Beberapa tahun belakangan ini para ilmuwan saling berlomba mengembangkan kecerdasan buatan atau artificial intelligent (AI) untuk diterapkan di berbagai benda guna menjawab kebutuhan manusia. Ambil aja robot sebagai contoh. Nggak cuma bisa berfungsi sebagai asisten pribadi di rumah, tapi robot juga ada yang bisa membantu melayani pengunjung restoran, supermarket, sampai memuaskan nafsu para lelaki! Ada juga AI yang diterapkan pada GPS. Tinggal diperintah verbal, dia bisa langsung menunjukkan jalan ke lokasi tujuan.
Satu lagi perkembangan terbaru dari AI ini. Kabarnya kini ada AI yang bisa menggubah musik menjadi nada-nada yang enak didengar lho. Kalau digabungkan, nada-nada itu bisa jadi rangkaian melodi atau lagu yang nggak kalah asyik diputar di music player. Meski ini bukan pertama kalinya AI diterapkan dalam kreativitas bermusik dan berseni, tapi baru kali ini ada AI yang meluncurkan album musik dengan lagu-lagu di dalamnya! Wah, kalau gini sih profesi musisi lambat laun bisa tergusur dengan canggihnya teknologi ini ya. Eh, tapi mending simak dulu aja deh ulasan Hipwee News & Feature berikut ini. Kuy~
ADVERTISEMENTS
Benoît Carré, seorang penulis lagu terkenal asal Perancis baru saja meluncurkan hasil kolaborasinya dengan robot bernama Flow Machines
Flow Machines ini bukan penyanyi, bukan pemain alat musik, bukan pula manusia. Tapi ia bisa menggubah musik layaknya komposer ternama, dengan berkolaborasi dengan Benoît Carré, seorang penulis lagu yang kiprahnya di belantika musik Perancis tak perlu diragukan lagi. Musisi 47 tahun itu baru saja meluncurkan album kompilasinya dengan Flow Machines, seorang robot dengan kecerdasan buatan canggih yang bisa menciptakan lagu! AI dalam Flow Machines ini disebut juga dengan SKYGGE.
ADVERTISEMENTS
Album pertama yang dibuat oleh robot dan bertajuk “Hello World” itu berisi lagu-lagu dengan genre beragam, mulai dari tekno hingga Europop
Layaknya musisi ternama, Flow Machines juga punya album dengan beberapa lagu di dalamnya. Dilansir BBC, album yang bertajuk “Hello World” itu berisi lagu dengan genre beragam, mulai dari balada, pop, tekno hingga Europop. Lagu-lagu ini nggak kalah dengan milik para musisi papan atas sana. Bahkan kalau diputar di radio, kemungkinan besar kamu nggak akan menyadari kalau lagu itu dibuat oleh robot!
ADVERTISEMENTS
Gimana caranya bekerja? Awalnya manusia memasukkan puluhan musik ke dalam sistem Flow Machines. Lalu ia akan menganalisanya, melihat polanya, dan mengeluarkan musik-musik pendek
Meski dianggap cerdas, tapi Flow Machines ini ternyata masih nggak bisa berfungsi tanpa bantuan manusia. Sebelum bisa benar-benar menggubah musik, manusia memasukkan puluhan bahkan ratusan musik ke dalam sistem Flow Machines. Singkatnya, AI ini bekerja layaknya otak manusia, yaitu belajar dari pengalaman. Nah, sekumpulan musik tadi akan diolah, dianalisa, sebelum akhirnya Flow Machines akan mengeluarkan melodi-melodi pendek. Melodi-melodi inilah yang akan digabungkan Carré menjadi suatu kesatuan, menyuntingnya, lalu menambahkan berbagai efek agar lebih enak didengar, sehingga terciptalah sebuah lagu.
Dalam pengembangan Flow Machines, Carré nggak sendirian. Ia dibantu oleh beberapa musisi seperti Michael Lovett dari band elektronik NZCA Lines, produser musik asal Belgia Stromae, dan bintang pop Kanada, Kiesza. Pengembang utama Flow Machines diketahui merupakan salah satu direktur di Spotify, François Pachet.
ADVERTISEMENTS
Berbagai kritik muncul, apakah ini pertanda bahwa karir musisi di masa depan akan luntur? Ternyata Carré sendiri menganggap robot ini justru akan membantu kreativitas musisi
Banyak sentimen negatif bermunculan setelah Flow Machines santer diberitakan, salah satunya kekhawatiran beberapa pihak soal keberadaannya yang mengancam para musisi manusia. Namun Carré sendiri sebagai salah satu pembuatnya, malah berpendapat kalau Flow Machines bisa membantu kreativitas para musisi. Mereka masih bisa berkarya dengan cara baru, yakni memanfaatkan AI dalam robot itu.
ADVERTISEMENTS
Tapi Margaret Schedel, musisi sekaligus dosen di Universitas Stoony Brook, New York, justru berpendapat berbeda. Menurutnya bisa saja suatu hari orang benar-benar beralih ke robot buat memproduksi musik
Lain halnya dengan pendapat dari musisi sekaligus pengajar di Universitas Stoony Brook, New York, Margaret Schedel. Menurutnya suatu hari orang pasti akan berpikir kembali untuk memanfaatkan musisi manusia dan membayarnya jutaan dolar, padahal hanya dengan ratusan, bahkan puluhan ribu saja mereka sudah bisa menggunakan AI untuk memproduksi musik. Namun, Schedel juga menambahkan kalau memang robot bisa membuat musik lebih enak didengar dibanding musisi manusia, ya itu seharusnya bisa bikin musisi lebih semangat untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baru lagi.
Nggak bisa dipungkiri, kecerdasan buatan memang sudah mulai melebarkan sayapnya ke dunia musik. Sebelum Flow Machines, beberapa perusahaan start-up seperti Jukedeck, Amper Music, dan Melodrive telah menciptakan AI yang memungkinkan penggunanya memilih genre yang disukai, lalu merangkainya, hanya dengan memanfaatkan gawai.
Meski begitu, robot tetap nggak mungkin mengambil alih dunia musik kok, karena musik dipandang sebagai aktivitas sosio-komunal, yang mau nggak mau melibatkan interaksi beberapa manusia di dalamnya. Kamu tentu akan lebih suka menikmati musik secara langsung di panggung ‘kan, daripada musik robot dari headset?