Dunia sedang berduka. Satu-satunya badak putih utara berkelamin jantan, Sudan, akhirnya meninggal di Kenya Senin (19/3) kemarin. Kematian Sudan menjadi bukti nyata kalau kepunahan spesies ini benar-benar ada di depan mata. Padahal tahun 1960-an, seperti dilansir The New York Times, populasi badak putih utara di alam liar masih sekitar 2000 ekor. Kini di seluruh permukaan bumi hanya tersisa dua ekor betina saja.
Tahun 2017 lalu Sudan sempat viral setelah pihak konservasi memasukkan fotonya dalam aplikasi kencan Tinder. Ini dilakukan sebagai bentuk kampanye penggalangan dana agar spesies ini tidak punah. Kampanye itu berhasil meraup dana sebesar 9 juta dolar, yang kemudian digunakan untuk penelitian metode pengembangbiakkan yang tepat untuk hewan tersebut. Tapi kenyataannya, belum ada hasil memuaskan untuk permasalahan yang satu ini. Berikut Hipwee News & Feature telah merangkum informasinya untuk kamu.
ADVERTISEMENTS
Sudan yang memang sudah sangat tua, terpaksa harus disuntik mati oleh tim dokter konservasi hewan di Kenya. Hewan ini telah menderita berbagai komplikasi penyakit
Diwartakan BBC, balai konservasi hewan Ol Pejeta di Kenya, tempat Sudan dirawat, mengumumkan kalau binatang berumur 45 tahun itu (setara dengan 90 tahun umur manusia), telah meninggal dunia. Tim dokter dari balai tersebut bekerjasama dengan Dinas Alam Liar Kenya, terpaksa menyuntik mati Sudan karena penyakit komplikasi yang diderita. Sudan telah mengalami penurunan fungsi otot dan tulang serta ada luka di kulit yang semakin meluas. Dalam 24 jam terakhir sebelum disuntik, Sudan juga dilaporkan tidak bisa berdiri lagi.
ADVERTISEMENTS
Kepunahan spesies ini sudah di depan mata. Dulunya jadi korban perburuan liar, kini hanya tersisa dua ekor badak putih utara yang semuanya betina
Penurunan jumlah badak putih utara ini begitu dirasakan dalam waktu 50-an tahun terakhir. Seperti yang sudah disebut di atas, tahun 1960-an jumlah spesies ini masih sekitar 2000 ekor. Memasuki tahun 2015 jumlahnya tinggal 5 ekor. Kematian Sudan membuat kepunahan spesies ini hanya sejengkal lagi jadi kenyataan. Sudan meninggalkan 1 anak betina bernama Najin, 27 tahun, dan 1 cucu yang juga betina bernama Fatu, 17 tahun. Hilangnya para pejantan membuat badak ini tidak lagi bisa berkembang biak secara biologis.
Kepunahan mereka tidak lepas dari ulah manusia yang banyak melakukan perburuan liar demi mendapatkan cula atau tanduk badak putih. Kebanyakan cula itu dibawa ke Cina dan Vietnam untuk dijadikan obat tradisional berbagai penyakit atau ke Yaman untuk dibuat pisau belati. Perburuan liar yang tinggi, peperangan, hingga semakin sempitnya habitat, disebut-sebut jadi faktor pendorong kepunahan spesies ini.
ADVERTISEMENTS
Sebelum Sudan disuntik mati, para ahli telah mengambil sampel genetiknya untuk dikembangbiakkan di kemudian hari
Sejak Sudan masih hidup, para ahli telah memikirkan cara untuk mengembangbiakkan spesies langka ini meski jumlahnya tinggal sedikit. Kini sampel genetik Sudan sudah diambil. Nantinya dokter hewan akan menggunakan teknologi fertilisasi in vitro (IVF) dengan memanfaatkan dua betina yang masih hidup. Sel-sel telur milik para betina spesies ini, yang sekarang sudah diawetkan juga akan diuji coba dengan sperma para pejantan yang juga sudah disimpan. Kalau sudah berbentuk embrio, nanti embrio itu akan ditanam ke rahim badak putih selatan.
ADVERTISEMENTS
Mirisnya, kisah sedih Sudan ini bisa saja terulang dalam waktu dekat. Masih banyak jenis badak lain yang keberadaannya juga sudah di ujung kepunahan, termasuk Badak Sumatera dan Jawa
Badak putih sebenarnya punya dua sub-spesies, yakni utara dan selatan. Sudan termasuk yang utara. Sedangkan badak putih selatan jumlahnya tersisa 20 ribuan ekor. Selain itu ada juga badak hitam dan badak bercula satu, yang statusnya sama-sama mengkhawatirkan. Tapi ada yang lebih miris lagi, yaitu badak Sumatera yang cuma tersisa 100 ekor, dan badak Jawa yang tinggal 67 ekor.
Punahnya satu per satu spesies hewan di dunia ini tak bisa dicegah hanya dengan bantuan pemerintah dan para ilmuwan saja, tapi juga butuh kesadaran dari kita sebagai manusia untuk tidak melakukan perburuan liar hanya demi keuntungan pribadi semata. Begitupun dengan habitat mereka, yang juga harus kita jaga dengan tidak melakukan penebangan ilegal.