Bagi anak-anak yang berasal dari desa atau kota-kota kecil di daerah, berkunjung ke kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung menimbulkan kesan kagum tersendiri. Melihat gedung-gedung megah berdiri menantang langit dan mobil-mobil mewah lalu-lalang di jalanan, perasaan takjub jelas ada.
“Indonesia sudah semaju ini, ya?”
Tapi perasaan takjub dan bangga tersebut seketika pudar. Sedikit menengok ke arah lain, ada wilayah kumuh yang menarik perhatian. Kehidupan di wilayah kumuh tersebut terlihat begitu menyedihkan. Tawa dari bocah-bocah sekitar memang ada, tapi kondisi lingkungan hidup mereka menimbulkan iba.
Di tengah kota gedung-gedung mewah berdiri gagah. Di pinggiran daerah kumuh dibiarkan riuh.
Kesenjangan mewah dan kumuh negara ini sudah tak bisa dipandang sebelah mata. Terlalu nyata untuk tak diakui adanya. Kota-kota besar di Indonesia tampaknya selalu memiliki dua wajah yakni kumuh dan mewah.
ADVERTISEMENTS
Senang sih lihat keramaian pengunjung mal di kota besar, tanda roda ekonomi berputar. Namun raut muka pasti berubah iba, kala melihat pemukiman kumuh berjejer di sebelahnya
Melihat perkembangan negara kita, rasa-rasanya kita patut bangga. Sudah banyak bangunan megah dan mobil-mobil mewah yang bisa kamu temui dengan mudah di kota-kota besar. Banyak warganya yang bangga dengan kemewahan tersebut. Tengok saja mal yang ada di hampir seluruh kota besar Indonesia. Tengok juga wajah pengunjungnya yang terlihat bahagia saat mengunjunginya. Sekilas, kita bangga juga bahagia melihat perkembangan negara kita.
Namun wajah ini rasanya ditampar kala menengok ke sebelah mal cantik tersebut.
Serasa diteleportasi ke tempat berbeda, yang ada justru pemandangan kumuh dimana warganya tampaknya kesulitan memenuhi kebutuhan dasar. Jelas tak sebanding dengan bangunan megah di sebelahnya. Hati ini iba melihat banyak warga sekitar yang hidup di pemukiman padat penduduk. Rumah-rumah mereka tak menyediakan ruang bernafas bagi penghuninya karena terlalu padat.
ADVERTISEMENTS
Ditengah-tengah pembangunan pencakar langit yang bertambah tiap harinya, ada rumah semi permanen yang hampir roboh jika diterpa hujan atau terkena angin kencang
Pembangunan yang tidak merata jelas bisa terlihat di kota-kota besar di Indonesia. Di satu sisi, gedung-gedung pencakar langit terus bermunculan meski tak punya lahan parkir atau kesulitan air. Di sisi lainnya, bangunan-bangunan liar dari triplek atau seng terus menduduki emperan kali atau bahu rel kereta. Di kedua sisi tersebut jelas terlihat adanya kelalaian atau tidak tertibnya aturan, membuat pembangunan kota tidak seimbang dan tidak sehat. Dan yang seringkali tidak disadari, semakin memperparah kesenjangan antara kaum berada dan kaum papa.
Kesenjangan adalah masalah klasik bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Namun jika terus dibiarkan tanpa ada upaya perbaikan serius dari pemerintah dan kesadaran bersama dari masyarakat, Indonesia tak akan bisa naik tingkat dari status ‘berkembang’.
ADVERTISEMENTS
Mengadu nasib di Ibu Kota jadi impian banyak orang daerah. Berebut penghasilan dengan orang seantero Indonesia karena tak ada mata pencaharian layak di kota asal
Indonesia dianugerahi daratan, perairan, dan sumber daya yang melimpah ruah, terbentang dari Sabang sampai Merauke. Tapi nyatanya, semua orang merantau ke Jakarta dan kota-kota besar di Jawa untuk mencari penghidupan. Lalu yang ditinggal di kampung halaman hanyalah orangtua yang menunggu anak-anaknya pulang. Di kota-kota besar terjadi ledakan penduduk yang disertai rentetan konflik dan kejahatan sosial. Sementara kota kecil terus terbenam dalam kenangan, karena tak ada tenaga muda yang menggeliatkan roda perekonomian.
Pemerataan lapangan kerja untuk akhirnya memperkecil kesenjangan di Indonesia, bukanlah permasalahan yang bisa diselesaikan dengan satu solusi saja. Dibutuhkan inisiatif dan kerjasama dari semua pihak. Dari pemerintah yang harus siap mendukung pembangunan daerah sampai optimal, hingga anak-anak muda yang harus punya misi untuk membangun daerahnya masing-masing.
Terlebih lagi berhadapan dengan persaingan dunia bebas yang sudah di depan mata. Jika kondisi orang kaya semakin kaya sedang orang miskin makin miskin terus berlanjut di Indonesia, tampaknya besar kemungkinan kita akan gagal bersaing di tingkat global. Tidak ada artinya jika beberapa orang Indonesia bisa masuk daftar orang terkaya di dunia, kalau negara ini juga tak bisa lepas dari garis kemiskinan. Mari kita maju bersama sebagai sebuah bangsa!