Pernah lihat tagar #MeToo?
Mungkin banyak di antara kalian yang sempat melihat tagar “MeToo” ramai dipopulerkan di Twitter, tapi sama sekali belum tahu apa artinya. Tagar tersebut sebenarnya merupakan gerakan sosial yang bertujuan untuk bersama-sama menguak kejahatan atau pelecehan seksual yang selama ini mungkin tidak pernah terungkap karena satu dan lain hal. Jadi tagar #MeToo viral di seluruh dunia sebagai bentuk keberanian para korban untuk akhirnya mengakui bahwa dirinya adalah korban pelecehan seksual.
Tagar #MeToo pertamakali muncul menyusul terungkapnya skandal seks Harvey Weinstein, salah satu produser Hollywood paling berpengaruh di dunia, kepada aktris-aktris populer sejak 1980-an. Kasus ini terkuak setelah satu per satu korbannya membuat pengakuan di depan publik.
If you’ve been sexually harassed or assaulted write ‘me too’ as a reply to this tweet. pic.twitter.com/k2oeCiUf9n
— Alyssa Milano (@Alyssa_Milano) October 15, 2017
Awalnya pertengahan Oktober lalu, seorang aktris Hollywood Alyssa Milano mengunggah cuitan yang mengajak semua orang menggunakan tagar MeToo untuk menceritakan pengalamannya menjadi korban pelecehan seksual. Sehari setelah digalakkan, setidaknya ada 4,7 juta orang di seluruh dunia dengan >12 juta unggahan, komentar, dan reaksi meramaikan kampanye ini di Facebook. Sedangkan di Instagram, ada >500.000 unggahan menggunakan #MeToo. Dan ternyata, nggak cuma perempuan aja yang ‘curhat’ pernah mengalami pelecehan seksual, tapi juga laki-laki.
Bicara soal pelecehan seksual memang tak ada habisnya. Kita semua hidup dalam balutan potensi akan terjadi hal serupa, mengingat pelaku kini seolah tak pandang bulu. Tindakan preventif memang perlu dilakukan, tapi wawasan kita soal fenomena ini juga perlu diperluas. Siapa tahu apa yang selama ini kita anggap biasa aja ternyata adalah bentuk pelecehan. Simak ulasan Hipwee News & Feature berikut ini deh.
ADVERTISEMENTS
Gerakan #MeToo disebut-sebut sebagai kampanye sosial paling masif di tahun 2017 ini. Tapi sayang kayaknya pesannya belum terlalu sampai di Indonesia
Menurut data yang dilansir Tirto, tagar MeToo telah lebih dari 1 juta kali digunakan di AS, Eropa, dan Asia. Meski Indonesia termasuk negara Asia, tapi rasanya kampanye ini belum terlalu mengena di hati masyarakat deh. Sepertinya selama ini cuma yang mayoritas berlabel LSM dan aktivis perempuan aja yang cukup peduli dan turut menyebarkan kampanye ini. Apa memang karena isu ini belum dianggap penting bagi masyarakat secara keseluruhan?
Tapi sebuah data statistik yang dikumpulkan Lentera Sintas Indonesia dan situs Magdalene.co, seperti dikutip Vice, menyatakan kalau sekitar 93% korban pemerkosaan nggak melaporkan kasusnya secara resmi ke polisi lho. Dan hanya 1% kasus yang berujung pada hukuman bagi pelaku. Mengadu ke polisi aja ogah, apalagi terang-terangan mengaku di media sosial memakai tagar MeToo?
ADVERTISEMENTS
Padahal dengan gerakan ini banyak kasus yang akhirnya bisa terungkap lho, karena korbannya merasa ada teman sepenanggungan
Gerakan ini viral karena dianggap mampu mendobrak tindakan yang selama ini tabu dilakukan: mengaku pernah jadi korban pelecehan seksual. #MeToo bertujuan merangkul sesama korban agar mereka yang pernah mengalami nggak merasa sendirian. Di Indonesia sendiri pengakuan macam ini masih dianggap aneh. Banyak yang belum bisa terbuka. Ini karena mereka masih diselimuti perasaan takut disalahkan, takut nggak dipercaya, atau takut dianggap amoral dan dikucilkan sama lingkungannya, termasuk keluarga. Padahal nggak sedikit kasus yang akhirnya terungkap setelah kampanye ini tersebar.
ADVERTISEMENTS
Parahnya, nggak cuma perempuan aja yang banyak mengaku jadi korban, tapi juga dari kalangan laki-laki. Gila, ‘kan?!
““Bokong saya pernah diremas oleh beberapa laki-laki yang lebih tua dan berkuasa. Saya pernah merasa disudutkan dalam percakapan berkonten seksual saat saya muda,” pengakuan berani James Van Der Beek pada 12 Oktober lalu di Twitternya, seiring kampanye #MeToo.
Jangan kira nggak ada yang bisa dilakukan penjahat seks pada korban cowoknya. Berkat kampanye #MeToo ini publik juga jadi tahu kalau ternyata korban pelecehan nggak cuma dari kalangan cewek aja. Korban cowok juga nggak kalah banyak. Ironisnya, mereka juga lebih pilih memendamnya. Pengakuan pelecehan seksual yang cukup terkenal dialami aktor asal AS, Anthony Rapp (46). Saat umur 14 tahun, Rapp mengaku sempat dilecehkan sesama aktor peraih Oscar, Kevin Spacey (58).
Data dari US Equal Employment Opportunity Commision (EEOC) menyatakan, pada 2011 ada sekitar 16,1% kasus pelecehan seksual yang dilaporkan laki-laki. Dua tahun kemudian, angka tersebut bertambah hingga 17,6%. Association of Women for Action and Research (AWARE) juga pernah membuat studi terhadap 500 responden dari 92 perusahaan di Singapura. Salah satu temuannya, 21% laki-laki pernah dilecehkan di tempat kerja.
ADVERTISEMENTS
Sebenarnya bentuk pelecehan nggak cuma sebatas kontak fisik aja lho. Siulan atau kalimat seksis juga menyiratkan indikasi ada pelecehan seksual. Hati-hati guys!
Jangan dikira bentuk pelecehan cuma dalam bentuk kontak fisik aja ya. Sesimpel siulan yang sering kita temui bahkan saat jalan kaki di area dekat rumah aja itu udah termasuk bentuk pelecehan lho. Belum lagi godaan terkait bentuk tubuh atau kontak fisik yang dilakukan teman, yang masih sering dianggap interaksi biasa. Di Indonesia masih banyak pihak yang nggak sensitif sama bentuk-bentuk pelecehan di atas. Mereka malah menganggapnya normal-normal aja. Padahal segala bentuk perlakuan entah verbal, non-verbal, atau fisik yang merendahkan perempuan namanya juga pelecehan seksual!
Zaman sekarang dunia sudah makin nggak aman guys. Meski selama ini kamu merasa hidup di lingkungan yang nyaman, bukan berarti nggak ada kemungkinan buat pelaku kejahatan seksual melancarkan aksinya. Kita meski sebagai orang biasa harus sadar bahkan meski kelihatannya biasa dan sudah membudaya, tindakan-tindakan yang mengarah ke pelecehan, kayak teman-teman cowok yang kebiasaan menjepret tali bra, harus dihentikan. Bukannya malah ikut tertawa dan menerima gitu aja. Karena kalau bukan kamu yang jadi penyelamat diri sendiri, lantas siapa lagi?