Smartphone sudah menjelma jadi kebutuhan primer bagi sebagian besar orang. Alat komunikasi yang multifungsi mulai dari untuk teleponan sampai transaksi perbankan itu sudah menjadi benda yang umum sekali di Indonesia. Namun hampir seluruh populasi smartphone Indonesia disokong oleh merek-merek luar negeri, seperti Iphone, Samsung, Sony, Xiaomi, Oppo, sampai Nokia yang sedang berusaha bangkit dan kembali meramaikan dunia tekonologi komunikasi.
Meskipun sudah jelas di Indonesia banyak orang pintar, tapi soal teknologi kita memang masih jauh tertinggal. Namun, kabar baik muncul tahun ini. Tidak lama lagi, akan ada smartphone buatan dalam negeri yang siap ikut berkompetisi. Yuk kenalan dengan Digicoop, smartphone hasil karya anak bangsa ini!
ADVERTISEMENTS
Dengan dukungan pemerintah, peneliti dari ITB berhasil mengembangkan smartphone asli Indonesia. Produk ini akan diproduksi massal dan dipasarkan dengan nama DigicoopÂ
Digicoop dikembangkan oleh para peneliti di Institut Teknologi Bandung dengan skema pendanaan dari Kementerian Riset dan Teknologi. Akhir 2016 lalu, model smartphone yang diberi merek Digicoop ini sudah mendapatkan Sertifikasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri sebesar 20,2%. Saat ini Digicoop sedang diproduksi secara massal melalui kerjasama antara ITB dan sejumlah perusahaan swasta yang bergerak di bidang teknologi, dengan lokasi pabrik di Cikarang, Bekasi. Untuk pemasarannya sendiri akan ditangani oleh Koperasi Digital Indonesia Mandiri.
ADVERTISEMENTS
Kabar baiknya, sesuai perkembangan zaman smartphone ini juga sudah 4G. Bisa setel musik dan juga streaming video
Seri yang pertama diluncurkan adalah Digicoop 01. Tak hanya luarnya yang buatan lokal, Digicoop juga menggunakan sistem operasi buatan sendiri, yaitu ID3OS (baca: Ideos). Seri pertama ini hadir dengan RAM 1 GB, ROM 8 GB, dan kapasitas memori eksternal mencapai 32 GB. Selayaknya smartphone lainnya, Digicoop 01 dilengkapi kamera belakang 5 MP dan kamera depan 2 MP. Ya walaupun cukup tertinggal dengan umumnya smartphone sekarang yang sudah memakai RAM 2 GB (bahkan Nokia 6 punya RAM 4 GB), tapi cukup lumayan untuk permulaan. Istimewanya, ID3OS juga dilengkapi dengan Panic Button yang bisa digunakan dalam situasi darurat.
ADVERTISEMENTS
Yang berbeda dari ponsel lainnya, Digicoop sengaja didesain untuk mendukung ekonomi kerakyatan dengan teknologi splitscreen
Selain bisa untuk nonton video, teleponan via internet, dan berbagai aktivitas umum lainnya, Digicoop juga dirancang khusus sebagai platform digital untuk ekonomi kerakyatan dengan inovasi splitscreen. Dengan inovasi ini akan ada layar khusus untuk menampilkan iklan di atas layar utama. Kelak, pendapatan digital yang dihasilkan oleh iklan ini akan dikembalikan kepada pengguna melalui layanan seperti pembelian gratis dan sebagainya. Idenya biar kemaslahatan bisa tersebar lebih rata ke semua rakyat.
ADVERTISEMENTS
Digicoop sebenarnya bukanlah yang pertama. Kita sebagai anak bangsa harus ‘melek’ merek dalam negeri, biar hasil karya anak negeri bisa eksis dan bersaing secara global
Sebenarnya Digicoop bukanlah smartphone pertama yang dibuat oleh anak negeri. Sebelum-sebelumnya, ada beberapa merek yang mencoba ikut bersaing, misalnya IMO yang diproduksi oleh PT INTI. Sayangngnya karena tidak mampu bersaing dengan ponsel impor yang mendominasi pasar Indonesia, IMO hanya bertahan satu tahun (2011-2012). Lalu tahun 2013 lalu, LIPI juga mengeluarkan smartphone lokal dengan OS lokal juga dengan merek BandrOS. Hal ini mungkin karena mindset kita yang memang lebih memercayai produksi luar negeri. Akibatnya merek dan produksi dalam negeri sendiri tidak bisa berkembang, sehingga lambat laun, hilang begitu saja.
Soal teknologi, kita memang nyatanya masih kalah dengan luar negeri. Mulai dari alat transportasi massal, laptop, tas, sampai air minum semuanya buatan luar negeri. Bahkan kalau jalan-jalan di mall, kita akan menemui alat sesederhana pembersih botol atau tempat sabun juga diimpor dari Cina atau Jepang. Jadi layak lah kita berbangga menyambut smartphone buatan anak negeri sekaligus mendukungnya supaya bisa bersaing di negeri sendiri. Nah kalau sekarang anak bangsa sudah mampu berkarya, tinggal menunggu komitmen anak-anak muda lain untuk setia mencintai dan menggunakan produk dalam negeri.