Polemik soal sampah plastik ternyata tak hanya dirasakan di negara kita saja. Mungkin bisa dibilang hampir semua negara di dunia saat ini sedang ‘putar otak’ gimana cara memusnahkan sampah-sampah plastik yang sudah kadung mencemari lingkungannya. Walau sudah sejak lama jadi masalah, tapi nyatanya masih banyak ditemukan “korban” melayang akibat tercemar sampah plastik ini.
Bila selama ini kita lebih sering mendengar cerita hewan laut mati karena perutnya dipenuhi sampah plastik, di Thailand seekor rusa yang hidup di sebuah Taman Nasional ditemukan mati dengan setumpuk sampah terjebak di dalam perutnya. Nggak cuma berisi plastik-plastik bekas aja, petugas juga menemukan bungkus kopi dan mi instan, sampai celana dalam pria! Pertanyaannya, kok bisa benda-benda berukuran cukup besar untuk mulut seekor rusa itu, masuk ke dalam perutnya? Padahal kalau hidup di penangkaran harusnya sih makanan dan segala macamnya terjamin…
ADVERTISEMENTS
Seekor rusa jantan yang diperkirakan berumur 10 tahun, ditemukan mati di Taman Nasional Khun Sathan, Thailand. Setelah diobservasi, dokter menemukan benda-benda nggak wajar di dalam perutnya
Selasa, 26 November kemarin, petugas Taman Nasional Khun Sathan di Thailand menemukan seekor rusa jantan tergeletak tak bernyawa. Rusa berbobot 200 kilogram itu diduga sudah mati sejak dua hari sebelumnya. Yang mengejutkan, saat dibedah, dalam perut rusa malang itu ditemukan benda-benda yang tak biasa, mulai dari kantong plastik, bungkus kopi dan mi instan, handuk tangan, sarung tangan karet, sampai celana dalam pria!
Kriangsak Thanompun, direktur taman nasional yang merupakan habitat rusa itu mengatakan, sampah-sampah yang terjebak dalam perutnya jadi salah satu penyebab kematiannya. Akibat sampah itu, usus dan pencernaan rusa yang tersumbat. Terlebih nggak ditemukan adanya luka di bagian luar tubuh rusa. Walau begitu, kondisinya saat ditemukan cukup mengenaskan. Bulunya rontok, kuku kaki depannya terlepas. Sungguh rusa yang malang 🙁
ADVERTISEMENTS
Peristiwa menyedihkan itu merupakan buah dari masalah sampah yang memang mengancam taman nasional tersebut. Sebelumnya juga pernah ada rusa yang mati dengan 3 kilogram sampah plastik di tubuhnya lo!
Kriangsak nggak bisa memungkiri kalau masalah sampah di Taman Nasional Khun Sathan memang sudah jadi persoalan kronis. Banyak pengunjung yang membuang sampah sembarangan tanpa merasa berdosa sama sekali. Kemungkinan sampah-sampah itu bercampur dengan rumput yang jadi makanan rusa sehari-hari. Sedangkan para hewan di sana nggak mungkin dong bisa memilah makanannya yang sudah bercampur dengan plastik. Alhasil, sampah-sampah itu juga ikut masuk ke perut dan meracuninya.
ADVERTISEMENTS
Thailand sendiri memang jadi salah satu negara dengan penggunaan plastik terbesar di dunia. Dalam setahun, ada 3.000 lebih plastik sekali pakai yang digunakan di sana
Rada malu sih sebenarnya mau bilang kalau Thailand termasuk negara yang boros plastik sekali pakai. Soalnya kita sendiri pun di Indonesia masih belum mau seratus persen meninggalkan kantong plastik atau plastik lain yang cuma dipakai satu kali lalu buang. Kepraktisan benda tersebut membuat nggak sedikit orang merasa sayang buat meninggalkannya. Tapi, kembali lagi ke dampak berbahaya yang mengintai. Nggak cuma hewan-hewan saja, kita pun sebagai manusia juga mungkin teracuni. Kalau faktanya sampah sudah memenuhi lautan, bukan nggak mungkin hidangan laut yang tersaji di meja makan kita sebenarnya sudah tercemar mikroplastik…?
Kembali lagi ke masalah sampah di taman nasional Thailand, direkturnya sih bilang mau membenahi aturan membuang sampah di sana. Katanya nanti pengunjung diminta mengumpulkan sendiri sampah-sampahnya dan diserahkan ke petugas di pintu keluar. Tapi yakin deh, kalau kesadaran masyarakat akan polemik sampah masih rendah –seperti halnya di Indonesia– imbauan macam itu nggak bakal mempan. Mereka bakal tetap buang sampah sesukanya.
Lain halnya kalau wacana itu dibarengi denda sekian ratus ribu jika mereka ketahuan membuang sampah sembarangan terutama di area binatang. Atau bikin semacam “sayembara” bagi siapa pun yang berhasil mengumpulkan sampah sendiri, akan diberi diskon tiket masuk berikutnya, atau diberi hadiah barang/uang, biar mereka termotivasi melakukannya. Kalau menurut kalian, apa lagi yang bisa dilakukan manajemen taman nasional tersebut? Siapa tahu bisa diadaptasi di Indonesia juga~