Pemerintah Jepang memang lagi gencar-gencarnya melakukan usaha supaya populasi mereka tidak semakin menyusut. Pasalnya negeri Sakura ini kembali mencetak rekor kelahiran bayi terendah di tahun 2022 kurang dari 800 ribu dan terjadi fenomena resesi seks. Kali ini, salah satu cara yang dilakukan pemerintah Jepang untuk meningkatkan populasinya adalah dengan menyelenggarakan cara perjodohan massal bagi kaum lajang.
Seperti sebelumnya pemerintah Jepang juga melakukan cara menjodohkan para warganya dengan aplikasi kecerdasan buatan demi atasi resesi seks, kali ini pemerintah Jepang tak tanggung-tanggung mempertemukan ratusan jomlo di kota Nagakute dalam rangka mempertemukan para lajang usai 20 sampai 30 tahunan yang tinggal, bekerja atau belajar di Aichi.
Lantas seperti apa mekanisme event perjodohan massal untuk para jomlo di Jepang ini? Simak informasinya, ya, SoHip~
ADVERTISEMENTS
Perjodohan massal diselenggarakan di kota Nagakute, ditujukan bagi lajang usia 20-30an tahun secara gratis
Melansir dari Mainichi (4/3), sekitar 400 lajang akan berkumpul di kota Nagakute, Jepang Tengah yang bersebelahan dengan Nagoya, pada musim gugur tahun ini untuk menghadiri salah satu acara perjodohan. Acara ini bukan sekadar menjodohkan para warganya untuk berpacaran, melainkan berorientasi pada pernikahan. Seserius itu, guys~
Pemerintah prefektur Aichi akan jadi pihak penyelenggara acara ini. Acara ini pun gratis dan akan diselenggarakan pada bulan Oktober 2023 di Nagakute’s Expo 2005 Aichi Commemorative Park. Para jomblo yang layak jadi peserta harus berusia 20-30 tahunan dan bekerja, tinggal, atau belajar di Aichi.
Nah, para peserta yang hadir akan disuguhi video pembelajaran yang menayangkan misalnya bagaimana percakapan dan tata krama yang baik dengan lawan jenis. Kemudian, mereka akan dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan berangkat untuk menemukan jodoh mereka. Di sinilah saat yang tepat untuk menerapkan apa yang sudah mereka pelajari sebelumnya. Kira-kira bakal canggung nggak, ya?
ADVERTISEMENTS
Tahun 2018 sekitar 80 persen penduduk Jepang berniat untuk menikah, tetapi 40 persennya berakhir tetap melajang
Melansir dari Japan Times (4/3), pemerintah Jepang mencatat total tingkat kesuburan di Jepang terus menurun selama bertahun-tahun. Statistik setempat pulih dari tingkat terendah melalui angka 1,26 pada tahun 2005. Lalu pada tahun 2021 tingkat tersebut meningkat di angka 1,30. Namun, pada tahun 2021 juga jumlah kelahiran bayi di Jepang mencapai titik terendah yaitu 811.622.
Sejak tahun 2011, Prefektur Aichi telah mengelola situs portal tempat orang-orang yang ingin menikah untuk menemukan informasi perjodohan. Namun jumlah acara perjodohan yang diadakan oleh swasta menurun drastis akibat pandemi Covid-19 bersamaan dengan berkurangnya jumlah pengguna.
Menurut survei lajang yang dilakukan di area itu juga pada tahun 2018, sekitar 80 persen penduduk Jepang sebenarnya berniat untuk menikah suatu hari nanti; akan tetapi sekitar 40 persen memilih tetap melajang karena mereka belum bertemu dengan pasangan yang berpikiran sama atau dalam artian mereka belum menemukan jodohnya. Mengantisipasi situasi ini, pemerintah setempat pun bertindak.
Untuk event ini, Prefektur Aichi sudah menyiapkan anggaran sebesar 9,77 juta yen (sekitar $72.800) atau sekitar Rp800 juta untuk acara yang bertujuan mencegah resesi seks ini. Seorang pejabat prefektur juga menyatakan bahwa dengan menurunnya angka kelahiran, pihaknya ingin membantu masyarakat Jepang berpikir positif tentang pernikahan. Hal itu seiring dengan semakin menurunnya angka kelahiran di negaranya.
“Dengan penurunan angka kelahiran, kami ingin membantu agar orang-orang memikirkan tentang pernikahan,” kata salah seorang pejabat prefektur, dilansir dari detikInet.
Nihon Konkatsu Shien Kyokai atau asosiasi pendukung perjodohan Jepang telah bekerja sama dengan badan publik untuk menyelenggarakan sejumlah acara semacam itu. Perwakilan Nihon Konkatsu Shien Kyokai, Koki Goto mengatakan bahwa acara perjodohan tersebut didanai oleh publik, sehingga perlu juga menjadi kreatif untuk membuat orang-orang yang serius menikah merasa senang untuk bergabung bukan hanya untuk mencari pacar.
“Perlu juga menjadi kreatif untuk membuat orang-orang yang serius tentang pernikahan merasa senang untuk bergabung bukan hanya mereka yang hanya mencari pacar,” jelas Koki Goto.
Saat ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah di mana pemerintah Jepang begitu bersemangat menjodohkan warganya. Memang pertaruhannya besar, yaitu masa depan dan kelangsungan bagi negara. Pemerintah Jepang juga telah meluncurkan berbagai program untuk mendorong kelahiran dan dukungan bagi keluarga seperti memberikan tunjangan bagi anak hingga memberikan insentif bagi perusahaan yang membantu karyawan mereka memiliki anak.
Survei dari National Institute of Population and Social Security Research menemukan bahwa hampir seperlima pria Jepang dan 15 persen wanita tidak tertarik untuk menikah, ini merupakan angka tertinggi sejak tahun 1982. Hampir sepertiga pria dan seperlima wanita Jepang di usia 50-an bahkan tidak pernah menikah.