Di Indonesia, tahun baru identik dengan acara makan-makan, bakar-bakar jagung, atau pesta kembang api. Kamu mungkin satu dari sekian banyak orang yang rela menerobos kemacetan demi menyaksikan kembang api di pusat kota. Atau mungkin kamu termasuk yang niat pergi ke pantai atau naik gunung demi pemandangan kembang api yang lebih maksimal? Bicara soal destinasi, ternyata Bali jadi salah satu destinasi favorit orang tahun baruan lo!
Memang seru sih tahun baruan di Bali, kita bisa piknik ala-ala sama teman atau keluarga di pinggir pantai. Biasanya orang-orang juga pada bawa kartu dan main kartu sampai pagi. Nggak cuma itu, kita juga bisa dapat bonus pemandangan kembang api yang cantik pas tengah malam. Tapi tahukah kamu kalau setelah perayaan tahun baru usai, pesisir pantai di Bali pasti dipenuhi sampah sampai berton-ton? Sampah itu katanya juga banyak yang berasal dari kiriman daerah lain! Duh, ternyata miris lo realita di balik kemeriahan tahun baru ini. Simak yuk info selengkapnya bareng Hipwee News & Feature.
ADVERTISEMENTS
Pemerintah daerah di Bali harus ikhlas menghadapi realita miris di balik kemeriahan perayaan tahun baru. Masalahnya, tiap awal tahun sampah di pantai Bali meningkat berkali-kali lipat
Sebagai tujuan wisata favorit sejuta umat, Bali mengalami lonjakan jumlah wisatawan saat tahun baru. Mereka berbondong-bondong menghabiskan malam tahun baru di pantai. Tapi ternyata, kebiasaan para turis tiap awal tahun ini membawa dampak buruk lo. Sampah yang tersisa setelahnya selalu meningkat pesat dibanding hari-hari biasa. Akibatnya kecantikan pantai di Bali jadi tertutup sampah. Pas tahun baru 2018 kemarin aja, dilansir dari Merdeka, ada sekitar 354 ton sampah di pesisir Pantai Kuta, Pantai Legian, Pantai Seminyak dan Pantai Petitenget.
Belum lama ini seorang selebgram dengan nama @thelifeofjord, ‘menyentil’ soal betapa kotornya pantai di Bali dengan mengunggah foto seorang wanita tiduran di antara sampah-sampah yang berserakan di sana. Lokasinya di Pantai Batu Bolong. Lewat unggahannya itu, ia ingin menunjukkan kekecewaanya karena Bali sudah benar-benar tercemar.
ADVERTISEMENTS
Sampah itu juga ada yang asalnya dari daerah lain, jadi dapat kiriman gitu. Biasanya sampah kiriman ini terbawa arus laut atau hujan
Dari 300-an ton itu ternyata 50 tonnya sampah kiriman lo! Sampah-sampah ini ada yang terbawa air laut, ada juga yang terseret arus hujan. Kalau hujannya deras sangat mungkin sampah kiriman ini berasal dari daerah yang rada jauh, atau resto-resto outdoor yang juga menggelar pesta tahun baru. Ya secara ramai orang, berdesak-desakan, daripada sulit cari tempat sampah, akhirnya pada buang sembarangan atau ditinggal begitu aja di pojokan. Miris nggak sih…
ADVERTISEMENTS
Selain masalah sampah, realita miris lain setelah tahun baru adalah kerusakan lingkungan karena kembang api. Kita nggak tahu kan sisa kembang api penuh bahan kimia itu ‘mendarat’ dimana?
Kembang api memang Instagrammable ya, dari warnanya, coraknya, dan seru aja gitu lihat langit berhiaskan kembang api. Tapi nyatanya di balik kemeriahan kembang api di malam tahun baru, ada realita miris di baliknya. Kembang api yang terbentuk dari sejumlah bahan kimia seperti kalium nitrat, arang, dan belerang ini bisa berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Coba deh bayangkan kalau sisa-sisa kembang api itu jatuh ke laut, danau, atau tanah. Pasti bakal mengganggu ekosistem di dalamnya 🙁
Belum lagi ledakan kembang api itu bisa menciptakan partikel-partikel halus di udara, yang sebenarnya bisa ‘meracuni’ paru-paru, seperti dilansir DW. Memang nggak kelihatan sih, tapi kalau terhirup bahayanya sama kayak polusi dari kendaraan lo!
Merayakan tahun baru memang hak setiap orang. Tapi kalau justru lebih banyak efek negatifnya dibanding efek positifnya, ya mending tahun baruan sambil nonton film di rumah aja. Ya nggak sih? Kalau kamu ada rencana tahun baruan kemana nih?