Tagar #SandhySondoroCabul sempat merajai daftar trending topic Twitter kemarin. Tagar tersebut muncul setelah penyanyi 45 tahun itu ketahuan nge-like video porno di Twitter lewat akun pribadinya @SondoroMusic. Perlu diketahui, setiap kita klik tanda ‘love‘ atau ‘retweet‘ di cuitan orang, aktivitas itu akan muncul di lini masa orang lain yang follow kita. Artinya orang akan tahu konten apa yang sudah kita love dan retweet.
Nah, entah, apakah Sandhy Sondoro sengaja nge-like, atau sebenarnya cuma kepencet doang, yang jelas aktivitasnya di jagat Twitter kemarin langsung bikin heboh se-Indonesia. Nggak sedikit yang mem-bully dengan ngatain Sandhy cabul atau otaknya ngeres. Mungkin saking banyaknya yang ngatain dia, akun Twitternya itu sampai dikunci lo. Padahal, apa yang dilakukan Sandhy itu sebenarnya biasa aja. Ini alasan kenapa kita nggak perlu ikut-ikutan mem-bully.
1. Taruhan deh, yang pada ngatain Sandhy itu pasti juga pernah nonton video bokep. Entah nggak sengaja, nobar sama teman-teman lain, atau nonton sendirian di ruang tertutup
Menanggapi tagar soal dirinya yang viral kemarin, Sandhy sempat mencuit kalau dirinya nggak merasa bersalah sama sekali. Malah menurutnya, hampir semua laki-laki di dunia ini suka dengan hal yang berbau porno. Selama nggak berlebihan dan sampai merugikan orang lain, ya wajar-wajar aja sih memang. Lantas di mana letak kesalahannya?
Senada dengan apa yang dikatakan Sandhy, psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor Koentjoro, menganggap apa yang dilakukan Sandhy itu hal privat yang biasa-biasa aja. Cuma karena ketahuan, ya jadi konsumsi publik, terus malah jadi ramai. Aktivis perempuan dan Sekretaris PKBI DIY, Gama Triono pun seiya sekata dengan pendapat Profesor Koentjoro. Berdasarkan hasil diskusi dengan teman-temannya, mayoritas dari mereka pernah menonton video porno.
Ted Cruz, senator Texas sekaligus orang yang pernah mendukung larangan sex toys, juga pernah ketahuan nge-like konten porno di Twitternya. Harry Styles yang ganteng itu juga pernah jadi bahan perundungan warganet setelah kepergok menyukai konten porno.
2. Selama nggak merugikan, nonton bokep sebenarnya ya sah-sah saja. Ketimbang melampiaskan nafsu dengan melecehkan orang lain, ‘kan mending “sibuk” sendiri. Tapi tetap lebih baik kalau bisa menahan sih~
Menonton video porno selama ini dianggap sebagai hal yang tabu, apalagi jika dilakukan oleh perempuan. Mungkin salah satu alasannya karena konten pornografi itu diatur oleh undang-undang, nggak boleh disebar sembarangan, dan yang mengonsumsinya serta-merta dianggap cabul. Bisa jadi karena banyak juga kasus pemerkosaan terjadi gara-gara pelakunya hobi nonton bokep.
Sebenarnya orang mau nonton bokep sehari 3 kali pun, selama nggak merugikan diri sendiri maupun orang lain, ya terserah aja. Kalau mau ngomongin dosa, ya itu urusan dia sendiri sama Tuhannya. Toh, itu masih lebih baik dari pada melampiaskan nafsunya dengan cara melecehkan orang lain atau lawan jenis. Hayo…
3. Jadi yang sebetulnya patut dibahas adalah bagaimana cara mengontrol dorongan hasrat seksual yang timbul setelah nonton video porno
Seperti kata Koentjoro, yang terpenting sebetulnya adalah bagaimana cara agar seseorang mampu menahan hasrat seksualnya setelah menonton bokep. Semua kendali itu kembali ke diri sendiri. Aman jika orang itu bisa mengendalikan dorongan seksnya untuk tidak melampiaskan ke orang lain, seperti memaksa pacar berhubungan, melecehkan lawan jenis, atau melakukan kekerasan seksual pada orang lain. Karena kalau tidak, menonton video porno bisa jadi kebutuhan yang kemudian menimbulkan ketagihan.
Kembali lagi ke kasus Sandhy, intinya selama aktivitasnya itu ia simpan untuk dirinya sendiri –maksudnya nggak merugikan orang lain baik secara materi maupun non-materi– ya sudah, biarkan saja. Nggak perlu dibesar-besarkan apalagi sampai mem-bully Sandhy dengan mengatakan kalau dia cabul. Masa hanya karena satu like itu, kita lantas berhak menjadi judgmental sih? Rasanya terlalu jahat, ah~