Beberapa hari ini dunia digemparkan dengan persebaran ‘Ransomware’ bernama WannaCry di dunia maya. Perangkat bersistem operasi Windows lama atau belum di-update dengan sistem pengamanan software terbaru, adalah target utama dari serangan cyber yang terburuk sepanjang sejarah. Sekalinya terkena, komputermu akan didiamkan dalam keadaan terkunci. Untuk membukanya, kamu akan diminta untuk transfer sejumlah uang ke rekening si pembuat virus.
Yang bikin virus ini heboh adalah jangkauan persebarannya. Mulai dari Amerika hingga Indonesia, ada saja laporan kasus yang melibatkan virus yang satu ini. Tingkat kerugiannya pun juga gila. The Verge melaporkan bahwa perusahaan otomatif dunia Renault sampai harus menutup beberapa pabriknya di Perancis karena serangan ini. Namun sejatinya serangan WannaCry bukanlah serangan cyberattack gila-gilaan pertama di dunia lho.
Sebelum ini pernah ada 4 kasus kejahatan cyber yang bikin gempar dan membuat kerugian yang nomilanya juga nggak kalah gila! Pensaran? Nih Hipwee News & Feature sudah merangkumnya…
ADVERTISEMENTS
1. Morris Worm jadi virus pertama yang merajalela di internet. Pada tahun 1988, virus ini menyerang 6000 komputer lebih!
Jaringan internet yang waktu itu baru muncul sudah kelabakan karena virus yang satu ini. Awalnya Morris Worm memang tidak diciptakan untuk tujuan yang jahat. Tujuan awalnya cuma untuk mengukur seberapa luas jaringan internet doang kok. Namun karena ada malfungsi, virus ini jadi mereplika diri tanpa bisa dikendalikan dan kemudian mulai menginfeksi komputer-komputer lain yang terkoneksi dengan jaringan internet.
Total ada 6000 komputer yang terinfeksi dan kerugian untuk mengatasi worm ini ditaksir antara US$10 juta hingga 100 juta!
ADVERTISEMENTS
2. Yang nggak kalah heboh adalah kasus The Spamhaus Project. Kasus ini pernah jadi kasus cyberattack terbesar di dunia tahun 2013 lalu
The Spamhaus Project adalah sebuah instansi yang fokus membuat blocklist domain-domain berbahaya yang biasanya ngirim spam ke emailmu. Nah pada tahun 2013, Spamhaus Project jadi sasaran para hacker yang ingin menyerang data mereka. Menurut berbagai sumber, serangan data pada Spamhaus Project ini begitu besar sehingga server mereka terpaksa harus offline. Spamhaus pun akhirnya memilih untuk memutus traffic mereka demi menghentikan serangan hacker. Karena serangan ini, total kerugian ditaksir mencapai puluhan juta dollar Amerika.
ADVERTISEMENTS
3. Playstation Network pun pernah jadi korban serangan cyber. Jaringan Playstation kacau karenanya!
Kamu yang hobi main game pasti pernah tahu kasus yang satu ini. Jaringan milik Playstation pernah dibobol oleh hacker dan mengakibatkan kerugian yang nggak kira-kira pada pertengahan April 2011 silam. Serangan yang cuma dua hari itu berimbas pada sistem Playstation selama 23 hari. Selama itu, sudah banyak kartu kredit yang dibobol dengan catatan kerugian yang mencapai US$140 juta!
ADVERTISEMENTS
4. Sangat mungkin akun Yahoo! yang dulu kamu punya juga ikutan jadi korban. Kasus cyberattack yang satu ini berhasil mencuri jutaan data
Kasus yang paling heboh bisa dibilang terjadi di Yahoo! pada tahun 2012 hingga 2014 silam. Terhitung ada 500 juta akun yang berhasil diretas oleh si hacker. Data yang dicuri antara lain nomor telepon, data pribadi hingga password. Imbasnya, akun-akun Yahoo! yang terintegrasi dengan akun Linkedin, Adobe hingga akun ritel jelas mengalami kerugian yang jumlahnya nggak main-main jumlahnya! Bahkan ditaksir hampir menyentuh angka milyaran dollar Amerika. Namun yang lebih parah adalah fakta bahwa kita sebagai pengguna, baru tahu jika akun kita diretas bertahun-tahun setelah itu terjadi.
Itulah persepsi yang mulai harus kita ubah, yaitu kalau masalah hacking atau keamanan komputer adalah urusan para ahli semata. Lihat saja hebohnya serangan WannaCry ini, semua orang sebenarnya terancam! Apalagi kita hidup di zaman ketika semuanya makin terhubung secara digital, ya harus lebih sadar masalah beginian. Dengan segala kenyamanan era digital, kita harus sadar juga ancaman yang menyertai. Dan dari kasus WannaCry ini terlihat jelas, masyarakat dunia itu belum siap menghadapi serangan cyber.Â