Sebuah aturan diciptakan untuk dipatuhi. Namun nggak jarang juga ada aturan yang menuai pro kontra karena dianggap nggak rasional atau terlalu membebani. Seperti sebuah sekolah di Thailand yang baru saja jadi sorotan publik dunia maya gegara melarang muridnya mengadopsi gaya artis K-Pop, lebih khusus lagi melarang muridnya memiliki poni.
Bagi sejumlah aktivis pendidikan, larangan itu dianggap berlebihan dan nggak berdasar. Menurut mereka seharusnya tenaga pendidik fokus saja ke pengajaran ketimbang memperhatikan penampilan siswa. Menanggapi hal ini, direktur sekolah yang lagi viral ini pun memberikan klarifikasi. Kita simak yuk, gimana cerita selengkapnya.
ADVERTISEMENTS
Semua berawal dari sebuah unggahan kelompok aktivis pendidikan, Education for Liberation of Siam di Facebook. Di situ tertera surat yang menyebut larangan siswi sekolah Siyanusorn menggunakan poni
โรงเรียนหญิงล้วนชื่อดังในจังหวัดจันทบุรีออกกฎใหม่ “ห้ามไว้หน้าม้า”…
Posted by กลุ่มการศึกษาเพื่อความเป็นไท on Monday, December 9, 2019
Unggahan Facebook kelompok aktivis pendidikan yang menamai diri mereka Education for Liberation of Siam tiba-tiba viral karena mengunggah surat yang berisi larangan bagi siswi di Siyanusorn School, Thailand, untuk memakai poni. Mereka dilarang berpenampilan seperti artis K-Pop yang memang biasanya berponi. Dalam dokumen itu juga disebutkan kalau siswi yang ketahuan memakai poni akan dipaksa mengakui perilaku buruknya dan berjanji untuk memperbaiki gaya rambut mereka.
ADVERTISEMENTS
Komunitas aktivis itu menyebut larangan seperti ini sangat berlebihan dan nggak berdasar. Di dalam surat yang viral itu memang nggak disebutkan sih apa alasan pihak sekolah memberlakukannya
Education for Liberation menyebut peraturan itu terlalu berlebihan karena membatasi hak siswa. Apalagi pihak sekolah juga nggak menyebut secara jelas apa alasan di balik larangan siswinya memakai poni. Kalau boleh menebak, mungkin biar rapi gitu ya. Tapi memangnya nggak ada aturan lain yang lebih penting yang bisa diberlakukan ya?
Komunitas aktivis itu juga mengkritik keharusan orangtua yang siswinya melanggar untuk menandatangani surat-surat yang berjanji agar anaknya nggak mengulangi pelanggaran. Dan jika murid dan orangtuanya mangkir dari panggilan untuk tandatangan sebanyak 3 kali, maka pihak sekolah berhak mengeluarkan siswi tersebut. Hmm…
ADVERTISEMENTS
Menanggapi hal ini, Direktur Sekolah Siyanusorn, Sunreng Srisitthichaisakul, membantah kalau pihaknya akan mengeluarkan murid hanya karena poni
Sunreng memberi klarifikasi terkait kabar yang viral di media sosial ini. Menurutnya publik banyak yang salah paham. Sebenarnya larangan soal poni itu sudah ada sejak bertahun-tahun lalu. Tapi baru-baru ini dibuat aturan tertulisnya karena pihak sekolah melihat kecenderungan di antara siswi-siswinya meniru gaya rambut K-Pop yang kebanyakan berponi, sehingga dibuat lah semacam perjanjian untuk mencegah murid melanggar peraturan sekolah.
Sunreng juga mengklaim kalau sekolah tidak pernah mengeluarkan murid hanya karena poni. Hukuman bagi yang melanggar hanyalah pengurangan poin prestasi.
Tapi Thailand sendiri lewat Kementerian Pendidikannya sebetulnya punya peraturan resmi terkait penataan rambut siswa-siswi di sana lo! Di bawah peraturan resminya, rambut laki-laki tidak boleh melebihi garis rambut mereka dan anak perempuan harus menjaga rambutnya agar tidak melebihi tengkuk. Meski begitu, sejumlah sekolah ada yang memiliki kelonggaran untuk membolehkan murid perempuan memiliki rambut panjang, asalkan diikat dengan benar.