Bagi perokok, keputusan berhenti merokok itu jadi keputusan terberat dalam hidupnya, melebihi situasi saat mereka diminta memilih satu di antara dua orang yang dicintai. Namun semenjak ada rokok elektrik atau vape, mereka tidak harus memilih berhenti merokok karena ada pilihan yang lebih mudah dijalani, yang diklaim lebih “sehat” dibanding rokok biasa.
Padahal, perspektif di atas bertolak belakang dengan peristiwa yang baru-baru ini terjadi. Seorang remaja perempuan bernama Maddie Nelson dari Utah, Amerika Serikat, koma setelah mengisap vape setiap hari selama tiga tahun. Dirinya mengonsumsi vape karena menganggap vape lebih aman dibanding rokok biasa. Sayangnya, anggapannya itu justru membuat kondisi paru-parunya jadi sangat memprihatinkan. Simak informasi selengkapnya berikut ini.
ADVERTISEMENTS
Berawal dari nyeri dada dan mual, ternyata Maddie Nelson mengalami kerusakan paru-paru yang sangat parah akibat vape
Remaja perempuan berusia 18 tahun bernama Maddie Nelson awalnya mengeluh nyeri dada dan mual. Ia juga merasa nggak enak badan selama beberapa minggu serta demam tinggi. Setelah diperiksa ke rumah sakit, ternyata dirinya terkena radang paru-paru akibat terlalu sering vaping. Dilansir dari Mirror, Nelson mengaku kalau dia memang aktif vaping setiap hari selama tiga tahun terakhir. Menurutnya, vape lebih aman dibanding rokok biasa.
Karena kondisinya itu, Nelson harus dirawat intensif di rumah sakit.
ADVERTISEMENTS
Namun selang beberapa hari, kondisinya pun makin parah, sehingga Maddie Nelson harus dipindah ke ruang ICU
Nelson resmi dirawat pada 27 Juli. Lalu empat hari kemudian, tepatnya 31 Juli 2019, kondisinya kritis dan membuatnya harus dipindahkan langsung ke ruang ICU. Pada momen inilah Nelson dikatakan hampir tak bisa bernapas dan tubuhnya sangat lemah. Yang semula serius, kondisi Nelson berubah ke berpotensi fatal. Ketika dadanya dirontgen, ternyata kondisi paru-parunya sangat parah.
Selama dirawat, para saudaranya yang bernama Sadie, Andrea, dan Dylan menulis di laman GoFundMe untuk mencari donasi demi biaya pengobatan Maddie Nelson. Dalam situs tersebuut, mereka kompak memperingatkan orang-orang agar tidak mengisap vape, apalagi sampai percaya kalau vape lebih sehat dibanding rokok.
Untungnya, Nelson masih diberi kesempatan untuk hidup. Setelah sadar, ia menyempatkan menulis status di Facebook untuk memberitahu orang-orang agar tidak lagi mengisap vape. Nelson menyatakan kalau vape itu tidak aman dan membuat hidupnya hampir saja berakhir.
ADVERTISEMENTS
Pemakaian vape memang perlu diperhatikan lagi. Apalagi belum lama ini sedang ditelusuri soal wabah penyakit misterius yang banyak dikaitkan dengan vape
US Public Health Officials memperingatkan warga Amerika untuk menghindari vape setelah wabah misterius penyakit paru-paru muncul dalam beberapa pekan terakhir. Sebagaimana dilansir dari Bloomberg, wabah misterius ini membuat sekitar 215 orang di 25 negara bagian sakit. The US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan the Food and Drug Administration (FDA) pun bekerja sama dengan Departemen Kesehatan Negara Bagian untuk mencari tahu penyebabnya.
Walau dianggap misterius, tapi mereka sangat yakin dengan spekulasi bahwa penyakit ini berhubungan dengan vape.
ADVERTISEMENTS
Gejala para pasien akibat wabah penyakit misterius ini memang mirip-mirip seperti yang dialami Maddie Nelson
Gejala yang dialami para pasien akibat wabah penyakit misterius ini memang tidak selalu sama, tapi sedikit banyak mirip dengan yang dialami Nelson. Ada yang kesulitan bernapas dan nyeri dada dulu. Di sisi lain ada juga yang mengalami demam dan kelelahan, atau masalah pencernaan seperti muntah dan diare. Meski begitu, para peneliti yakin bahwa kerusakan paru-paru ini berkaitan dengan vape.
Vape diyakini banyak orang sebagai alternatif perokok untuk berhenti. Padahal, vape “tidak jauh lebih baik” dari rokok biasa. Bukan berarti karena tidak menghasilkan asap berbahaya lantas dianggap lebih aman ya. Karena vape juga mengandung nikotin dan zat kimia yang lain, yang juga mencemari udara.
FYI, CDC pun mengungkapkan kalau anak-anak maupun orang dewasa bisa keracunan jika menelan, menghirup, atau menyerap cairan dari vape lewat kulit atau mata. World Health Organization (WHO) dari PBB juga telah menyarankan pada produsen vape untuk tidak mengklaim produknya sebagai alat bantu berhenti merokok.