetan di sejumlah titik wilayah perkantoran. Terlebih lagi, tingginya volume kendaraan juga mengakibatkan polusi Ibu Kota semakin menjadi-jadi.
Atas dasar itulah, muncul petisi di platform change.org berjudul “Kembalikan WFH, Sebab Jalanan macet, Polusi dan Bikin Tidak Produktif” oleh Riwaty Sidabutar. Menurut pantauan Hipwee pada Rabu (11/1), petisi tersebut telah ditanda tangani oleh 23 ribu orang dengan target 25 ribu orang.
Petisi tersebut juga menyoroti fenomena kemacetan dan lamanya perjalanan yang ditempuh dari rumah ke kantor yang berdampak pada performa kerja. Hal itu juga menimbulkan stres, kelelahan, dan berujung pada hasil kerja yang nggak maksimal. Maka dari itu, Riwaty berpendapat kalau WFO belum tentu membuat pekerja lebih produktif.
“WFO juga belum tentu membuat kita lebih produktif. Karena lamanya perjalanan, saya malah jadi lebih lelah, dan hasil pekerjaan tidak sebagus ketika saya bekerja dari rumah. Di rumah, saya merasa lebih percaya diri, lebih aman, dan juga merasa lebih nyaman,” tulis Riwaty dalam keterangan petisinya.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Jika perusahaan nggak bisa kembali menerapkan WFH, alternatif lain yang dapat dicoba adalah dengan menerapkan sistem hybrid
Lalu, apa jalan tengah yang bisa diambil untuk menanggapi fenomena anak muda yang enggan kembali bekerja ke kantor ini? Agar sama-sama menguntungkan perusahaan dan pekerja, ada cara alternatif yang bisa diambil apabila perusahaan nggak bisa menerapkan full WFH. Perusahaan bisa menerapkan sistem kerja hybrid atau Work From Anywhere (WFA). Contohnya saja di Indonesia sudah banyak perusahaan yang menerapkan metode tersebut.
Sistem kerja yang menggabungkan WFO dan WFH ini memungkinkan pekerjanya untuk menyelesaikan pekerjaan dari mana saja. Namun, mereka tetap bisa kembali ke kantor jika ada pekerjaan tertentu yang membutuhkan koordinasi langsung. Nah, sehingga ini memunculkan keseimbangan yang lebih efektif baik bagi pekerja maupun perusahaan.
Dalam hal ini, perusahaan juga punya peran besar untuk kembali memotivasi karyawannya agar lebih semangat WFO. Contohnya saja dengan membuat kantor sebagai tempat untuk melakukan aktivitas pengembangan diri yang lain alih-alih hanya fokus bekerja. Suasana akrab di antara sesama pekerja ini bisa membangun mood bekerja menjadi lebih baik.
Anak muda nggak mau balik kerja ke kantor usai pandemi ini sebenarnya normal terjadi. Dilansir dari Ekrut, survei yang dilakukan oleh Microsoft Corp secara global (termasuk Indonesia) menunjukkan bahwa sebanyak 83% pekerja di Indonesia lebih pengin opsi kerja dari jarak jauh yang fleksibel. Perubahan tersebut terjadi sejak pandemi terjadi. Nah, alih-alih memaksakan sepihak untuk kembali WFO, perusahaan pun bisa mengkomunikasikan apa yang menjadi kekhawatiran dan keluhan pekerjanya ketika hendak kembali WFO dan bekerja sama untuk mengurangi kendala tersebut.