“Selamat ya akhirnya pindah ke Jogja”
“Makasih”
“Kok kayanya nggak seneng gitu, kenapa?”
“Aku iri sama kamu.”
“Iri kenapa?”
“Kamu dari kecil sampe seperempat abad di kota yang sama, deket orangtua. Aku? 7 tahun jauhan sama mereka.”
Ya, beginilah suara hati kami, anak-anak rantau yang terpisah ratusan, bahkan ribuan kilometer dari orangtua dan keluarga. Seringkali kami merasa iri pada kalian yang bisa setiap hari bertemu dan bercengkrama dengan orang tua. Sementara kami, rindu sering menghinggapi tapi jarak dan waktu tak memungkinkan untuk bersua. Andai kesempatan itu selalu ada.
Kami sadari inilah takdir yang harus kami jalani.
Lahir dari rahim seorang ibu, tumbuh, besar, untuk kemudian pergi dan menghilang, lenyap terisap dunianya sendiri-sendiri.
ADVERTISEMENTS
Sehabis beraktivitas kamu yang lelah ditunggu masakan ibu di rumah. Sementara kami, harus beli atau masak sendiri. Gitu kamu masih ngeluh?
Capek-capek pulang kerja, langsung makan yang ada di meja. Gilak, kebanyakan garam banget. Masa iya mak gue pengen kawin lagi?
Kamu bener-bener kurang bersyukur kalau masih tinggal serumah sama orang tua, tapi masih aja ngritik masakannya. Sesekali pergilah merantau, puluhan kilometer pun tak apa, walau hanya tetangga kota. Kamu akan merindukan mereka, sesederhana masakan atau makanan yang sudah selalu siap sedia.
Sementara kami yang jauh dari orang tua masih harus mengalahkan rasa lelah dan lapar sendiri. Kalau membayangkan masakan ibu di rumah, sesederhana apapun akan kami syukuri.
ADVERTISEMENTS
Di tempat lain fasilitas bisa jadi lebih lengkap. Tapi percayalah, nggak ada kamar yang lebih nyaman selain kamar sendiri di rumah
Sekalipun kamu bertempat tinggal di tempat yang fasilitasnya lengkap, kamu nggak akan pernah ngerasa senyaman tinggal di kamarmu sendiri. Apalagi kalau di kosan kamu sekamar berdua, atau harus berbagi kamar mandi dengan penghuni lain. Jadi nggak bebas ngapa-ngapain.
Pun misalnya kamu mengangkut seluruh perabot di kamar rumahmu ke kamar kosmu agar terasa seperti rumah. Tetap saja ada yang berbeda. Di rumah suasananya lebih hangat, apalagi sesekali ibu rutin masuk kamar untuk merapikan barang-barangmu.
ADVERTISEMENTS
Orang tua dengan sabar menunggu saat-saat anaknya pulang sebentar ke rumah. Walau nanti harus melepas kami pergi merantau lagi
Terkadang kami juga membayangkan rasanya menjadi ibu dan ayah. Mereka bekerja keras untuk anak-anaknya. Lalu, saat sudah tua, anaknya tak lagi tinggal bersama. Mereka menghabiskan hari dengan membaca surat kabar, merawat bunga-bunga dan ditemani buku-buku yang kami kirim atau kami bawakan ketika datang.
Terbayang betapa bahagianya mereka kala kami pulang sebentar, walau setelah itu mereka dengan berat hati harus ikhlas melepas kami merantau lagi.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Tapi mereka mengerti, ini soal prioritas dan kesempatan. Untuk pendidikan atau pekerjaan, kadang memang harus tinggal berjauh-jauhan
Kami bahagia dengan pekerjaan yang kami jalani, memang. Hidup itu soal pilihan, iya. Tapi, apa kalian tahu, kami juga menyimpan kesedihan. Sebab, orangtua, terlebih ibu, merupakan salah satu bagian yang penting di hidup kami. Sehingga, jika ada waktu luang, kami selalu menomorsatukan untuk pulang, menemani mereka. Apalagi jika Ayah atau Ibu sedang sakit. Kami bahkan tak peduli apakah kemudian kantor akan memecat kami atau tidak, itu tidak penting lagi. Kami akan bergegas pulang untuk menjenguk dan kembali bersama mereka.
ADVERTISEMENTS
Mencari barang-barang kebutuhan bukan lagi jadi hal yang sulit di kota yang sudah sangat kamu hapal. Sementara kami masih harus beradaptasi
Kota kelahiran memang selalu punya cerita istimewa yang tak kan mungkin untuk kamu lupakan. Berbagai hal sudah kamu alami di kota kelahiranmu. Dari situ muncul cinta kepada kota kelahiran yang sedari dulu jadi tempatmu menghabiskan waktu.
Lahir hingga besar di kota tersebut, kamu akan sadar betapa berartinya kota itu bagimu. Termasuk, kamu pun jadi hafal setiap jengkalnya. Kamu jadi nggak perlu bingung lagi jika membutuhkan sesuatu. Kamu sudah mengenal dengan baik seluk beluk kotamu, bahkan bisa membandingkan tempat paling baik untuk membeli sesuatu.
Sementara kami masih harus beradaptasi dengan kota baru. Kadang kami pun takut tertipu karena belum terlalu mengenal tempat itu.
Jadi orang yang setia, dari lahir-sekolah-kuliah-kerja di kota yang sama, bukankah itu hal yang mewah dan istimewa?
Mungkin kalian juga pernah merasa iri pada kami yang bisa merantau kemana-mana, ke kota lainnya. Tapi tak bisa dipungkiri, kota kelahiran akan selalu menjadi tempat nomor satu di hatimu. Kamu mungkin pernah merasa ingin berpindah dan menggapai mimpi di kota lain, tapi kamu tetap teguh mencintai kota tempat kelahiranmu. Percaya dan yakinlah, bahwa kota kelahiranmu adalah tempat terbaik bagimu.
Rumput tetangga memang selalu lebih hijau. Tapi inilah sejujurnya apa yang kami rasa. Terkadang ada rasa sangat ingin pulang, tapi kesempatan tak selalu datang. 🙂