Sejak agama jadi isu sensitif untuk dibahas, segala topik yang bawa-bawa agama selalu menimbulkan perdebatan panas di lini masa. Apalagi setelah ada isu akan dibangunnya halal tourism atau wisata halal di Pulau Bali. Sebenarnya wacana ini sudah muncul sejak sekitar Maret 2019 lalu, tapi perdebatannya masih berlangsung hingga sekarang.
Seorang pengguna Twitter dengan nama akun @angewwie mengunggah cuitan yang langsung mengundang pro kontra warganet. Ia menyarankan terkait adanya wisata halal, bagaimana jika di Aceh dibangun wisata haram.
Sehubungan dgn adanya halal tourism di Bali, bagaimana kalau kita bangun juga haram tourism di Aceh?
— Angellie ?? (@angewwie) July 8, 2019
Sebenarnya, gimana sih konsep wisata halal yang ramai jadi perbincangan ini? Apakah memang sebegitu perlunya dibangun halal tourism?
ADVERTISEMENTS
Konsep wisata halal dibangun dengan tujuan memudahkan wisatawan muslim mencari tempat ibadah atau menemukan makanan dan minuman halal
Sebagai orang yang bisa dibilang pertama kali mencanangkan wisata halal di Bali, Sandiaga Uno menyatakan gagasannya tersebut bertujuan untuk mengeruk pangsa pasar pariwisata halal yang jumlahnya fantastis. Dengan konsep halal tourism, Sandiaga Uno berharap perekonomian di Bali bisa meningkat pesat. Wisatawan muslim juga jadi lebih mudah mengakses fasilitas yang sesuai syariat Islam.
Wisata halal bisa diwujudkan dengan membangun hotel-hotel, restoran, atau spa halal. Kalau kata KH Ma’ruf Amin dilansir dari Sindo News, yang dihalalkan bukan destinasi atau tempat tujuan wisatanya, melainkan pelayanannya yang diperuntukkan bagi wisatawan muslim.
Namun pada kenyataannya, tidak semua pihak setuju pada konsep halal tourism ini. Jerinx SID termasuk salah satunya. Menurutnya dari dulu Bali juga sudah ramah muslim
Jerinx SID yang memang dikenal dengan celotehannya yang kontroversial ini, tak ketinggalan komentar soal wisata halal. Menurutnya, konsep pariwisata halal tersebut kurang tepat diterapkan di Bali karena sejak dulu Bali pun sudah ramah muslim.
Sebenernya tanpa adanya “halal tourism”, di Bali juga udah gampang kok nyari yg halal”.
Warga sini tuh ga bego. Mereka tau cara ngehormatin orang. Tinggal tanya aja halal atau ngga, mereka paham. Kalau emang ngga pasti mereka bilang ngga.— im (@urclingybaby) July 8, 2019
Senada dengan pendapat kontra yang lain, selama ini masyarakat muslim di Bali tidak pernah kesulitan menjalankan kehidupan beragama sehari-hari. Masjid ada, makanan dan minuman halal juga banyak. Jadi, program wisata halal ini dianggap terlalu berlebihan dan malah bisa merusak “wajah” Pulau Bali seperti yang dikenal orang sekarang.
Mungkin ini karena masih banyak orang yang memahami konsep halal tourism ini sebagai bentuk islamisasi. Padahal tujuan utamanya ya buat memperluas pangsa pasar
Selama ini mungkin memang sudah banyak wisatawan muslim berkunjung ke Bali tanpa harus menggembar-gemborkan konsep wisata halal. Tapi balik lagi ke tujuan utamanya. Tujuannya hanya untuk memperluas pangsa pasar. Bukan sebagai bentuk islamisasi seperti yang mungkin banyak orang pikirkan.
Penduduk atau wisatawan non-muslim masih bebas melakukan kegiatan mereka, melanjutkan tradisi adatnya, dan lain-lain. Yang berubah –jika konsep wisata halal benar-benar diterapkan– mungkin lebih ke jumlah fasilitas publik yang halal yang akan bertambah.
Hmm.. jadi menurut kalian gimana? Perlukah konsep wisata halal benar-benar diterapkan di Bali?