Manusia diciptakan Tuhan dalam kondisi yang berbeda-beda, baik fisik, sifat, maupun kondisi mental atau psikisnya. Bicara soal kondisi psikologi seseorang, dikenal adanya istilah fobia atau rasa takut berlebihan terhadap suatu hal. Fobia yang umum terjadi di sekitar kita seperti fobia pada ketinggian, gelap, atau binatang tertentu.
Namun ternyata jenis fobia di dunia ini begitu banyak jenisnya, tidak hanya yang sering kita jumpai saja. Beberapa fobia bahkan dapat dikatakan langka karena memang pengidapnya hanya segelintir orang. Salah satunya adalah haphephobia. Nah, baca yuk selengkapnya di Hipwee News & Feature kali ini..
ADVERTISEMENTS
Haphephobia, adalah suatu kondisi dimana penderitanya memiliki ketakutan yang berlebih jika disentuh atau menyentuh orang lain
Tidak banyak orang mengetahui salah satu jenis fobia ini karena memang sangat jarang ditemukan orang yang mengidapnya. Orang dengan haphephobia memiliki ketakutan, kekhawatiran, dan kecemasan yang berlebih ketika menyentuh atau disentuh orang lain meski hanya seujung jari. Bahkan saking takutnya, tak jarang mereka sampai keringat dingin dan panik luar biasa ketika bersentuhan dengan orang lain. Hal ini terjadi karena mereka merasa ruang privasinya dilanggar ketika orang lain memegang bagian tubuhnya meski hanya tangan atau bahu.
Kebanyakan penderita haphephobia merasa kesulitan ketika harus berinteraksi dengan kelompoknya. Karena itulah sebagian besar dari mereka menjadi penyendiri dan sulit bergaul. Tak jarang mereka akan merasa kesepian dan stress. Sebagian orang dapat terlahir dengan kondisi ini. Namun sebagian lagi justru mengidap haphephobia karena trauma atas kejadian buruk di masa lampau, misalnya pemerkosaan, pelecehan, atau penculikan.
ADVERTISEMENTS
Seorang lelaki berusia 23 tahun inisial AJ mengaku sebagai penderita haphephobia akut dan inilah secuplik cerita perjuangannya menghadapi fobia ini
Sejak kecil AJ sudah merasakan ketakutan jika harus bersentuhan dengan orang lain. Bahkan ia menyebut perasaan tersebut sebagai sesuatu yang menyakitkan. Ketika orang lain mendekat, ia merasa sangat gelisah. Ketika mereka sudah mulai melakukan kontak fisik, AJ mendeskripsikan rasanya seperti terbakar. Dan ia mengaku bisa mengingat rasanya bahkan berhari-hari setelahnya.
AJ baru merasa dirinya tidak seperti layaknya teman-temannya, ketika menginjak di bangku SMA. Saat itu juga ia menyadari bahwa dirinya mengidap haphephobia. Fobia tersebut membuat AJ mengalami masalah dalam hubungannya dengan teman-teman karena ia selalu mencoba menjaga jarak dengan mereka. AJ mengaku ia juga jarang berkontak fisik dengan orang tua kandungnya sendiri bahkan untuk sekedar berpelukan. Ini membuatnya merasa janggal ketika melihat para orang tua yang sering mencium pipi anaknya, atau sebaliknya. Kelainannya ini juga berpengaruh terhadap hubungan percintaannya. Beberapa kali ketika wanita mencoba mendekatinya, AJ justru menjauh. Tak heran jika sempat banyak orang menganggapnya gay.
ADVERTISEMENTS
Karena kecemasan yang sering ia rasakan itu, AJ sampai harus mengandalkan alkohol supaya lebih rileks saat berhadapan dengan orang lain
AJ menjadi kecanduan alkohol lantaran menurutnya alkohol dapat menjadi satu-satunya solusinya menghadapi perasaan gelisahnya ketika harus berinteraksi dengan orang lain. Berada di bawah pengaruh alkohol membuat AJ merasa lebih tenang. Tapi di sisi lain ia sangat ingin terlepas dari kecanduannya tersebut karena takut terjadi masalah pada ginjalnya. Keinginannya itu mendorong AJ untuk berkonsultasi ke pihak medis.
ADVERTISEMENTS
Tak disangka, kecanduannya tersebut membawa AJ pada perkenalan dengan seorang suster yang akhirnya ia nikahi
Meski kesulitan menjalin hubungan cinta, tak lantas membuat AJ menjomblo selamanya. Buktinya, justru karena haphephobia-nya itu ia jadi bertemu dengan jodohnya. Ya, AJ menikahi seorang suster yang merawatnya. Awalnya AJ berjuang mati-matian mengalahkan ketakutannya. Ia membiarkan si suster memegang tangannya, sembari berkata bahwa itu tidak akan menyakitkan. AJ dibuat jatuh cinta dengan cara suster memperlakukannya. Kini AJ hidup bahagia bersama wanita yang sudah memiliki dua anak dari pernikahan sebelumnya itu, meski fobianya belum hilang.
AJ mengakui bahwa mustahil bagi manusia untuk hidup tanpa kontak fisik dengan manusia lain. Saat ini ia sedang berusaha dan mencoba menemukan cara yang tepat untuk mengatasi haphephobia-nya. Wah, good luck ya AJ!