Data pribadi di sosmed | Credit: Instagram via www.hipwee.com
Belakangan publik diramaikan dengan fitur baru di media sosial yang berisiko menjadi celah cyber crime. Hal yang semestinya digunakan untuk membagikan kesenangan berubah menjadi pertanyaan menyangkut data pribadi yang dibagikan melalui laman Instagram Story.
Padahal, hal semacam ini bisa dikatakan terkait dengan social engineering alias teknik rekayasa sosial yang memanipulasi psikologi agar seseorang atau grup mau melakukan sesuatu yang sebenarnya menyerahkan informasi tertentu. Beberapa contohnya adalah menyebarkan identitas, KTP, tanda tangan, hingga nama lengkap ibu kandung yang mana sangat berbahaya untuk diketahui banyak orang.
Layaknya puncak gunung es, kejadian semacam ini bukannya tak pernah dialami. Tanpa sadar, dalam menggunakan media sosial kita sering kali menganggap simpel pemberian informasi yang diminta. Nah, dari kasus tersebut Hipwee Premium telah membuat kuis perihal cara bermedia sosial untuk mengukur seberapa aware-nya seseorang akan data privasi. Kalau belum mencoba, silakan coba dulu di sini ya!
Untuk jawaban lengkapnya, langsung simak uraian di bawah ini, yuk!
ADVERTISEMENTS
Selamat bagi yang mendapatkan hasil “protektif,” hal ini menandakan bahwa kamu sangat aware dengan data pribadi di media sosial!
Oversharing di media sosial memang sering kali memakan korban. Apalagi, kalau penggunaannya sudah bikin candu, artinya kamu nggak bisa lepas dari sana dan menganggapnya seperti hiburan atau bahkan kewajiban. Padahal, kalau dipertimbangkan lebih jauh, terlalu aktif di media sosial juga bikin hati nggak tenang. Artinya, ada perasaan was-was ketika tertinggal informasi yang biasanya kita ketahui dari platform ini.
Namun, kamu yang memiliki hasil “Protektif!” memutuskan untuk pilih-pilih apa yang ingin diunggah, dengan demikian sudah selangkah lebih maju dalam hal menjaga data privasi. Mengaktifkan mode private di media sosial jadi salah satu cara melindungi risiko peretasan hal yang sifatnya sensitif. Dengan memproteksi akun media sosial, kita bisa mengurangi interaksi dengan akun yang tidak dikenal. Oleh karena itu, kamu jadi lebih bisa berkomunikasi dengan orang-orang terdekat saja.
ADVERTISEMENTS
Kamu sebenarnya melek dengan hal-hal buruk soal data privasi di media sosial, tetapi kadang pengetahuan tersebut belum diterapkan secara penuh. “Perlu hati-hati” lagi, yuk!
Kamu tahu jika persyaratan mendaftar sebuah akun itu harus dibaca dengan betul, sebab kadang-kadang ada persetujuan yang menjebak. Contohnya nih, ada aplikasi yang mungkin kurang populer dan hanya untuk permainan belaka, tetapi justru meminta foto selfie dengan KTP. Hal ini tentu mesti dihindari kalau kamu nggak mau data pribadi tersebar begitu saja.
Kadang, dalam bermain media sosial kamu terlanjur percaya dengan orang terdekat. Misal mereka membagikan link, tanpa khawatir langsung kamu klik dengan alasan “Aman, mereka ini orang yang aku kenal”.
Padahal, pernyataan tersebut perlu diintrospeksi lo, pasalnya kita nggak pernah tahu kalau link yang disebarkan mengandung virus atau pahitnya minta identitas pribadi dengan dalih untuk kepentingan tugas. Bisa juga link tersebut berisi konten asusila, situs yang berbahaya, atau situs phishing yang mencuri password dan informasi rahasia lainnya. Jadi, sebelum memutuskan untuk mengklik dan mengisinya, lebih baik kamu tanyakan dulu ya.
ADVERTISEMENTS
Hal yang kamu anggap remeh ternyata berisiko tinggi. Untuk kamu yang mendapat hasil “Waspada!” perlu perhatikan ini, ya
Mencoba beragam aplikasi memang bukan masalah. Namun, ini juga mengindikasikan bahwa kamu perlu mendaftar ulang untuk memberikan beberapa data, seperti tanggal kelahiran, nama, e-mail, hingga lokasi berdasarkan negara. Mungkin terlihatnya sederhana, tetapi data yang tersebar ke banyak aplikasi tentu akan rentan bocor walaupun di internet bisa dibilang nggak ada yang benar-benar privasi 100 persen.
Tanpa disadari, saat kita mengunggah lokasi di Instagram misalnya, hal ini berisiko bagi penjahat untuk menjalankan aksinya. Mereka jadi tahu bahwa kamu nggak berada di sekitar rumah, ini yang akan memudahkan terjadinya kriminalitas. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya jangan aktifkan GPS ketika mengakses media sosial.
ADVERTISEMENTS
Terakhir, bagi kamu yang takut ketiggalan tren yang ada di media sosial. “Bahaya!” jika data sensitif disebarkan hanya untuk kebahagiaan sementara
Mengikuti tren untuk sebagian orang bisa membahagiakan. Namun, kamu juga harus tahu batasannya. Apalagi, jika aplikasi yang kamu punya lebih dari 7, sebaiknya gunakan password yang berbeda-beda di setiap akun. Menggunakan password yang sama memang memberikan kemudahan. Namun, ketika akun dibobol oleh orang lain, mereka akan dengan mudah mengambil akun lainnya.
Cara tetapaman bermedia sosial | Credit: Hipwee
Sebaiknya ketahui apa saja yang nggak boleh diberikan ke sembarangan orang secara publik, di antaranya:
Nama: Nama lengkap, nama semasa kecil, nama ibu, alias
Nomor identitas pribadi: NIK, NPWP, SIM, nomor paspor, plat nomor kendaraan, nomor kartu anggota rumah sakit, rekening bank, nomor kartu kredit
Alamat pribadi dan kontak personal: Alamat rumah, e-mail, ponsel pribadi, telepon rumah
Karakteristik personal: Gambar fotografik, utamanya atas wajah atau bagian lain yang menunjukkan karakteristik yang dapat dikaitkan seseorang, sidik jari, hingga tulisan tangan
Data biometrik: Scan retina, tanda suara, sidik jari, geometri wajah
Informasi aset teknologi: Alamat Internet Protocol (IP address) atau alamat Media Access Control (MAC address) yang secara konsisten terhubung pada individu tertentu
Lainnya: nomor kendaraan, akta tanah dan bangunan, pekerjaan, kesehatan, edukasi, finansial, e-mail surat menyurat untuk keperluan bisnis, hingga indikator geografis
Dari penjabaran di atas, kita semua memang perlu memahaminya dan menerapkan secara konsisten. Mengikuti sebuah tren memang sah-sah aja. Namun, jangan sampai merugikan diri sendiri dengan asal menyebar data pribadi di media sosial. Hal ini bisa menjadi modus baru bagi penipu atau pinjol ilegal. Selalu bijak menggunakannya, ya!