Saat ini, Indonesia masih berusaha menjadi negara yang mandiri pangan. Artinya, negara ini mampu memenuhi kebutuhan pangan secara nasional tanpa harus menerima pasokan dari negara lain. Hal itu sangat mungkin terjadi mengingat Indonesia kaya akan sumber daya alam. Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan peran masyarakat di antaranya melalui komunitas yang bergerak untuk melestarikan dan mengembangkan pangan tradisional seperti Slow Food.
Telah berdiri sejak tahun 2013, Slow Food Yogyakarta saat ini beranggotakan jejaring ABC (Academy, Business, dan Community). Mereka menghimpun berbagai kegiatan pelestarian, pengembangan, dan pendidikan pengetahuan budaya pangan, khususnya di Kota Yogyakarta.
Mengambil mometum hari raya idulfitri, Slowfood Yogyakarta menyelenggarakan Slow Food Syawalan Palet Rasa Ark of Taste 2022 di Erista Garden, Rabu (11/5). Acara ini dihadiri oleh Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Petani Pisang dari Bantul, serta Petani Kopi dari Merapi sebagai contoh pertanian berkelanjutan.
ADVERTISEMENTS
Slow Food memegang tiga prinsip utama, yakni good, clean, and fair food for all
Indonesia sebagai salah satu negara pemilik keberagaman pangan terbesar di dunia perlu menjadi negara yang mandiri pangan. Namun, kini keberagaman itu terancam hilang dari siklus kehidupan tanpa peran dari masyarakat. Oleh karena itu, Slow Food Yogyakarta menghimpun semua kalangan, termasuk para petani untuk melakukan gerakan pelestarian pangan.
Dalam acara Syawalan Palet Rasa Ark of Taste 2022, Amaliah sebagai salah satu pemrakarsa Slow Food Yogyakarta mengatakan bahwa gerakan ini memegang tiga prinsip. Prinsip tersebut di adalah good, clean, and fair food for all.
“Prinsip Slow Food ada tiga, yakni good, clean, and fair food for all. Good artinya diolah dengan baik, clean artinya makanan aman tidak hanya untuk kita, dan fair for all artinya berkeadilan dari hulu ke hilir.” kata Amaliah dalam acara Syawalan Palet Rasa Ark of Taste 2022, Rabu (11/5) .
Dengan memegang tiga prinsip tersebut, masyarakat tidak hanya akan melihat harga makanan yang murah saja, tetapi juga dampaknya bagi semua lini kehidupan.
ADVERTISEMENTS
Menggandeng petani pisang dan petani kopi yang sudah menerapkan pertanian berkelanjutan
Gerakan Slow Food juga menyinambungkan antara tiga hal. Pertama mengenai permasalahan krisis iklim, salah satu cara untuk menyelamatkan bumi adalah dengan olah pangan dari sumber pangan setempat.
Kedua, dengan memberikan inspirasi kepada semua penduduk bahwa sandang, pangan, dan papan adalah tiga pola penting dalam kehidupan, tetapi pangan adalah yang terpenting. Terakhir dengan memengaruhi publik maupun perseorangan bahwa semua hal termasuk bisnis perlu memperhatikan keamanan dan keberlanjutan untuk semua pihak.
Oleh karena itu, dalam acara Slow Food Syawalan ini, mereka menggandeng Lasiyo Syaifuddin selaku petani pisang di Bantul dan Kasno Wiharjo selaku petani kopi di lereng Merapi. Sebagai petani pisang, Mbah Kasiyo, sapaan akrabnya, telah membudidayakan ribuan pohon pisang di lahan selebar 7000 meter dengan budidaya alami. Ia melakukan pembibitan, pemupukan, hingga pengolahan secara mandiri.
“Mulai dari bibit, pengolahan, pupuk, pestisida, juga molase atau fermentasi sebelum pupuk, semua dari saya sendiri.” ucap Mbah Kasiyo.
Tidak jauh berbeda dengan Mbah Kasiyo, Pak Kasno selaku petani kopi juga menerapkan budidaya alami untuk produk kopinya. Ia memulai menanam kopi setelah erupsi Merapi pada tahun 2011 dan kini mengelola semuanya sendiri.
“Habis erupsi, tahun 2011 itu berkembangnya baik sekali karna abu vulkanik. Pas pandemi sempet rusak hampir mati karena jamur. Sekarang mulai berbuah lagi, itu saya tanam, pupuk sendiri. Jenis kopi yang ditanam ada robusta dan arabica.” kata Kasno Wiharjo.
ADVERTISEMENTS
Menyajikan aneka camilan Ark of Taste asal Yogyakarta
Bukan hanya menggandeng para petani saja, Slowfood juga langsung menyajikan aneka camilan Ark of Taste di acara Syawalan Palet Rasa Ark of Taste 2022. Ark of Taste merupakan rangkaian pangan yang dahulu menjadi bagian penting dalam budaya masyarakat setempat dan kini keberadaannya semakin terlupakan.
Oleh karena itu, untuk menghidupkan kembali Ark of Taste produk dalam siklus kehidupan komunitas setempat, Slow Food menyajikan pisang kapok kuning rebus, patilo, besengek tempe koro benguk, dan gatot. Tak sampai di situ saja, mereka juga menyajikan minuman timun selasih jeruk, menu utama tumpeng kapuranto, dan kopi merapi sebagai penutupnya.