Momen liburan selalu dinanti. Maka tak heran kalau sudah sejak lama banyak orang yang merencanakan liburan. Meski begitu, ada juga yang lebih senang bikin rencana jalan-jalan secara mendadak. Ya, semua dilakukan semata-semata agar liburan berjalan lancar dan menyenangkan.
Tapi pernahkah kamu merasa setelah liburan, malah jadi galau, merana, dan sedih? Padahal liburanmu berjalan seru dan sesuai rencana. Hal ini bisa terjadi karena faktor post holiday blues lo. Sindrom ini biasa muncul seusai liburan. Yuk, kenal lebih dekat dengan post holiday blues dalam ulasan berikut ini.
ADVERTISEMENTS
Post Holiday Blues berhubungan dengan kondisi emosional seseorang pasca liburan
Sindrom post holiday blues merupakan sebuah kondisi emosional yang terjadi pada seseorang pasca liburan. Menjelang liburan usai, tanpa disadari dirimu bisa langsung berubah menjadi galau, sedih, dan kesepian. Kamu seperti “kaget” dan tidak siap menjalani rutinitas seperti semula dan adanya rasa enggan mengakhiri liburan.
Kamu seperti cuma ingin seru-seruan terus atau masa liburannya diperpanjang. Secara psikologis, tubuh harus segera menyesuaikan diri untuk kembali bekerja dan meninggalkan kesenangan selama liburan.
ADVERTISEMENTS
Transisi dari hari-hari seru yang berisi kumpul bareng kerabat ke hari yang dipenuhi rutinitas formal tentu tidak mudah diterima tubuh
Jujur saja kalau selama liburan, hari-harimu bakal berisi berbagai kegiatan bareng kerabat. Mulai dari kumpul-kumpul bersama keluarga hingga sebagai ajang temu kangen teman-teman lama. Ketika liburan akan berakhir, mau tidak mau dirimu harus mengalami transisi. Hal ini tentu tidak mudah lantaran proses peralihan yang berisi kegiatan santai dan penuh keseruan harus berubah ke hal-hal yang tampak formal seperti bekerja dan kuliah. Walau dalam bekerja dan kuliah juga ada interaksi sosial, tetap saja disertai “target”, sehingga rutinitas tiap hari sulit dijalani dengan santai layaknya liburan.
ADVERTISEMENTS
Liburan memang sebagai ajang kumpul dengan kerabat. Tapi, setelah pertemuan itu bisa saja meninggalkan luka lo
Siapa sangka kalau liburan bisa meninggalkan luka? Dilansir dari Psychology Today pertemuan dengan keluarga atau teman-teman dapat menyebabkan luka. Misanya saja ada perlakuan atau perkataan dari mereka yang menyakitkan, sehingga membuat hati kita terluka dan sulit melupakan. Di sisi lain, kita mungkin senang banget bisa bertemu mereka, lalu akan merasa sedih ketika harus berpisah lagi karena liburan usai.
ADVERTISEMENTS
Kondisi ini mirip dengan seasonal affective disorder (SAD) yang muncul pada musim-musim tertentu
Sindrom post holiday blues sebenarnya mirip dengan SAD yang kerap muncul pada waktu tertentu. Salah satunya dialami oleh para pengantin baru yang memulai rumah tangga. Setelah pernikahan yang membahagiakan, para pengantin baru harus menghadapi realita rumah tangga sesungguhnya. Hal ini biasanya terjadi beberapa waktu setelah bulan madu. Proses adaptasi ke dunia baru setelah senang-senang kerap membuat hati gelisah.
ADVERTISEMENTS
Post Holiday Blues diperparah jika orang-orang di sekitarmu malah membuat kondisi menjadi lebih buruk
Sindrom post holiday blues memang tak berlangsung lama, namun kondisi dapat semakin buruk akibat keberadaan orang-orang di sekitar yang melakukannya. Contohnya kamu mendapati pekerjaan yang langsung memberikan banyak target tinggi atau menerima hasil IPK semester kuliah yang buruk. Adanya rekan kerja, atasan, atau dosen yang memperburuk hari tentu berdampak pada post holiday blues yang kamu alami.
Post holiday blues umumnya dialami masyarakat. Sindrom ini biasanya disertai gejala berupa insomnia, sakit kepala, gelisah, atau berat badan bertambah/berkurang. Kamu bisa mengatasinya dengan beristirahat yang cukup, tarik napas yang dalam lalu buang pelan-pelan sambil memikirkan hal-hal positif. Dan jangan lupa perhatikan yang kamu konsumsi supaya kesehatan yang baik dapat memengaruhi kondisi emosional tubuh.