Idulfitri biasanya identik dengan kegiatan silaturahmi dan kumpul-kumpul keluarga. Meskipun sekarang kita nggak bisa berkumpul sebebas dahulu karena pandemi yang masih melanda, tapi hal tersebut nggak menghalangi kita untuk menjalin tali silaturahmi secara virtual bersama sanak-saudara.
Sayangnya, nggak jarang juga moment ngumpul bareng dan berbagi cerita ini jadi sebuah keadaan yang bisa dibilang toxic lho! Biasanya hal-hal ini disebabkan oleh sesuatu yang sepele, tetapi cukup membuat kamu jadi nggak nyaman untuk ada di acara tersebut dan memilih untuk menghindar, bahkan mencoba untuk nggak hadir di tahun depan.
ADVERTISEMENTS
Meski niatnya baik, ternyata momen silaturahmi bisa jadi toxic juga
Sadar atau nggak, ternyata sebuah silaturahmi keluarga saat Idulfitri bisa menjadi hal yang toxic dan bikin kamu males datang lagi lho. Hal ini terjadi karena karen pertanyaan-pertanyaan basa-basi yang menyakitkan dari kalangan keluarga. Mereka nggak cuma menanyakan kabar dan keadaan kita, tetapi pertanyaan-pertanyaan seperti “Udah lulus belom?”, “Kok nggak bawa pasangan?”, “Kerja dimana? Gajinya gede nggak?” dan yang paling ultimate “kapan nikah?”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut pastinya bisa membuat kamu muak dan malas untuk berbincang lebih jauh lagi.
Mungkin sebagian dari kita ada yang biasa saja, malah sudah kebal dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, tetapi nggak semua orang seperti itu. Beberapa dari kita ada yang merasa hal tersebut adalah hal personal yang nggak perlu dikorek dan nggak perlu orang tahu jika kita nggak memutuskan untuk bercerita kepada mereka, disaat inilah acara kumpul-kumpul yang harusnya hangat dan seru jadi toxic buat kamu, apalagi kalau yang bertanya langsung melakukan perbandingan jawaban kamu dengan saudara yang lain.
ADVERTISEMENTS
Pertanyaan-pertanyaan tersebut sebenarnya adalah hal sederhana dan wajar ditanyakan, sayangnya orang tersebut kurang tepat memilih kamu sebagai teman bicara
Dikutip dari pernyataan Psikolog Klinis Dessy Ilsanty dari situs Detik.com, dirinya berpendapat hal tersebut adalah hal yang wajar. “Ada naluri untuk menanyakan kabar, menjalin komunikasi, karena kita fitrahnya itu makhluk sosial. Jadi, bukan semata-mata karena kepo banget. Yang namanya basa-basi itu sekadar untuk menjalin komunikasi dan interaksi sosial,” ungkapnya.
Jadi bisa diartikan, sebenarnnya pertanyaan yang kerap dilontarkan kerabat kamu itu adalah rasa sayang dan peduli yang sebenarnya salah diungkapkan. Tentunya sebagai mahluk sosial, kita perlu dan butuh membangun hubungan antar individu, salah satu caranya adalah mengetahui dan menanyakan kabar. Tetapi sayangnya masih banyak orang yang nggak kretif dan pandai untuk mencari obrolan basa-basi lain sehingga mereka menggunakan “pertanyaan template” yang mengganggu. Padahal untuk beberapa orang, topik yang ditanyakan tersebut dianggap personal dan mengganggu privasi.
ADVERTISEMENTS
Jika kamu jadi nggak nyaman karena hal-hal tersebut, ada baberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk menghindari obrolan yang lebih jauh dan panjang
Ada banyak cara yang bisa kamu lakukan untuk menghindari keadaan serta pertanyaan yang bisa menyebabkan kumpul-kumpul keluarga kamu di hari idul Fitri menjadi toxic dan nggak menyenangkan. Cara yang paling sederhana adalah mohon diri untuk ke kamar mandi atau mengambil makanan, setelah itu kamu jangan balik lagi.
Tapi menurut Psikolok Klinis Dessy Ilsanty, cara yang paling baik, sebelum kamu bertanya adalah tanya duluan. “Triknya, orang itu sebenarnya suka bercerita tentang dirinya. Jadi, sebelum ditanya, kalian bertanyalah. Daripada ditanya, bombardirlah pertanyaan dari kamu, jadi dia nggak sempat tanya,” ungkapnya. Meskipun sulit buat kalian yang introvert, tetapi hal ini lebih “sopan” jika dibandingkan dengan cara yang ada di atas.
Kamu nggak perlu memerhatikan jawaban mereka, ibaratnya apa yang mereka katakan masuk ke kuping kanan kamu dan keluar di kuping kiri. Tentunya hal ini akan memuaskan mereka dan kemungkinan kamu ditanya akan semakin kecil. Tetapi kalau memang kamu tertarik dengan kisah yang diceritakan, nggak ada salahnya juga memerhatikan omongan mereka.
ADVERTISEMENTS
Pada akhirnya, kamulah yang harus bisa pegang kendali untuk bisa menghindari pertanyaan atau keadaan toxic yang terjadi pada sebuah silaturahmi keluarga
Tetapi pada akhirnya, dirimu sendirilah yang memegang peranan penting agar sebuah keadaan nggak berubah menjadi toxic. Kamu nggak harus terlalu keras dalam menanggapai pertanyaan atau keadaan yang terjadi di sebuah silaturahmi keluarga. Toh sebenarnya kamu bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban ambigu, seperti “doakan aja ya”, atau “nugu si ‘A’ duluan deh”.
“Yang bikin nggak enak, baper, dan sakit hati itu karena kita berusaha defense, membela diri banget. Kalau memang nggak ingin diketahui, ya sesimpel jawabannya dibatasi saja. Ibarat orang mengetok pintu, kalau kita nggak ingin dia masuk, jangan dibuka pintunya,” ungkap Dessy. Meskipun sulit, setidaknya kita harus belajar dan menguasai teknik-teknik berkomunikasi, agar kita bisa memiliki kemampuan untuk mengendalikan situasi saat berinteraksi dengan orang lain, termasuk saat bersilaturahmi dengan keluarga.
Memang butuh waktu untuk menyesuaikan diri kamu dalam melatih mental serta strategi untuk menghadapi keadaan dan pertaanyaan-pertanyaan yang bisa bikin males datang ke acara keluarga. Setidaknya sekarang kamu sudah tahu apa yang harus dilakukan dan dipersiapkan untuk menghindari keadaan toxic tersebut, jadi jangan malas datang ke acara kumpul keluarga lagi ya!