Bulan puasa tahun ini terasa sangat berbeda dari puasa-puasa sebelumnya. Biasanya bulan Ramadan erat kaitannya dengan kebersamaan. Sahur on the road, berburu takjil, buka puasa bersama, hingga salat tarawih di masjid, semua kita lakukan ramai-ramai. Namun kali ini, suasana jadi berubah. Wabah virus corona membuat seluruh umat muslim di dunia harus melewati momen Ramadan dengan di rumah aja. Tak ada lagi acara saur atau buka bersama, pasar-pasar takjil juga harus ditiadakan, salat tarawih juga mesti dilakukan di rumah masing-masing.
Wabah yang datang tanpa aba-aba ini ternyata memunculkan kekhawatiran di tengah masyarakat terlebih jika dikaitkan dengan bulan Ramadan. Saat puasa, kita tidak diperbolehkan makan dan minum dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Rupanya, “hilangnya” asupan makanan dan minuman ini ditakutkan akan memperlemah imun tubuh sehingga kita jadi mudah terserang penyakit, termasuk virus corona. Sampai-sampai ada pihak yang minta MUI supaya mengeluarkan fatwa khusus untuk membolehkan tidak puasa selama pandemi masih berlangsung! Para pakar kesehatan pun memberikan penjelasan terkait hal ini. Simak, yuk, bener nggak sih puasa itu melemahkan imun kita??
ADVERTISEMENTS
Awal April kemarin, warganet Twitter dibuat kebakaran jenggot sama cuitan dari seorang pria yang juga relawan Jokowi. Ia mengusulkan supaya MUI dan Kemenag menerbitkan fatwa yang membolehkan orang tidak puasa selama pandemi
Rudi Valinka mencuit pendapatnya di Twitter soal bulan puasa di tengah wabah. Ia mengusulkan supaya MUI dan Kemenag menerbitkan fatwa tidak berpuasa Ramadan selama pandemi masih berlangsung. Ini karena menurutnya saat bulan puasa orang lebih rentan terserang batuk pilek. Nantinya kata Rudi, orang yang nggak puasa Ramadan bisa menggantinya dengan membayar fidyah. Cuitannya itu mengundang reaksi yang bar-bar dari banyak warganet. Sebagian besar marah-marah dan miris sama pendapat yang nggak berdasar itu.
ADVERTISEMENTS
MUI pun menyatakan kalau pandemi corona nggak bisa dijadikan alasan untuk orang nggak berpuasa Ramadan, apalagi sampai jadi sebab bulan puasa “dihapus”
Juru bicara Satgas Covid-19 MUI Cholil Nafis, menyampaikan lewat keterangan tertulis kalau pandemi Covid-19 nggak bisa jadi alasan orang nggak berpuasa Ramadan, lalu membayarnya dengan fidyah. Mau ada corona atau badai besar pun, puasa Ramadan tetap wajib dilakukan. Apalagi kalau orangnya dalam kondisi sehat wal afiat. Kata Cholil, MUI belum menerima permintaan fatwa terkait Ramadan dan corona ini secara resmi. Namun, seandainya ada yang beneran nanya, ia yakin kalau MUI tidak akan mengkajinya apalagi sampai mengeluarkan fatwa.
ADVERTISEMENTS
Padahal, para ahli kesehatan pun kompak menyatakan kalau imun di dalam tubuh manusia justru meningkat saat berpuasa. Ini udah dibuktikan lewat penelitian
Ahli Gizi UGM, R. Dwi Budiningsari menyampaikan supaya umat muslim nggak ragu menjalankan puasa di tengah wabah Covid-19, ini karena puasa justru membantu meningkatkan imunitas tubuh. Hal ini sudah dijelaskan lewat sejumlah penelitian. Malah sebaliknya, belum ada studi yang menyatakan kalau puasa bisa meningkatkan risiko terinfeksi corona.
Senada dengan Dwi, pakar imunologi dari RSCM Jakarta, Prof Dr dr Iris Rengganis membenarkan kalau puasa justru akan meningkatkan kekebalan tubuh. Saat lambung dan usus beristirahat, fungsi tubuh akan membaik karena kondisi ini akan membantu mengeluarkan racun dari tubuh. Namun, meningkatnya imunitas hanya bisa dicapai kalau kita makan makanan yang bergizi, minum air 8 gelas sehari, dan tidur yang cukup.
Hal lain yang jadi catatan, untuk pasien yang mengalami gangguan imunitas, alergi, atau penyakit tertentu sehingga mengharuskan minum obat secara teratur, puasa tak lagi menjadi kewajiban. Tapi selebihnya bisa dikonsultasikan ke dokter masing-masing. Gitu ya, Guys! Jadi, tetap semangat berpuasa ya!
ADVERTISEMENTS