*Dengan mengumpulkan serpihan ingatan yang hampir pudar, cerita ini disusun. Kamis Misitis kali ini mengisahkan tentang pengalaman Aryo (nama samaran) sewaktu kecil ketika dibawa oleh makhluk halus. Lantaran kesulitan untuk mengingat detail cerita Aryo beberapa tahun silam, akhirnya tulisan ini mengambil garis besar ceritanya saja. Meski dibumbui cerita-cerita minor yang fiktif untuk memperkaya isi tulisan, cerita ini tetap menghadirkan pengalaman Aryo yang sungguhan.
Menatap Aryo dengan cengo, itulah yang bisa aku dan teman-teman lain lakukan. Ketika Aryo (31 tahun) tiba-tiba membagikan sepenggal ceritanya yang sangat ganjil, kami langsung diam. Padahal, sebelumnya kami tengah asyik bercanda dan tertawa.
Malam keakraban itu menjadi agenda tahunan yang wajib digelar demi mempererat rasa persahabatan di antara anggota organisasi. Sebagai anggota yang telah aktif selama tiga tahun lamanya, aku bisa dikatakan ‘orang tua’, sebutan bernada guyon yang disematkan turun-temurun dalam organisasi tersebut. Dalam organisasi kampus yang sama, aku dan teman-teman dipertemukan dengan Aryo. Ia adalah anggota senior yang berjarak 6 tahun dari usiaku.
Ketika anggota yang lain sudah terlelap, aku dan beberapa teman masih terjaga. Biasanya, obrolan santai ini akan bergulir lama dan panjang sampai subuh menjelang. Kadang kala obrolan lewat tengah malam ini membuka banyak cerita tak terduga, termasuk cerita mengerikan yang dialami oleh Aryo di masa silam. Dengan santai, Aryo mengatakan pernah dibawa makhluk halus saat umurnya baru menginjak 7 tahun.
“Ah, yang benar saja!” tukasku segera.
Bukan cuma aku, teman-teman yang lain pun menaruh curiga dan keraguan. Apakah Aryo mengatakan kebenaran atau kebohongan yang sengaja dirancang untuk seru-seruan saja?
ADVERTISEMENTS
Letak kamar mandi berada di belakang rumah, Aryo harus menembus gelap malam ketika ingin pipis
Tahun 1990-an, kehidupan tidak secanggih sekarang. Tempat kelahiran Aryo masih belum mengenal yang namanya aspal. Jalan-jalan di kampungnya masih tanah dengan sedikit bebatuan. Jarak antar rumah pun masih renggang, dipisahkan kebun atau ladang. Berbeda dengan sekarang yang mana kampung halamannya sudah mulai dipadati penduduk. Pun, pepohonan hijau yang menyelimuti kampung mulai tergantikan dengan bangunan rumah.
Selepas magrib, Aryo yang masih berumur 7 tahun selalu diminta untuk buang air kecil. Kata ibunya, supaya Aryo nggak mengompol saat tidur di malam hari. Waktu itu, kamar mandinya masih sangat sederhana dan tempatnya terpisah dari rumah. Berada di belakang rumah, kamar mandi itu hanya disinari lampu temaram yang cahayanya kecokelatan.
Surup-surup ke kamar mandi bukanlah hal menyenangkan. Ada kalanya Aryo yang masih bocah pun takut, apalagi kamar mandi itu dikelilingi pepohonan kelapa, bambu, pisang, dan kebun jeruk. “Rasanya bikin nyali ciut,” kata Aryo. Tiap kali pergi ke kamar mandi, ia membaca surat Al-Fatihah. Menurut guru mengaji di surau, ia perlu membaca Ayat Kursi untuk mengusir setan. Namun, ia nggak hafal ayat tersebut, jadi ia membaca surat yang paling ia ingat di luar kepala.
Menjelang petang, seperti biasa Aryo menuju kamar mandi yang ada sumurnya itu. Setelah pipis, ia akan bergegas pulang ke rumah sambil berlari. Namun, ada yang aneh hari itu. Saat buang air kecil, Aryo merasakan hembus angin yang di tengkuknya. Dingin.
Aryo tak ingat persis bagaimana mulanya, tapi usai merasakan hembusan itu, pandangannya menggelap. Ia tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.
ADVERTISEMENTS
Mendadak hilang tanpa jejak saat buang air kecil, Aryo dicari orang-orang sekampung
Dari penuturan Aryo, orang tuanya beberapa kali sempat membagikan pengalaman seram sekaligus nahas itu. Dalam ingatan orang tuanya, Aryo belum kembali masuk ke rumah setelah sudah hampir 30 menit ia ke kamar mandi.
Didorong rasa penasaran dan kekhawatiran, ibunya pun menyusul ke kamar mandi dengan harapan menemukan sang anak di sana. Sayangnya, ibunya tidak menemukan siapa pun. Kamar mandinya ‘kosong’, nggak ada tanda-tanda kehadiran Aryo.
Dengan langkah lebar dan mengangkat rok wiru yang dikenakan, ibunya memanggil semua anggota keluarga. Mukanya merah padam dan napasnya tersengal. Ia meminta sang suami dan adik-adik Aryo untuk mencari tahu ke tetangga. Meski kemungkinannya sangat tipis, ibunya berharap Aryo memang pergi ke rumah tetangga untuk bermain.
Namun, batang hidung Aryo tetap tak kelihatan. Seluruh penjuru rumah sudah ditelusuri, tetangga-tetangga terdekat pun tidak tahu keberadaan Aryo. Akhirnya, kabar menghilangnya Aryo tersebar. Satu per satu warga datang ke rumah. Mereka menawarkan dukungan dan bantuan untuk orang tua Aryo. Ibu-ibu dan anak kecil menemani ibu Aryo yang menangis kencang. Sementara itu, bapak-bapak dan pemuda kampung sepakat untuk mencari Aryo malam itu juga.
ADVERTISEMENTS
Selama dua malam hilang dengan misterius, pencarian Aryo terus dilakukan. Bahkan, kepolisian tak bisa membantu banyak
ADVERTISEMENTS
Kamu sedang membaca konten eksklusif
Dapatkan free access untuk pengguna baru!